Gelombang Omicron, WHO: Dunia Hadapi Titik Krisis Pandemi COVID-19
Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Senin, 24 Januari 2022
0 dilihat
Ilustrasi pemeriksaan pasien COVID-19. Foto: Repro alodokter.com
" Masyarakat di berbagai negara masih berjuang menghadapi serangan COVID-19 "
JAKARTA, TELISIK.ID - Masyarakat di berbagai negara masih berjuang menghadapi serangan COVID-19. Saat ini, muncul serangan varian baru Omicron.
Melansir okezone.com, serangan dari varian baru Omicron ini membuat kasus COVID-19 di banyak negara mengalami lonjakan. Bahkan, lonjakan kasus yang terjadi sangat cepat dibandingkan gelombang sebelumnya.
Pasalnya, varian Omicron memang lebih mudah menular dibandingkan varian lainnya.
Oleh karena itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut saat ini dunia global tengah ada di titik krisis.
“Pandemi COVID-19 sekarang memasuki tahun ketiga dan kita berada pada titik kritis,” kata Tedros dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters, Senin (24/1/2022).
Melihat situasi pandemi saat ini, Tedros mendesak negara-negara di dunia untuk bisa bekerja sama agar bisa mengakhiri fase akut pandemi COVID-19 ini.
Menurut Tedros, negara-negara di dunia saat ini bisa melakukannya karena sekarang memiliki semua alat yang tersedia untuk mengakhiri masa krisis akibat pandemi COVID-19.
"Kita harus bekerja sama untuk mengakhiri fase akut pandemi ini. Kita tidak bisa membiarkannya terus berlarut-larut, bergerak di antara rasa panik dan kelalaian,” tambahnya.
Dari keterangan WHO, sejauh ini Jerman diketahui menjadi donor terbesar untuk WHO.
Baca Juga: Warna Pelat Nomor Kendaraan Pribadi Berganti Jadi Putih
Sebelumnya, secara historis, Amerika Serikat lah yang memberikan kontribusi keuangan terbesar di antara negara-negara anggota untuk Organisasi Kesehatan Dunia tersebut.
Mengutip cnbcindonesia.com, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, varian Omicron diyakini berkembang 70 kali lebih cepat dari versi asli corona dan varian Delta dalam 24 jam.
Mayoritas penderita COVID-19 varian Omicron terbukti mengalami gejala batuk, mudah lelah, dan pilek atau hidung tersumbat.
Fakta tersebut diketahui berdasarkan laporan mingguan yang dirilis Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) bertajuk 'Morbidity and Mortality Weekly Report'.
Dalam laporan mingguan edisi 1-8 Desember 2021, CDC melaporkan bahwa penderita COVID-19 varian Omicron paling banyak mengeluhkan gejala batuk. Gejala ini dilaporkan sekitar 89% pengidap COVID-19 varian Omicron yang didata CDC kawasan Amerika Serikat.
Selain batuk, gejala lain yang umum dirasakan penderita COVID-19 varian Omicron adalah mudah lelah. Efek samping ini dirasakan 65% penderita COVID-19 varian baru tersebut.
Setelahnya, banyak penderita COVID-19 varian Omicron yang menderita pilek atau hidung tersumbat. Jumlah orang yang mendapat efek tersebut mencapai 59%.
Baca Juga: Terungkap, 4 Produsen Besar Kuasai Pasar Minyak Goreng di Indonesia
Penelitian yang sama juga mengungkap, hampir seluruh penderita COVID-19 akibat varian Omicron mengalami gejala penyerta.
Jumlah penderita COVID-19 varian Omicron yang mengalami gejala penyerta mencapai 93%. Sementara hanya 7% pengidap yang tidak diikuti gejala turunan.
Meski gejala yang dialami pengidap COVID-19 Omicron terbilang ringan, namun CDC mengingatkan bahwa varian ini berpotensi mengganggu sistem kesehatan karena sifatnya yang mudah menular.
Karena itu, CDC mengimbau seluruh pihak untuk memperkuat sistem pengawasan dan pertukaran informasi seputar Omicron untuk menekan laju penularan varian ini. (C)
Reporter: Fitrah Nugraha
Editor: Kardin