Kisah Penjahit Sepatu di Kendari yang Sepi Pelanggan, Terpaksa Merangkap Jualan Gorengan

Erni Yanti, telisik indonesia
Jumat, 29 Maret 2024
0 dilihat
Kisah Penjahit Sepatu di Kendari yang Sepi Pelanggan, Terpaksa Merangkap Jualan Gorengan
Yayat (50), penjahit sepatu sedang menunggu pelanggan. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Seorang penjahit sepatu di Kendari, Yayat (50) menjalani profesinya sudah bertahun-tahun meski sepi pelanggan. Dia terlihat lebih banyak berbaring sambil menunggu pelanggan "

KENDARI, TELISIK.ID - Seorang penjahit sepatu di Kendari, Yayat (50) menjalani profesinya sudah bertahun-tahun meski sepi pelanggan. Dia terlihat lebih banyak berbaring sambil menunggu pelanggan.

Hal itu terlihat saat Telisik.id menemui Yayat di tempat menjahit sepatunya di Jalan Lamuse Baruga, Kota Kendari, ia tengah membaringkan kepalanya beralaskan tangan di atas papan tempatnya menjahit sepatu.

Saat disapa, ia terbangun lalu tersenyum. Ia mengatakan sedang menunggu pelanggan. Yayat menjalani pekerjaannya dengan tekun dan kerja keras. Meski kadang sehari tak mendapatkan penghasilan sepeser pun.

"Ia lagi sepi, kadang satu hari itu tidak ada dan kadang juga ada, jadi tidak menentu penghasilannya," kata Yayat.

Menjadi penjahit sepatu bisa dibilang lebih banyak sepinya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama istri dan anaknya, Yayat terpaksa berjualan gorengan juga.

Di waktu pagi hingga siang, digunakan Yayat untuk menjadi penjahit sepatu. Sedangkan sore hingga malam hari sebagai penjual gorengan yang juga ditemani sang istri.

Baca Juga: Cerita Pedagang Siomay, Jualan Keliling Kampung Demi Rupiah

Sebelumnya, Yayat adalah seorang sopir truk. Namun karena usia yang sudah mulai menua dan penglihatannya mulai terganggu, ia memutuskan beralih menjadi penjahit sepatu.

Pendapatan yang ala kadarnya tidak mengurangi ketekunannya. Karena menurutnya hanya itulah yang membuatnya bertahan hingga saat ini.

Salah seorang pelanggan yang menjahit sepatu, Eby mengatakan, ia baru tahu kalau di Jalan Lamuse ada penjahit sepatu. Selama ini ia tidak pernah melihat Yayat karena jarang lewat disitu pada siang hari.

Baca Juga: Penjual Pisang Keliling Ini Berhasil Kuliahkan Anak hingga Sarjana

Ia juga mengatakan, tarifnya sangat murah, mulai dari Rp 15 ribu untuk sendal, Rp 20 ribu untuk sepatu biasa, dan Rp 25 ribu untuk sepatu kulit yang bahannya lumayan keras.

Salah seorang warga yang akan menjahit sepatu, Adrian mengaku tengah mencari penjahit sepatu yang cepat untuk menjahit sepatunya.

"Iya saya mau jahit sepatu kerjaku, tapi yang cepat karena saya mau pakai lagi. Kebetulan saya dengar disitu murah yang jahit sepatu kulit jadi saya mau jahit di sana saja," kata Adrian. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga