Masyarakat Wakatobi Keluhkan Fasilitas Dermaga Belum Memadai

Wiwik Prihastiwi, telisik indonesia
Minggu, 28 Mei 2023
0 dilihat
Masyarakat Wakatobi Keluhkan Fasilitas Dermaga Belum Memadai
Dermaga yang belum tersedia, penumpang KM Sabuk Nusantara 82 di Pulau Binongko harus naik perahu untuk naik ke darat. Foto: Wiwik Prihastiwi/Telisik

" Karena tak memiliki dermaga, kapal Pelni tak bisa sandar di pelabuhan Wakatobi. Penumpang harus menggunakan perahu kecil untuk naik ke darat "

WAKATOBI, TELISIK.ID - Jalur laut menjadi akses unggulan di Wakatobi, mengingat daerah ini terdiri dari beberapa pulau, yang hanya bisa diakses melalui jalur laut. Namun, bagaimana jika di pulau tersebut belum memiliki dermaga.

Wakatobi terdiri dari beberapa pulau, Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Untuk mencapai setiap pulaunya, hanya bisa melalui jalur laut.

Perusahaan jasa transportasi laut banyak tersedia. Salah satunya milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). KM Sabuk Nusantara 44 dan KM Sabuk Nusantara 82 merupakan armada kapal yang dikelola Pelni, melayani rute pulau-pulau di Wakatobi.

Baca Juga: Nikmati Keindahan dari Ketinggian Puncak Toliamba Wakatobi

KM Sabuk Nusantara 44 dan 82  beberapa tahun terakhir telah berlayar melayani rute di 4 pulau Wakatobi yang menghubungkan dengan kota-kota Sulawesi Tenggara dan daerah lainnya. Harga tiket relatif murah, menjadikan kapal Pelni sebagai pilihan sebagian besar masyarakat, terutama tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Dermaga sebagai tempat menambatkan kapal dan tempat naik turunnya penumpang dengan nyaman, tidak dirasakan masyarakat Wakatobi karena fasilitas dermaga belum memadai.

KM Sabuk Nusantara, karena ukurannya besar, tidak bisa bersandar karena tidak ada dermaga. Kapal arus berlabuh beberapa meter dari dermaga yang ada (dermaga kapal kayu). Tiga pulau yqng ada di Wakatobi juga belum memiliki dermaga yaitu Pulau Kaledupa, Tomia dan Binongko.

Penumpang terpaksa harus menggunakan kapal kecil untuk bisa naik ke darat. Berdasarkan pengamatan Telisik.id, saat penumpang menaiki perahu, mereka harus berdesak-desakan karena ukuran perahu yang kecil dan ringan. Saat laut bergelombang, parahu akan mudah goyang, tidak memiliki atap sebagai pelindung saat terik matahari dan hujan, penumpang yang kondisi fisiknya tidak sehat, akan lebih sulit lagi.

Salah satu penumpang asal Binongko, Rustiani mengungkapkan, kehadiran KM Sabuk Nusantara menjadi pilihan karena harga tiketnya murah. Namun, tidak adanya dermaga menjadi kendala.

"Dermaganya tidak ada, jadi susah naik turun kapal, harus naik perahu kecil. Belum lagi barang bawaan banyak dan diburu sama pihak kapal karena akan kembali berlayar," keluhnya.

Hal senada diungkapkan penumpang dengan inisial RD. Ia mengalami kendala ketika berpindah ke perahu kecil apalagi saat laut bergelombang.

"Naik perahunya susah kalau keras ombak karena kecil dan harus mengeluarkan uang lagi untuk sewa perahu," ujarnya.

"Ada ibu-ibu kesusahan naik ke perahu ketika keras ombak karena pergerakan perahu tidak terkontrol," tambahnya.

Belum lama ini anggota DPR RI, Hugua, memosting video pengalamannya di akun TikTok miliknya @irhugua saat naik kapal Sabuk Nusantara menuju kampung halamannya, Pulau Tomia.

Baca Juga: Kehidupan Unik Suku Bajo di Pulau Wangi-Wangi Wakatobi

Dalam unggahan tersebut, Hugua mengungkapkan kekhawatirannya atas keselamatan penumpang ketika berpindah dari kapal besar ke kapal kecil.

"Perpindahan dari kapal besar ke kapal kecil saat gelombang tinggi, dan pergerakan kapal kecil tidak bisa dikontrol, maka itu akan membahayakan keselamatan penumpang," ungkap Hugua.

"InsyaAllah saya akan ketemu Menteri Perhubungan RI untuk membangun komunikasi, melakukan studi kembali untuk membangun sebuah dermaga yang menjadi harapan masyarakat," janjinya. (A)

Penulis: Wiwik Prihastiwi

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga