Ilmuwan Minta WHO Deklarasikan Kondisi Krisis Iklim dan Alam
Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Sabtu, 28 Oktober 2023
0 dilihat
Para ilmuwan menyerukan kepada PBB, pemimpin dunia, hingga otoritas kesehatan dunia untuk segera menyatakan perubahan iklim dan musnahnya keanekaragaman hayati, sebagai kondisi darurat kesehatan global. Foto: Detik.com
" Para ilmuwan menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pemimpin dunia, hingga otoritas kesehatan dunia untuk segera menyatakan perubahan iklim dan musnahnya keanekaragaman hayati, sebagai kondisi darurat kesehatan global "
KENDARI, TELISIK.ID - Para ilmuwan menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pemimpin dunia, hingga otoritas kesehatan dunia untuk segera menyatakan perubahan iklim dan musnahnya keanekaragaman hayati, sebagai kondisi darurat kesehatan global.
Laporan yang diterbitkan oleh lebih dari 200 jurnal kesehatan ini mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyatakan krisis iklim dan alam sebagai krisis tunggal yang harus ditangani bersama untuk menghindari bencana yang lebih besar lagi.
Mengutip Dw.com, iklim dan biodiveritas masalah yang kompleks isu mengenai krisis iklim dan alam tersebut akan dibahas secara terpisah dalam konferensi PBB mendatang, yakni pada "Conference of the Parties" (COP) Iklim PBB ke-28 di Dubai pada bulan November dan COP ke-16 tentang keanekaragaman hayati di Turki pada tahun 2024.
Baca Juga: Ternyata 5 Start Up Ini Buatan Israel
"Tanpa alam, kita tidak punya apa-apa," tegas Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres dilansir dari Detik.com.
Krisis iklim dan alam ini juga berdampak langsung pada kesehatan manusia dan mempengaruhi ketersediaan kebutuhan pokok penduduk bumi, seperti pasokan makanan dan air.
Selain itu, kondisi darurat iklim planet ini juga akan meningkatkan risiko bencana alam akibat cuaca ekstrem, serta meningkatkan banyak penyakit.
Menurut para ahli, dampak secara langsung yang mungkin terjadi adalah semakin memburuknya kemiskinan yang akan menyebabkan migrasi besar-besaran dan meluasnya konflik.
Dampak kesehatan dari perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati juga memungkinkan untuk dialami secara tidak proporsional oleh masyarakat yang rentan, karenanya membutuhkan solusi untuk mengatasi ketidaksetaraan lingkungan dan sosial.
Baca Juga: Korban Tewas di Palestina Tembus 7.326 Orang, Termasuk Jurnalis
Pada bulan Desember 2022, COP keanekaragaman hayati berkomitmen untuk melestarikan 30 persen daratan, pesisir, dan lautan global hingga tahun 2030. Negara-negara maju menjanjikan $30 miliar (sekitar Rp 478 triliun) per tahun untuk membantu negara lainnya, demi mempertahankan komitmen COP iklim sebelumnya.
Namun, banyak dari janji-janji tersebut yang belum terpenuhi, sehingga mendorong dunia menuju "titik kritis".
Laporan para ilmuwan ini menegaskan, memulihkan keanekaragaman hayati dan mengatasi perubahan iklim adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis di masa depan. (C)
Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS