Festival Desa Wisata Pulau Muna jadi Andalan Dispar Sulawesi Tenggara Tonjolkan Bukti Sejarah ke Mata Dunia
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Selasa, 05 Agustus 2025
0 dilihat
Turis mancanegara sedang mengamati lukisan sejarah di Liangkobori, Kabupaten Muna. Foto: Repro Ayokemuna
" Festival Desa Wisata Pulau Muna resmi menjadi salah satu agenda andalan Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara untuk memperkenalkan warisan sejarah Pulau Muna ke mata dunia "
MUNA, TELISIK.ID - Festival Desa Wisata Pulau Muna resmi menjadi salah satu agenda andalan Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara untuk memperkenalkan warisan sejarah Pulau Muna ke mata dunia.
Bertajuk Festival Liangkabori 2025, kegiatan ini dipusatkan di Desa Liangkobori, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, dengan fokus utama pada pelestarian budaya leluhur dan penguatan identitas sejarah masyarakat lokal.
Festival yang berlangsung sejak 11 hingga 18 Juli 2025 ini dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Ir Hugua. Dalam sambutannya, ia menyebutkan bahwa kegiatan ini bukan sekadar ajang seni dan budaya, tetapi juga sebagai pengakuan terhadap eksistensi dan kontribusi peradaban Muna dalam sejarah Nusantara.
“Semoga Liangkabori semakin mantap, Kabupaten Muna semakin sejahtera, dan masyarakatnya semakin maju,” ujarnya.
Festival Liangkabori mengangkat tema "Lestarikan Budaya Leluhur, Daseise Lalo Damowanu Liwu" dan mengedepankan situs prasejarah Goa Liangkabori sebagai pusat kegiatan.
Lukisan purba Liangkobori tarik perhatian dunia sebagai warisan budaya unik. Foto: Repro Ayokemuna
Situs ini merupakan warisan budaya kuno yang memiliki nilai sejarah tinggi, terutama dalam hal seni cadas dan simbol peradaban manusia prasejarah.
Penelitian yang dilakukan sejak tahun 1990-an oleh Wolfgang Beck, peneliti asal Jerman, memperlihatkan bahwa Goa Liangkabori menyimpan artefak purba berupa lukisan layang-layang yang diperkirakan berusia 5.000 hingga 9.000 tahun sebelum masehi.
Motif tersebut diyakini sebagai bentuk visualisasi pertama layang-layang di dunia, mendahului temuan dari Tiongkok maupun Polinesia.
Seiring perkembangan riset, pada tahun 2022 ditemukan bahwa motif layang-layang tak hanya berada di Gua Sugi Patani, tetapi juga tersebar di empat situs lainnya.
Temuan ini bertambah lagi pada 2024, dengan total 14 lokasi baru yang menunjukkan motif serupa. Dukungan dana dari program Granucci pada 2025 kembali memperluas cakupan data, mencatat temuan motif tersebut di sejumlah lokasi di Desa Liangkabori dan Desa Kondongia.
Temuan-temuan ini memperkuat posisi Pulau Muna sebagai situs sejarah dunia yang unik, terutama di kawasan Asia Tenggara. Keunikan ini menjadi daya tarik utama dalam Festival Liangkabori, yang menggabungkan edukasi, pelestarian sejarah, dan promosi wisata budaya dalam satu wadah terpadu.
Kegiatan dalam festival meliputi pertunjukan budaya tradisional, pameran kerajinan tangan lokal, pementasan tari, hingga pameran layang-layang purba yang dikenal sebagai Kaghati Kolope.
Lukisan hewan, pola geometris, dan bentuk abstrak yang hingga kini masih diteliti maknanya oleh para arkeolog. Foto: Repro Ayokemuna
Tradisi ini menjadi simbol kearifan lokal Muna yang diwariskan turun-temurun dan masih eksis hingga hari ini.
Desa Liangkobori sendiri dikenal dengan lanskap karst yang indah dan gua-gua eksotis yang menyimpan jejak peradaban kuno.
Di dalam gua, pengunjung akan menemukan lukisan manusia purba, bentuk-bentuk simbolik, serta motif hewan yang menggambarkan kehidupan zaman dahulu.
Selain itu, masyarakat lokal turut menjaga keberlangsungan budaya dan keaslian lingkungan melalui pelestarian berbasis komunitas.
Tak hanya warisan budaya, Desa Wisata Liangkobori juga menawarkan pengalaman wisata lengkap dengan penginapan homestay, area parkir yang memadai, dan pusat oleh-oleh berupa kerajinan tangan khas desa.
Berbagai makanan tradisional juga tersedia bagi para pengunjung yang ingin mencicipi kuliner lokal khas Pulau Muna.
Letak geografis Liangkobori yang hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Raha menjadikannya mudah diakses oleh wisatawan. Meskipun jalan menuju gua cukup menantang, pemandangan alam dan nilai sejarah yang ditawarkan membuat perjalanan terasa sepadan.
Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara telah menetapkan kawasan Karst Liangkabori sebagai salah satu dari tujuh destinasi wisata prioritas di wilayahnya.
Daftar tersebut juga mencakup Teluk Kendari – Toronipa – Labengki, Benteng Keraton Wolio – Hutan Lambusango, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Hutan Mangrove di Konawe, Pulau Muna, dan Wakatobi. (C-Adv)