Ini Alasan di Balik Nama Unik Kuliner Sunda
Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Senin, 20 Februari 2023
0 dilihat
Kuliner Sunda memang punya rasa yang enak dan bercitarasa, tapi namanya kadang aneh dan terdengar lucu. Foto: Repro Merdeka.com
" Ada nilai-nilai lokal yang penting untuk diangkat pada makanan tradisional Sunda "
KENDARI, TELISIK.ID - Suku Sunda menjadi salah satu suku yang menguasai Pulau Jawa terutama Jawa Barat. Suku ini punya berbagai budaya hingga makanan khasnya, namun sering kali makanan Sunda punya penamaan yang unik dan sulit diucapkan orang non Sunda.
Dilansir dari Unpad.ac.id, nama-nama makanan Sunda yang unik ini menarik perhatian dosen Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Elvi Citraresmana.
Bersama tim yang terdiri dari dua dosen dan dua mahasiswa pascasarjana FIB, Elvi meneliti tentang “Tata Nama Kuliner Sunda Sebagai Kearifan Lokal dalam Perspektif Cognitive Onomastics”.
Penelitian yang dilatarbelakangi keadaan pandemi COVID-19 yang sangat berdampak pada kondisi UMKM, khususnya di Jawa Barat, menemukan, di balik nama yang unik dan aneh, tetap ada suatu sistem yang ditemukan pada tatanan nama-nama makanan Sunda.
Saat menjadi pembicara dalam acara “Hardtalk” di kanal YouTube Unpad, Selasa (7/2/2023), Elvi menjelaskan, pada penelitian sebelumnya membahas bahwa makanan Sunda banyak yang menggunakan akronim.
Dalam penelitian yang Elvi lakukan, nama makanan Sunda tidak hanya terdiri dari akronim.
Baca Juga: Dessert Terenak di Dunia Ternyata dari Indonesia
“Ada juga nama-nama makanan Sunda yang memiliki bunyi-bunyi tertentu yang menjadikannya jauh lebih mudah diingat oleh orang lain,” kata Elvi.
Penelitian tersebut dilakukan di tiga kota di Jawa Barat, yaitu: Bandung, Garut, dan Sukabumi. Beberapa kategori yang ditemukan dari penelitian ini adalah kategori nama makanan jajanan pasar, makanan populer, makanan basah, dan makanan tradisional.
Khusus kategori makanan tradisional, Elvi dan tim belum bisa menganalisis karena dibutuhkan pemahaman mendalam seperti sejarahnya. Dari tiga kota ini, ditemukan banyak nama makanan unik, salah satunya makanan yang terbuat dari bahan dasar aci atau tepung kanji.
“Contohnya, ada makanan yang diberi nama dari cara memakannya seperti ‘citruk’. ‘Citruk’ yang artinya ‘aci ngagetruk’ menghasilkan bunyi ‘getruk’ saat digigit karena teksturnya yang keras. Hal ini menjelaskan bahwa hanya dari nama saja bisa menentukan konsumen dan konsumen juga bisa memilih produk yang akan dibeli,” paparnya.
Elvi juga menjelaskan kalau orang Sunda suka memberikan nama makanan dengan cara diulang-ulang atau reduplikasi. Contohnya, makanan “bala-bala” diambil dari kata bala yang dalam bahasa Sunda artinya tidak bersih atau tidak rapi.
Nama ini disematkan karena isi dari bala-bala adalah berbagai macam sayuran yang dicampur tepung dan dibentuk secara asal. Selain itu, nama makanan yang direduplikasi banyak yang mengambil verba atau kata kerja.
Salah satunya adalah “gado-gado” yang diambil dari kata digado atau dimakan tanpa nasi. Ada pula reduplikasi yang terdapat pada awal silabel seperti “rarauwan”. Rarawuan diambil dari kata dirawu yang artinya diambil segenggam.
Baca Juga: Resep Capcay Sederhana Rasa Bintang Lima
Elvi melanjutkan, ada pula nama makanan yang cukup unik, yaitu “gorrjag’. Kata ini merupakan singkatan dari goreng jagung. Gorejag juga adalah sinonim dari ngorejat yang dalam bahasa Sunda artinya terkejut.
Dikutip dari Detik.com, Elvi melihat bahwa orang Sunda ini kreatif. Kreatif, unik, tapi tidak meninggalkan akarnya. Orang Sunda juga dikenal humoris, jadi nama-namanya juga tidak terlalu serius, tapi justru ini yang diingat.
Dari penelitiannya itu, Elvi memaparkan jika ada nilai-nilai lokal yang penting untuk diangkat pada makanan tradisional Sunda. Jika penelitian ini bisa dilanjutkan ke linguistic landscape, diharapkan hasil dari penelitiannya bisa menjadi dokumentasi tata nama makanan Sunda.
Selain namanya yang unik, bagi dia, kuliner Sunda tidak kalah enak rasanya dengan jenis kuliner lainnya. Hal ini seyogyanya menyadarkan masyarakatnya untuk terus mempromosikan kuliner Sunda yang pasarnya bisa untuk semua kalangan. (C)
Penulis: Adinda Septia Putri
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS