Kemungkinan Anies dan PDIP di Pilkada DKI Jakarta

Efriza, telisik indonesia
Minggu, 23 Juni 2024
0 dilihat
Kemungkinan Anies dan PDIP di Pilkada DKI Jakarta
Efriza, Dosen Ilmu Politik dan Owner Penerbitan. Foto: Ist.

" Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berupaya mengajukan wacana memadukan antara Anies dan Kaesang. Lagi-lagi ini adalah usulan yang rasanya ketidakmungkinan, meski politik adalah seni dari ketidakmungkinan menjadi hal yang terjadi "

Oleh: Efriza

Dosen Ilmu Politik dan Owner Penerbitan

KAGET itu ekspresi awal ketika membaca rencana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengusung Anies Baswedan untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) tahun 2024 ini.

Sebenarnya dalam politik pragmatis di negeri ini hal biasa jika “minyak dan air” dipersatukan, diupayakan dilarutkan, tak da yang istimewa. Contoh saja, pasca Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019 lalu, rival pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan KH Ma’ruf Amin yakni pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno keduanya menjadi Menteri dari Pemerintahan Presiden Jokowi.

Hanya saja sungguh fenomenal, ketika Anies adalah non-partai politik malah didorong menjadi calon gubernur (cagub) DKJ oleh PDIP. Sebab ada contoh nyata, ketika Ahok non-partai yang awalnya ingin menjadi cagub dari jalur independen, akhirnya didorong oleh PDIP menjadi Cagubnya dengan syarat bergabung dahulu sebagai kader PDIP.

Sedangkan dalam kasus Anies berbeda. PDIP mendukung Anies sebagai Cagub DKJ tanpa syarat seperti sebagai kadernya dahulu. Ini menunjukkan Anies tetap maju dalam tiga kali pemilihan nantinya sebagai non-partai yakni dari Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, Pilpres 2024 kemarin, dan rencana Pilkada 2024 ini.

Bahkan, sebelumnya Anies adalah sebagai Gubernur DKI Jakarta dan PDIP adalah oposisi pemerintahan daerah di era Anies karena persaingan di Pilkada 2017 lalu.  Tulisan ini ingin menguraikan perkembangan dinamika politik menuju Pilkada DKJ 2024.

Usulan Memadukan Anies dengan Kaesang

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berupaya mengajukan wacana memadukan antara Anies dan Kaesang. Lagi-lagi ini adalah usulan yang rasanya ketidakmungkinan, meski politik adalah seni dari ketidakmungkinan menjadi hal yang terjadi.

Kaesang diyakini memiliki tiket di Pilkada DKJ ini karena jalannya dimuluskan oleh keputusan Mahkamah Agung (MA). Keputusan dari MA menetapkan bahwa cagub dan wakil gubernur apabila berusia minimal 30 tahun dan calon bupati dan wakil bupati atau calon walikota dan wakil walikota jika berusia 25 tahun ketika dilantik bukan ketika ditetapkan sebagai pasangan calon.  

Atas keputusan MA ini, publik merespons dengan plesetan MA adalah Mahkamah Adik sedangkan MK yang pernah memuluskan Gibran sebagai cawapres dianggap MK adalah Mahkamah Kakak.

Baca Juga: Menjajal Ahok di Pilkada Gubernur Sumatera Utara

Kaesang yang memang terobsesi untuk maju di Pilkada DKJ dalam posisi apapun, kuat dugaan ingin sebagai wakil gubernur. Kaesang menghadirkan seloroh ingin berpasangan bersama Anies. Hanya saja, Kaesang meralat pernyataannya dengan menyatakan Kaesang dan Anies berbeda.

Publik memahami ralat dari pernyataan Kaesang. Ralat Kaesang ini menunjukan dirinya memahami hubungannya dengan Anies berbeda posisi politiknya. Anies adalah sosok pengkritik presiden Jokowi yang merupakan ayahnya Kaesang, dan Anies rival dari kakaknya yakni Gibran saat di Pilpres 2024 lalu.

Sinyal Anies dan Kaesang akan dapat dipasangkan, dapat dianggap layaknya “pungguk merindukan bulan” adalah sesuatu yang tak mungkin. Pernyataan Kaesang yang telah menunjukkan ketidakmungkinan pasangkan Anies dan Kaesang karena berbeda secara posisi politik, ini pula yang dihormati oleh Anies.

Artinya wacana mempasangkan Anies-Kaesang sekadar cuatkan ide semata. Bahkan, asumsi bahwa Pilkada DKJ akan diikuti oleh satu pasangan calon tunggal dari rencana dipadukannya Anies-Kaesang adalah masih menjadi hal mustahil. Malah yang pasti adalah Anies tetap menjadi rival dari pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur yang nanti diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Pilkada Layaknya Pertarungan Pilpres Jilid 2

Pasca wacana Anies-Kaesang layu sebelum berkembang. Tetapi tidak dengan rencana memajukan Anies sebagai cagub DKJ di Pilkada 2024 ini. PKB masih mencoba menjadi koordinator dari mengusung Anies, dan PDIP masih menjadi partai yang kepincut dengan Anies.

Memang memungkinkan Pilkada DKJ 2024 ini akan serasa pertarungan panas Pilpres lanjutan atau Pilpres Jilid 2. Anies diyakini diperhitungkan oleh partai-partai dari pasangan kubu 01 dan kubu 03 di Pilpres 2024 lalu.

Sedangkan lawannya adalah partai-partai pendukung pemerintahan terpilih kubu 02 dari Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Upaya menggoda untuk menggembosi kekuatan partai-partai kubu 01 dan 03 memang tampak nyata. Seperti Gerindra menggoda dan menawarkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk sebagai calon wakil gubernur (cawagub) sedangkan cagubnya dari KIM.

Baca Juga: Judi Online dengan Kisah Menyertainya

Partai Nasdem berusaha pasif belum menunjukkan sikap resmi mengusung Anies tetapi nama Anies masuk dalam bursa cagub dari Partai Nasdem. Langkah ini diyakini bahwa partai nasdem masih berusaha menggoda Partai Gerindra dan/atau Prabowo sebagai calon presiden (capres) terpilih untuk memberikan perhitungan tawarannya yang terbaik dari langkah partai nasdem bergabung dengan pemerintahan.  

Agar partai nasdem amat diperhitungkan, partai nasdem juga melakukan langkah berupa sikap menolak Ridwan Kamil diajukan sebagai cagub DKJ. Sikap partai nasdem ini membuat pusing Partai Gerindra karena bertentangan dengan harapan Gerindra mengusung Ridwan Kamil di DKJ.

Gerindra memang berharap Golkar memajukan Ridwan Kamil di DKJ bukan sebagai Gubernur di Jawa Barat, sehingga Gerindra bisa mencengkram Jawa Barat dengan memajukan Dedi Mulyadi sebagai cagub Jawa Barat karena Ridwan Kamil digeser dengan diajukan sebagai cagub di DKJ.

Dengan situasi sekarang ini, tampaknya Anies memungkinkan didukung oleh partai-partai peraih kursi di Senayan dari dua kubu di Pilpres yakni kubu 01 dan kubu 03. Meski terbuka kemungkinan kubu 01 dan 03 ada dari partai-partai politiknya yang menyebarang ke KIM. Jadi terbuka kemungkinan kubu KIM bertarung dengan kubu Anies plus PDIP.

Anies memungkinkan koalisinya yakni: dua partai dari PKB-PDIP, kemungkinan dukungan tiga partai PKB-PDIP-PKS, PKS-Partai Nasdem-PDIP, PKB-Partai Nasdem-PDIP, bahkan kemungkinan solid partai-partai kubu 01 dan 03 yakni PKB-PKS-Nasdem-PDIP.  (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Kelapa

Kelapa

Kolumnis Minggu, 29 Maret 2020
Baca Juga