Mahasiswa Kepton dari Luar Diminta Ikuti Protokoler Medis
Deni Djohan, telisik indonesia
Sabtu, 28 Maret 2020
0 dilihat
Pembina Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Lowu-lowu Kolese Jakarta (HIPPMA-LK), Muni Ika dan Ketua Umum nya, Nita Pratiwi. Foto: Istimewa
" Tolong, bagi yang libur dan pulang kampung, sekali lagi tolong untuk melakukan protokol medis yang sudah disuarakan diberbagai belahan dunia. Lakukanlah isolasi atau karantina mandiri selama 14 Hari. Itu dilakukan bukan hanya demi keselamatan kalian, tapi demi keselamatan keluarga kalian dan orang banyak. "
JAKARTA, TELISIK.ID - Pembina Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Lowu-Lowu Kolese Jakarta (HIPPMA- LK Jakarta), Muni Ika, meminta kepada seluruh mahasiswa dan perantau asal luar Kepulauan Buton (Kepton) yang saat ini pulang kampung, untuk tetap tinggal di rumah selama 14 hari. Ia juga meminta kepada mereka untuk tetap mengikuti imbauan pemerintah dan protokoler medis.
"Tolong, bagi yang libur dan pulang kampung, sekali lagi tolong untuk melakukan protokol medis yang sudah disuarakan diberbagai belahan dunia. Lakukanlah isolasi atau karantina mandiri selama 14 Hari. Itu dilakukan bukan hanya demi keselamatan kalian, tapi demi keselamatan keluarga kalian dan orang banyak," imbaunya.
Baca juga: https://telisik.id/news/cerita-pengantin-baru-asal-kendari-akad-nikah-disaksikan-lewat-video-call
Dengan berdiam dirumah selama 14 hari, lanjutnya, otomatis akan memutus penyebaran virus corona. Menurutnya, berkembangnya virus mematikan ini lantaran masih banyak nya warga yang kurang sadar, acuh dan tak peduli dengan ancaman virus COVID-19 ini. Padahal, melalui kontak fisik, virus ini dengan mudah menular.
Belakangan ini, telah banyak masyarakat yang dinyatakan positif walaupun tanpa gejala. Bagi mereka yang berusia muda dan memiliki imun tubuh kuat, virus ini susah menyerang. Namun akan berbeda jika menjangkiti orangtua yang berusia rentan dan memiliki riwayat beberapa penyakit. Misalnya, ibu hamil dan balita. Hal ini bisa menyebabkan kematian.
"Kadang saya miris mendengar kalimat, tapikan saya tidak ada gejala, saya sehat-sehat saja. Memang benar, tapi kita tidak tau apakah kamu positif COVID atau tidak. Yang jelas kamu dari daerah terjangkit misal Jakarta, Makasar, Surabaya atau bahkan Kendari sekalipun," geramnya.
Baca juga: https://telisik.id/news/odp-di-kolaka-bertambah-jadi-56-orang-namun-tiga-diantaranya-sembuh
Lebih jauh dikatakan, Bisa saja mereka yang memilki imun tubuh kuat terlihat sehat-sehat sehingga tidak melakukan karantina mandiri selama 14 hari dan berkumpul bersama keluarga serta teman-teman. Tapi tanpa disengaja ia telah menularkan penyakit tersebut ke banyak orang.
"Untuk sekedar informasi, Rumah Sakit Rujukan Pasien COVID-19 di Sultra hanya Rumah Sakit Bahteramas yang terletak di Kendari. Jarak tempuhnya 6 jam dari Kota Baubau, via kapal cepat. Saat ini fasilitas Rumah Sakit, misal di Baubau, belum memadai begitupun puskesmas, APD tenaga medis kurang bahkan kosong, tenaga medis juga punya keluarga, mereka tidak mungkin perang tanpa senjata, mereka tidak mungkin tangani pasien terjangkit COVID-19 tanpa alat pelindung,” tuturnya.
Sebagai masyarakat harus yang peduli akan keselamatan bersama, harusnya pencegahan itu dimulai dari diri kita sendiri. Bagi masyarakat yang jalani hidup sehat, biasakan cuci tangan setiap sehabis beraktifitas. Hindarilah beraktifitas di luar rumah jika memang tidak begitu penting.
"Bagi mahasiswa/perantau yang pulang ke kampung halaman berdiam diri di rumah selama 14 hari, demi memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Apalagi kita sebagai kaum terdidik, sepatutnya memberi contoh yang baik ke masyarakat bukan membuat resah masyarakat, kalau tidak bisa berkontribusi apa-apa untuk kampung tercinta, setidaknya jangan menambah beban," mintanya.
Berdasarkan data yang ia terima, jumlah penderita yang dinyatakan positif di Indonesia berjumlah, 1.046 per tanggal 27 Maret 2020. Angka tersebut terbilang sangat besar dan cukup mengkhawatirkan, sehingga beberapa minggu sebelumnya pemerintah mengambil keputusan untuk meliburkan belajar tatap muka bagi para siswa dan mahasiswa dengan belajar sistem online. Begitu juga dengan para pekerja diberi kebijakan untuk bekerja dari rumah (work from home). Hal tersebut dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.
Reporter: Deni Djohan
Editor: Sumarlin