GMNI Dorong Kampus jadi Pelopor Gerakan Mahasiswa dan Perubahan
Rasmin Jaya, telisik indonesia
Minggu, 21 Mei 2023
0 dilihat
GMNI dorong kampus sebagai pelopor gerakan mahasiswa dan perubahan. Foto: Rasmin Jaya/Telisik
" Gerakan mahasiswa 1998 adalah kejadian monumental yang berhasil memaksa Presiden Soeharto turun tahta setelah 32 tahun berkuada, Soeharto turun dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998, sebagai puncak dari protes dalam gerakan mahasiswa 1998 "
KENDARI, TELISIK ID - Gerakan mahasiswa 1998 adalah kejadian monumental yang berhasil memaksa Presiden Soeharto turun tahta setelah 32 tahun berkuada, Soeharto turun dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998, sebagai puncak dari protes dalam gerakan mahasiswa 1998.
Tahun 1998 memang menyimpan kisah penting dalam sejarah perjalanan Indonesia karena menjadi penanda adanya babak baru, yakni era reformasi, di mana kebebasan dan demokrasi tak bisa dibungkam lagi oleh rezim otoritarianisme.
Awalnya, gerakan mahasiswa menuntut turunnya harga kebutuhan pokok yang melonjak sangat tinggi sejak Juli 1997, meskipun sebelum menemui titik klimaks ada rentetan pergerakan mahasiswa usai Presiden Soeharto jatuh dari jabatannya.
Sejak saat itu, berbagai demonstrasi sudah mulai dilakukan oleh para mahasiswa yang membuat kondisi dan situasi di Indonesia semakin tidak stabil. Salah satu gerakan mahasiswa yang masih terus teringat sampai saat ini adalah tragedi Trisakti yang berlangsung pada 12 Mei 1998.
Baca Juga: Intip Kekayaan Ali Mazi, Ahmad Monianse dan Kery Saiful Konggoasa, Kepala Daerah Berakhir September 2023
Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Kendari, Saswal Ukba mengatakan, meskipun ia bukan pelaku sejarah tetapi dalam literatur sejarah, menuntut adanya reformasi dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Dalam gerakannya, mahasiswa Indonesia menyampaikan beberapa tuntutan yang dikenal sebagai 6 agenda Reformasi 1998. Isinya adalah mengadili Soeharto dan para pengikutnya, amandemen UUD 1945, otonomi daerah seluas-luasnya, menghapus Dwifungsi ABRI, Hapuskan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) dan menegakkan supremasi hukum.
"Sehingga momentum tersebut kita jadikan kampus kembali sebagai ujung tombak pergerakan mahasiswa, di mana kampus juga merupakan labolatorium mahasiswa untuk menimba ilmu pengetahuan dan teknologi," ujarnya, Minggu (21/5/2023).
Selain itu, mahasiswa juga bisa melakukan berbagai proses dalam mengembangkan inovasi dan kreatifitas, serta terlibat secara langsung dalam kehidupan sosial politik masyarakat.
Di sisi lain, kampus dijadikan ruang untuk menciptakan kepemimpinan masa depan yang siap mengambil tanggung jawab dalam segala lini, baik legislatif, eksekutif dan yudikatif untuk mengimplementasikan ide dan gagasan selama bermahasiswa tentang model kepemimpinan dan pemerintahan yang ideal.
Ia juga berpesan, agar seluruh mahasiswa dan pemuda bisa mengingat jasa-jasa para aktivis mahasiswa yang rela berkorban demi kebebasan masyarakat sipil. Karena sejatinya, mahasiswa mempunyai tanggung jawab perubahan sosial dan beban sejarah yang harus ia ditunaikan dari setiap generasi.
Sementara salah satu kader GMNI Kota Kendari, Isman membeberkan, mahasiswa sering kali menjadi benteng pertahanan terakhir dalam perubahan bangsa, dalam setiap aksi parlemen jalanan.
Karena mahasiswa sendiri merupakan kelas menengah yang mudah terjun langsung di masyarakat, maka mereka sering dipercaya untuk menjadi konseptor dan eksekutor aspirasi masyarakat.
Ia mengharapkan, agar para aktivis pergerakan mahasiswa hendaknya memikirkan konsep regenerasi kepemimpinan ke depan, guna melanjutkan apa yang menjadi visi-misi menuju masyarakat adil dan makmur.
Sebab keberhasilan suatu gerakan pada hakikatnya tidak diukur hanya pada satu periode saja, tapi juga dilihat dari daya tahan pergerakan pada masa-masa selanjutnya, apakah terjadi kemunduran atau kemajuan supaya terus menjadi evaluasi dan pembelajaran.
"Momentum reformasi inilah yang menginjak 25 tahun seharusnya kita sebagai generasi muda, harus terus melanjutkan apa yang menjadi agenda reformasi serta menyiapkan kepemimpinan masa depan Indonesia," bebernya.
Selain itu, untuk memperkuat kepemimpinan gerakan mahasiswa, dibutuhkan organisasi dan kaderisasi yang matang untuk memperkuat daya tahan generasi dalam melihat tantangan zaman di era distrupsi seperti sekarang ini.
Baca Juga: Mulai Besok Tilang Manual Diterapkan di Kendari
Sementara, pengurus GMNI Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo (UHO), Fendi menuturkan, pergerakan mahasiswa di tahun 1998 sangat membawa kontribusi besar di tengah masyarakat, untuk merubah tatanan sosial politik menuju kebebasan dan demokrasi.
Untuk mengembalikan kepeloporan gerakan mahasiswa perlu disusun alur kaderisasi yang baik dan matang, untuk kepemimpinan yang baik dan terbuka.
Ia juga menyampaikan agar pimpinan pergerakan mahasiswa harus menjadi ikon dalam percaturan bangsa ini, baik dari kelompok kelembagaan mahasiswa intra maupun ektra kampus.
"Harusnya kan kita ini sebagai pemuda dan mahasiswa berani mengambil tanggung jawab, dan menjadi jembatan masyarakat dalam merespon kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat," tegasnya. (A)
Penulis: Rasmin Jaya
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS