Kemunculan Kandidat Tanpa Perhitungan Politik

M. Najib Husain, telisik indonesia
Sabtu, 19 Juni 2021
0 dilihat
Kemunculan Kandidat Tanpa Perhitungan Politik
Dr. M. Najib Husain, Dosen FISIP UHO. Foto: Ist.

" Banyak yang bisa berbicara tetapi tidak mampu berkomunikasi. "

Oleh: Dr. M. Najib Husain

Dosen FISIP UHO    

BANYAK yang bisa berbicara tetapi tidak mampu berkomunikasi.

Kata pembuka dalam tulisan ini tidak lain melihat pergerakan para kandidat untuk bakal calon gubernur Sultra ataupun calon walikota dan bupati se-Sultra yang sudah muncul dan yang masih malu-malu.

Terutama bagi para bakal calon yang sudah muncul harus punya strategi pemenangan yang tepat karena bisa jadi kandidat sudah bekerja namun ternyata angka elektabilitas kandidat tidak bertambah secara signifikan.

Salah satu penyebabnya seperti kata pembuka di atas bisa berbicara tetapi tidak bisa berkomunikasi, apalagi dengan Pilkada yang masih 3 tahun akan membutuhkan energi yang besar. Sehingga perlu ada strategi yang matang.

Ahli strategi perang Sun Tzu pernah berkata jika kamu mau menang maka strateginya adalah kenali diri sendiri, kenali lawan, niscaya kemenangan pasti ada di tangan. Kenali medan pertempuran, kenali iklim maka kemenangan akan sempurna.

Jadi diawali dari mengenal diri sendiri, seperti apa kekuatan diri sendiri, jika sudah diketahui tinggal bagaimana mengkomunikasikan pada khalayak tentang kemampuan yang dimiliki sehingga berani untuk maju sebagai seorang pemimpin.

Betul sekali kalau ada yang mengatakan komunikasi bukanlah panasea, tidak semua masalah dapat tuntas terselesaikan dengan komunikasi. Meski demikian, perannya tidak dapat diremenkan dalam membentuk citra atas kandidat.

Baca juga: Presiden Jokowi yang Terbebani Berbagai Kepentingan

Sangat sedikit pemilih yang memiliki pengalaman langsung berinteraksi dengan kandidat, dan juga biasanya kandidat jika di lapangan hanya akan bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat atau yang merasa dirinya sebagai opini leader.

Media massa yang kemudian menjembatani pengalaman yang kurang dari pemilih-pemilih yang tidak punya kepentingan untuk menjadi tim sukses kandidat. Apa dan bagaimana kandidat dikonstruksi oleh media, seperti itu pula mereka berpeluang besar dipersepsi oleh pemilih.

Di sinilah posisi media menjadi strategis dalam mendukung kesuksesan para kandidat. Sehingga para kandidat harus memiliki tim media, karena pengalaman Pilkada 2020, masih ada kandidat yang bertarung tidak memiliki tim media.  

Dalam kontestasi Pilkada, ada tiga elemen yang berperan dalam kesuksesan kandidat dalam memperkenalkan diri. Elemen-elemen tersebut yaitu kompetensi kandidat, sosialisasi, dan mesin politik.

Ketiganya menyumbangkan porsi peluang keberhasilan yang sama besarnya. Optimalisasi ketiganya diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan popularitas serta elektabilitas kandidat.

Media massa lagi-lagi menempati posisi strategis karena kempuannya dalam membentuk persepsi publik atas kompetensi kandidat, serta menyebarluaskan pesan-pesan kampanye.

Dalam sosialisasi yang dilakukan oleh kandidat hindari melemparkan tuduhan ofensif kepada pihak lain karena pada derajat tertentu justru memperlihatkan kelemahan diri sendiri. Lebih produktif jika tim pemenangan berkonsolidasi untuk terus menerus memproduksi pesan-pesan positif yang membangkitkan optimisme.

Baca juga: Untung Rugi Buat PDIP

Pesannya ada yang bersifat umum, ada pula yang bersifat khusus sesuai konteks atau wilayah. Pesan yang disampaikan dirancang dengan mengunakan topik-topik yang  tematik. Ada sejumlah topik yang dapat menjadi masukan untuk mengembangkan pernyataan pernyataan solutif yang positif.

Upaya untuk mendetailkannya membutuhkan masukan dari tim-tim di lapangan serta pasokan informasi dari tim riset yang digunakan oleh tim pemenangan. Topik tematik ini hanyalah pemantik ide. Tidak kaku. Kretifitas tim pemenangan sangat dibutuhkan untuk menggodak topik tersebut.

Para kandiat dapat mempromosikan diri lewat program-program populis baik dalam sektor pelayanan dasar dan ekonomi lokal; dan kondisi ketertinggalan daerah.

Kecenderungan politik berbasis program (programmatic politics) dalam kerangka elektoral. Dengan program-program pelayanan publik dasar dan pembangunan ekonomi berbasis lokal.

Lewat program yang didesain oleh tim pemenangan akan menjadi Panggung Kreatif kandidat, panggung-panggung yang menarik perhatian publik dan media.

Di kesempatan tersebut, tidak ada pernyataan politik atau ajakan untuk memilih tampil sebagai anggota masyarakat yang berinteraksi secara humanis layaknya orang kebanyakan.

Disitulah yang namanya pandai berkomunikasi, sehingga apa yang dikatakan Colin Powell: Pemimpin hebat adalah yang hampir selalu hebat dalam menyederhanakan (yang) semua orang dapat mengerti. (*)

Artikel Terkait
Kelapa

Kelapa

Kolumnis Minggu, 29 Maret 2020
Baca Juga