Ini Tingkatan Puasa Ramadan Menurut Imam Algazali, Kamu Masuk yang Mana?

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Jumat, 16 April 2021
0 dilihat
Ini Tingkatan Puasa Ramadan Menurut Imam Algazali, Kamu Masuk yang Mana?
Ilustrasi beribadah di bulan Ramadan. Foto: Repro Google.com

" Allah ‘Azza wa Jalla berfirman kepada para Malaikat: lihatlah kepada hamba-Ku yang meninggalkan hawa nafsu, kesenangan, makan dan minumnya karena Aku. "

KENDARI, TELISIK.ID - Puasa Ramadan salah satu dari lima rukun Islam yang hukumnya wajib bagi umat muslim. Rukun Islam itu mulai dari syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.

Dengan begitu, puasa merupakan salah satu ibadah yang mendapat pahala langsung dari Allah SWT. Ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadis sahih:

"Sesungguhnya Rabb kalian berfirman, setiap kebaikan diberi pahala 10 kali hingga 700 kali lipat. Sedangkan puasa untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi pahala puasanya (tanpa batas jumlah pahala)."

Dari salah satu keistimewaan ibadah puasa, aroma bau mulut orang yang sedang berpuasa disebutkan lebih wangi di sisi Allah SWT, daripada aroma wangi misyk (salah satu jenis minyak wangi).

Bahkan jika ada orang yang mengajak bertengkar, umat Islam diminta menahan diri dan berkata; ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa’. Ada banyak larangan dalam berpuasa, terutama terkait dengan hawa nafsun manusia.

Dilarang makan, minum, berhubungan suami istri, bertengkar dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah dan amalan saleh.

Baca juga: Bolehkah Wanita Minum Obat Penunda Haid untuk Puasa?

Allah SWT sangat membanggakan orang-orang yang berjuang mengendalikan hawa nafsunya saat melaksanakan ibadah puasa. Seperti sabda Nabi, "Allah ‘Azza wa Jalla berfirman kepada para Malaikat: lihatlah kepada hamba-Ku yang meninggalkan hawa nafsu, kesenangan, makan dan minumnya karena Aku."

Namun demikian, dilansir Suara.com jaringan Telisik.id, bila mengacu kepada Kitab Ihya' Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali, setidaknya ada tiga tingkatan orang berpuasa.

1. Shaum al-‘Umum (Puasa Umum)

Pada tingkatan ini, orang melaksanakan ibadah puasa hanya sekedar mencegah perut dari makan, minum dan menjaga diri dari godaan syahwat birahi semata. Bahkan model puasa seperti ini ditingkatkan dengan kategori puasa paling rendah dibandingkan dua model puasa lainnya.

Artinya orang yang melaksanakan puasa dengan model ini, yakni berpuasa hanya sekadar memenuhi persyaratan dalam ibadah ini yaitu menahan lapar, haus, dan bersetubuh suami istri di siang hari. Mereka tetap mendapatkan balasan pahala, namun hanya sedikit.

Sehingga umat Islam harus senantiasa menjaga puasa mereka agar tidak hanya sekadar menjalankan rutinitas semata, atau sekadar menggugurkan kewajiban. Seperti Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; ‘Begitu banyak orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga belaka’.

2. Shaum al-Khusus (Puasa Khusus)

Model ini puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan, minum dan bersenggama. Namun juga menahan indera dan alat gerak lainnya dari melakukan berbagai hal yang dilarang syariat. Mulai dari pendengaran, penglihatan, ucapan, hingga gerak tangan dan kaki diusahakannya agar tidak sampai melakukan tindakan maksiat.

Baca juga: Hadis Palsu dan Lemah tentang Ramadan yang Marak Beredar Bagian 2

Untuk bisa masuk pada tingkatan ini, seorang muslim sedikitnya harus menjaga diri sekaligus menjauhkan diri dari 6 (enam) jenis perbuatan berikut: Pertama, menahan diri dari melihat, memandang segala hal yang dicela dan dimakruhkan yang dapat membimbangkan dan melalaikan hati dari mengingat Allah.

Kedua, menjaga lidah dari perkataan sia-sia seperti mengumpat, berbohong, berkata keji, ucapan yang dapat merenggangkan persaudaraan, ucapan kebencian, atau mengandung riya’. Sehingga seorang muslim yang berpuasa lebih baik berdiam diri dan menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah maupun membaca Al-Qur’an.

Ketiga, menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik. Ucapan yang haram diucapkan, haram pula untuk didengarkan. Keempat, mencegah anggota tubuh lain dari perbuatan dosa dengan menghindari dari segala sesuatu yang makruh, mencegah perut mengonsumsi hal syubhat saat waktu berbuka.

Kelima, tidak berlebihan saat berbuka puasa hingga perut penuh dengan makanan. Sebab perut yang penuh sesak dengan yang halal (dalam konteks berbuka puasa), berbahaya. Sebab seorang tidak mungkin mendapatkan faedah puasa jika saat tiba waktu berbuka, ia hanya mengincar apa yang tidak didapat saat berpuasa.

Keenam, mempunyai hati yang diliputi rasa cemas dengan penuh harap karena ketidaktahuan (apakah puasanya diterima atau tidak). Sehingga seorang muslim harus senantiasa berikhtiar memperbaiki diri dengan tidak berpuasa pada model dan tingkatan yang dilakukan.

3. Shaum al-Khusus al-Khusus (Puasa Spesial)

Model puasa ini merupakan level puasa para Nabi, orang-orang shalih hingga para kekasih Allah SWT. Sebab pada tingkat puasa ini, hati juga berpuasa dari segala cita-cita hina, termasuk melepas dari segala pikiran duniawi, serta mencegah dari sisi lain selain Allah Subhanabu wa Ta’ala.

Bahkan dalam tingkatan puasa ini, orang yang berpuasa tidak rela saat mereka justru lalai mengingat Allah ‘Azza wa Jalla. Sebab fokus ibadah puasa yang dilakukan pada tingkatan ini hanya semata-mata mengharap Rida Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga puasa level ini masuk katagori tingkatan paling utama. Wallahu A’lam. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga