Frambusia: Penyakit Kulit Kuno yang Masih Mengintai Anak-anak Indonesia

Nur Fauzia, telisik indonesia
Kamis, 17 Oktober 2024
0 dilihat
Frambusia: Penyakit Kulit Kuno yang Masih Mengintai Anak-anak Indonesia
Tim kerja Neglected Tropical Diseases (NTD) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) , Yeny Intarti, SKm. M.Kes. Foto: Nur Fauzia/Telisik

" Frambusia, penyakit kulit menular yang lama dianggap terkendali, kembali menjadi sorotan di Indonesia. Negara ini menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Nepal dalam hal prevalensi penyakit ini "

KENDARI, TELISIK.ID – Frambusia, penyakit kulit menular yang lama dianggap terkendali, kembali menjadi sorotan di Indonesia. Negara ini menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Nepal dalam hal prevalensi penyakit ini.

Yeny Intarti, dari tim kerja Neglected Tropical Diseases (NTD) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), mengungkapkan bahwa kurangnya kebersihan dan akses terhadap air bersih adalah faktor utama penyebaran frambusia.

“Frambusia sangat terkait dengan kebersihan. Di daerah yang sulit mengakses air bersih, risiko tertular sangat tinggi,” ujarnya saat ditemui di Kantor Wali Kota Kendari, Rabu (16/10/2024).

Kasus frambusia paling banyak ditemukan di wilayah Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian Maluku. Di Kota Kendari, Yeny menyatakan bahwa tidak ada kasus frambusia, meskipun ada beberapa orang yang dicurigai namun bukan penderita.

Baca Juga: Dituding Gelembungkan Anggaran Gerbang Kendari - Toronipa, Kadis SDA Bina Marga Siapkan Data Lengkap

Kondisi geografis dan sosial ekonomi yang kurang mendukung berkontribusi terhadap tingginya angka penderita. Yeny menekankan bahwa kurangnya air bersih menyebabkan kebiasaan mandi yang jarang, yang meningkatkan risiko penyakit ini.

Dr. Mufqi H. Priyanto, Sp.DVE, dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), menjelaskan bahwa anak-anak di bawah usia 15 tahun sangat rentan terhadap frambusia. “Anak-anak sering bermain bersama dan kontak fisik yang erat memudahkan penularan,” ungkapnya.

Gejala awal frambusia berupa benjolan berisi cairan kekuningan dan berbau. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, tulang, bahkan organ dalam.

Pemerintah dan tenaga kesehatan terus berupaya melakukan pencegahan dan pengobatan. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Baca Juga: Warga Minta Penanganan Serius Anak Jalanan di Kendari

“Pengobatan frambusia sangat mudah dan hanya perlu satu kali. Namun, karena sifatnya yang menular, pengobatan harus dilakukan pada semua orang yang kontak erat dengan penderita,” tegas Mufqi.

Peningkatan sanitasi dan kebersihan lingkungan menjadi kunci utama dalam upaya eradikasi frambusia. Dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, kita dapat memutus rantai penularan penyakit ini.

Sementara itu, Ellfi, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kota Kendari, menyebut Kota Kendari sebagai salah satu kota yang tidak menemukan kasus frambusia, terbukti dalam enam bulan terakhir tidak ada laporan kasus baru.

“Upaya pencegahan terus dilakukan melalui kebijakan wali kota, sosialisasi, dan mengajak masyarakat untuk menjadi ujung tombak dalam memerangi penyakit frambusia,” jelasnya. (A)

Penulis: Nur Fauzia

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga