Kantoki, Kuliner Seafood Ala Jepang dari Pulau Makasar

Ali Iskandar Majid, telisik indonesia
Senin, 30 September 2024
0 dilihat
Kantoki, Kuliner Seafood Ala Jepang dari Pulau Makasar
Aktivitas pengambilan gonad (telur) duri babi segar yang dilakukan Yulina, dibantu oleh iparnya Yati di pesisir pantai Bonelalo, Pulau Makasar. Foto: Ali Iskandar Majid/Telisik

" Kantoki adalah kuliner khas dari Pulau Makasar, Kota Baubau, yang terbuat dari gonad (telur) kaumbai/tao yang dikukus dalam cangkang duri babi "

BAUBAU, TELISIK.ID - Kantoki adalah kuliner khas dari Pulau Makasar, Kota Baubau, yang terbuat dari gonad (telur) kaumbai/tao yang dikukus dalam cangkang duri babi.

Menu seafood ala Jepang ini telah lama populer di kalangan masyarakat Buton dengan berbagai penyebutan nama. Khusus di Pulau Makasar, masyarakat meyebut makanan tersebut dengan nama kantoki.

Sampai saat ini, dalam cakupan wilayah Kota Baubau, masyarakat Pulau Makasar khususnya di Lingkungan Bonelalo, Kelurahan Sukanaeo, masih tetap membuat dan menjual kuliner khas tersebut.

Untuk menghasilkan satu porsi kantoki, setidaknya dibutuhkan 20 - 30 ekor kaumbai/tao atau bulu babi segar untuk diambil gonad (telurnya) yang kemudian dikukus pada cangkang duri babi.

Proses pembuatannya pun hanya menggunakan alat seadanya. Duri babi dibersihkan durinya sehingga tidak melukai tangan ketika hendak mengambil gonad (telur) nantinya. Kemudian cangkang duri babi dibelah menjadi dua bagian untuk memudahkan proses pengambilan gonad dengan menggunakan pisau dapur ataupun parang.

Gonad kemudian dikumpulkan pada satu wadah sebelum akhirnya dimasukkan kembali ke dalam cangkang duri babi yang telah disiapkan sebelum nantinya dikukus selama 5 - 10 menit dengan api sedang.

Baca Juga: Tarik Minat Wisatawan, Pj Bupati Kolaka Utara Bakal Revitalisasi Objek Wisata Kampung Kuliner

Ada yang unik pada proses pengumpulan gonad duri babi, seperti telah menjadi tradisi di Lingkungan Bonelalo, para perempuan di sana dari berbagai usia berbondong-bondong berkumpul saling membantu melakukan aktivitas tersebut.

Salah seorang pedagang Kantoki, Yulina mengatakan, selama dirinya berkecimpung menjadi pembuat kantoki, dirinya tidak sendirian, serangkali dibantu oleh saudara dan tetangganya pada saat memisahkan kotoran dan gonad duri babi.

Ia mengatakan, bantuan suka rela itu datang dengan berbagai tujuan. Ada yang datang untuk mengisi waktu senggang, dan ada pula yang datang untuk meyambung interaksi sosial di lingkungan tersebut.

Yulina mengaku, terkadang pengumpulan gonad duri babi memakan waktu yang cukup lama apabila jumlah duri babi yang didatangkan jumlahnya berlimpah dan melibatkan 4 orang dewasa bahkan lebih, untuk pengerjaan tersebut.

"Kadang bisa lama juga kita kasih pisah isinya, kadang kala saya dibantu sama saudara dan tetangga di sini," ucap Yulina kepada telisik.id, Senin (30/9/2024).

Kaumbai/tao atau duri babi, biasanya didapatkan dari luar Pulau Makasar. Masyarakat di sana terkadang rela menyuluh di malam hari untuk mencari hasil laut tersebut. Bahkan terkadang sampai harus melakukan perjalanan jauh hingga memakan waktu berhari-hari.

Pedagang kantoki lainnya, Wa Apepe, mengaku bersama suami sering melakukan perjalanan jauh ke pesisir pantai yang banyak terdapat duri babi dengan jarak tempuh 1 - 2 jam apabila lokasi yang didatangi cukup jauh. Tidak tanggung-tanggung, terkadang memakan waktu berhari-hari dalam pencarian duri babi.

Ia menuturkan, pada saat situasi seperti itu, biasanya duri babi langsung diolah di tempat, sehingga keesokan harinya kantoki sudah dapat dijual ke pasar. Harga satu porsi kantoki dibanderol dengan harga Rp 15.000 sampai dengan Rp 20.000, menu yang satu ini biasanya bisa tahan hingga berhari-hari dan sering dijadikan sebagai persediaan bekal ketika hendak merantau ke luar daerah.

Baca Juga: Kapusu Nosu, Kuliner Tradisional Pengganti Nasi Khas Buton yang Lezat dan Kaya Gizi

"Kalau perjalanannya mungkin bisa 1 jam atau lebih kalau jauh, tapi kalau dekat 15 - 25 menit," ungkap Wa Apepe di sela aktivitasnya membersihkan duri babi di pesisir pantai Bonelalo.

Untuk dapat menikmati kuliner khas yang satu ini, tidak ada salahnya untuk datang mampir ke Desa Kuliner, Lingkungan Bonelalo, Kelurahan Sukanaeo, Pulau Makasar. Pelancong dapat mengambil rute darat dari Kota Baubau menuju Pulau Makasar dengan waktu tempuh 30 - 45 menit waktu perjalanan.

Atau dapat mengambil jalur alternatif dengan menumpangi perahu jarangka dengan waktu jarak tempuh sekitar 20 menit melintasi perairan Pulau Makasar. Cukup dengan membayar Rp 10.000 per orang pelancong akan diantar ke Pulau dengan julukan Liwuto Yinta itu.

Bila belum sempat ke sana, pelancong dapat berkunjung ke Pasar Wameo khusus area pasar ikan. Di sana ada banyak ibu-ibu dari Pulau Makasar yang menjual kantoki dan beberapa makanan laut yang masih segar dengan harga yang sangat terjangkau. (B)

Penulis: Ali Iskandar Majid

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga