Macam dan Pentingnya Malu dalam Pandangan Islam

Haidir Muhari, telisik indonesia
Jumat, 20 Agustus 2021
0 dilihat
Macam dan Pentingnya Malu dalam Pandangan Islam
Ilustrasi wanita muslimah yang memiliki rasa malu. Foto: Repro Islampos.com

" Di era teknologi yang canggih dewasa ini, rasa malu ini agaknya sudah hampir ditanggalkan. Seperti pakaian usang yang tak lagi mau dikenakan oleh individu muslim. "

KENDARI, TELISIK.ID - Rasa malu adalah tabiat yang melekat pada diri manusia.

Rasa malu bisa menjadi perisai bagi seorang muslim yang membentenginya dari hal-hal yang menjijikan dan melakukan perbuatan yang menyalahi tuntunan syariat. Malu menjadi pangkal kebaikan dan keimanan seseorang.

Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda, “Rasa malu tidak pernah mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Al-Bukhari-Muslim).

Dalam hadis yang lain, dari Abu Mas'ud Uqbah Al-Anshari berkata: Bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari perkataan kenabian yang pertama adalah: 'Bila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu." (HR. Al-Bukhari).

Di era teknologi yang canggih dewasa ini, rasa malu ini agaknya sudah hampir ditanggalkan. Seperti pakaian usang yang tak lagi mau dikenakan oleh individu muslim.

Ada beberapa aplikasi yang secara perlahan mendorong muslim dan muslimah untuk meninggalkan rasa malu. Berbagai ekspresi dipertontonkan yang berpotensi merendahkan muruah.

Pada kesempatan yang lain Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, bahwa rasa malu adalah pangkal dari perbuatan yang menyalahi syariat. Jika rasa malu sudah tak tak dijaga, maka perbuatan salah yang lain akan merajalela.

“Jika Allah SWT ingin menghancurkan sebuah kaum, dicabutlah dari mereka rasa malu. Bila rasa malu telah hilang maka yang muncul adalah sikap keras hati. Bila sikap keras hati membudaya, Allah mencabut dari mereka sikap amanah (kejujuran dan tanggung jawab). Bila sikap amanah telah hilang maka yang muncul adalah para penghianat. Bila para pengkhianat merajalela Allah mencabut rahmat-Nya. Bila rahmat Allah telah hilang maka yang muncul adalah manusia laknat. Bila manusia laknat merajalela Allah akan mencabut dari mereka tali-tali Islam.” (HR. Ibnu Majah).

Sumber Rasa Malu

Dilansir dari Republika.co.id, rasa malu ada dua macam. Pertama, malu sebagai sebuah tabiat atau pembawaan, yang dianugerahkan Allah SWT sejak manusia dilahirkan.

Kedua, malu yang tumbuh sebagai hasil usaha. Maksudnya rasa malu yang ditumbuhkan dengan ketentuan syariat. Rasa seperti ini perlu dirawat dan dikembangkan dengan berusaha mengenal siapa Allah dan siapa diri kita.

Macam-macam Rasa Malu

Ibnu Qayyim membagi rasa malu ini ke dalam 5 kategori. Dilansir dari Galamedianews.com, dari Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 2 karya Syekh Muhammad Al-Mishri, berikut ini 5 kategori malu:

Baca juga: Surat An Nahl, Belajar dari Lebah dan Kesesuaian Al-Qur'an dengan Madu

Baca juga: Ini Alasan Rasulullah SAW Larang Meniup Makanan dan Minuman dalam Kondisi Panas

1. Malu bertindak jahat

Hal ini seperti yang dilakukan Wahsyi, pembunuh Hamzah ketika ia bertemu dengan Rasulullah SAW. Ia berkata:

“Aku selalu menghindar dari Rasulullah di mana pun beliau berada, agar beliau tidak melihatku hingga Allah memanggilnya.” (HR. Al-Bukhari).

2. Malu karena merasa lemah

Malu seperti ini adalah malu yang dicontohkan para malaikat yang selalu bertasbih siang dan malam tanpa merasa bosan. Saat Hari Kiamat datang, mereka akan berkata, “Maha Suci Engkau, wahai Tuhan, kami tidaklah beribadah kepada-Mu dengan benar.”

3. Malu karena penghormatan

Malu jenis ini disebut juga malu karena makrifat terhadap Allah SWT. Salah satu contohnya adalah malunya Amru bin Al-Ash. Seperti terekam dalam hadis berikut:

“Demi Allah, dulu orang yang paling aku benci adalah Rasulullah SAW. Namun, ketika aku memeluk Islam, tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada beliau. Tidak ada seorang pun yang lebih terhormat di mataku kecuali beliau. Seandainya aku diminta untuk menggambarkan tentang beliau kepada kalian, niscaya aku tidak akan mampu melakukannya. Sebab, aku tak pernah memandang beliau dengan sepenuh mata lantaran aku malu kepada beliau.” (HR. Ahmad).

4. Malu karena segan

Ali meriwayatkan, ia berkata, “Aku laki-laki yang sering mengeluarkan madzi. Aku meminta Miqdad untuk menanyakan hal itu kepada Nabi. Dia pun bertanya kepada beliau. Nabi SAW menjawab, “Cukup dengan wudhu.” (HR. Al-Bukhari)

5. Malu kepada diri sendiri

Rasa malu seseorang kepada dirinya sendiri adalah rasa malu dari jiwa yang mulia dan agung. Rasa ini juga muncul karena kerelaannya terhadap kelalaian yang dilakukannya.

Orang seperti ini, jiwanya merasa malu kepada jiwanya sendiri sehingga seolah-olah dia memiliki dua jiwa di mana salah satunya merasa malu kepada yang lainnya.

Rasa malu perlu dibudayakan kembali, diajarkan, dan ditumbuhkan untuk merawat generasi dan menyelamatkan bangsa. Rasa malu adalah pakaian yang penting untuk dikenakan oleh setiap kita.

Rasa malu sebenarnya telah berakar dalam, mendarah-daging, dan diwariskan turun-temurun di bangsa kita Indonesia. Sebuah khasanah dan pedoman agama. Semoga tidak tergerus oleh perkembagan teknologi. Wallahu a'lam. (C)

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Haerani Hambali 

Baca Juga