Kisah Mualaf Menachem Ali, Pakar Filologi Pernah Debat KH Abdullah Wasian
Merdiyanto , telisik indonesia
Minggu, 22 September 2024
0 dilihat
Pakar filologi Menachem Ali memutuskan menjadi seorang mualaf. Foto: Repro Dyah Ayu Pitaloka
" Menachem Ali, pakar filologi yang diberikan hidayah sehingga bisa masuk Islam dan menjadi mualaf, sebelumnya terkenal sebagai pelopor Kristen Syiria Ortodoks (ISCS) di Indonesia "
JAKARTA, TELISIK.ID - Menachem Ali, pakar filologi yang diberikan hidayah sehingga bisa masuk Islam dan menjadi mualaf, sebelumnya terkenal sebagai pelopor Kristen Syiria Ortodoks (ISCS) di Indonesia.
Pria bergelar profesor filologi itu dan temannya bergantian memberikan materi. Lembaga tersebut juga berperan penting dalam penerbitan kitab agamanya yang berbahasa Arab di Indonesia.
Tetapi, keputusan Menachem Ali masuk Islam yang sangat mengejutkan itu memberikan pukulan telak bagi para pengikutnya. Ia mengambil langkah ini dengan penuh keyakinan. Menachem Ali mantap menjadi seorang mualaf pada tahun 2005.
Menachem Ali telah bersumpah pada keyakinan lamanya sejak masa SMA. Dalam perjalanan hidupnya, Ali pernah berdiskusi dengan KH Abdullah Wasian, seorang kristolog senior yang memiliki kemampuan mendalam dalam mengupas ajaran Nasrani dengan baik, seperti dilansir dari laman sindownews.com, Minggu (22/9/2024).
Baca Juga: Perjalanan Spiritual Jeffrey Lang, Profesor Amerika Serikat Putuskan Mualaf Setelah Iseng Baca Al-Qur'an
Ali saat itu dikenal sebagai intelektual muda dari kepercayaannya. Sementara itu, Abdullah Wasian adalah sosok yang disegani oleh para pendeta karena penguasaannya terhadap Alkitab.
Keputusan Ali untuk masuk Islam tidak terkait dengan perdebatan tersebut. Setelah lulus dari Unair, ia melanjutkan studi program magister.
Setelah itu, ia berkesempatan menjadi dosen Filologi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga. Di tengah kesibukannya mengajar, Ali tak pernah berhenti untuk menggali lebih dalam tentang kebenaran.
Setelah melalui perenungan yang panjang, Ali akhirnya memilih untuk memeluk Islam. Pada bulan Agustus 2005, ia resmi menjadi mualaf dan meninggalkan keyakinan lamanya.
Di podcast Dondy Tan yang tayang 23 Desember 2021 lalu, Ali membagikan kisah spiritualnya tentang proses menjadi seorang mualaf. Dalam kesempatan itu, ia dengan terbuka mengungkapkan berbagai alasan yang membuatnya mantap memeluk Islam.
Ali mengungkapkan bahwa ada dua faktor utama yang mendorongnya untuk terus mencari kebenaran, salah satunya terkait dengan kitab suci agama yang dianutnya sebelumnya.
“Ini pengalaman saya pribadi ya. Pertama, firman Allah yang menjadi buku atau kitab itu problem. Kedua, firman Allah yang menjadi manusia itu problem,” ucap Ali.
Pada faktor pertama soal firman Allah yang dituangkan dalam bentuk kitab, Ali mempertanyakan mengapa terdapat perbedaan yang cukup signifikan di antara berbagai aliran dalam agama Kristen.
Baca Juga: Kisah Eks Persija Silvio Escobar, Hampir Gagal Mualaf Gegara Takut Sunat
Ia menyebutkan bahwa ada tiga kelompok besar dalam agama Kristen, masing-masing memiliki Alkitab dengan jumlah buku yang berbeda. Ada yang memiliki 73 buku, 66 buku, bahkan hingga 78 buku.
“Artinya apa, semua kekristenan di dunia memang nama kitabnya sama (Alkitab). Tetapi, sebenarnya isinya itu diperdebatkan. Mana yang wahyu dan bukan itu tidak ada kesepahaman dan kesepakatan,” sambung Ali.
Selanjutnya, Ali membandingkan Alkitab dengan Al-Qur'an. Ia menemukan bahwa tidak seperti Alkitab yang memiliki berbagai versi, Al-Qur'an hanya ada satu versi yang final dan tidak dapat diperdebatkan, terlepas dari perbedaan mazhab atau organisasi di antara umat Islam.
Setelah memeluk Islam, kehidupan Ali mengalami perubahan signifikan. Selain menjalankan ibadah sebagai seorang muslim, ia juga aktif berdakwah dan membimbing orang lain untuk memeluk Islam sesuai dengan keahliannya. (C)
Penulis: Merdiyanto
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS