Mengenal Virus Corona yang Sedang Mewabah

Muhammad Israjab, telisik indonesia
Rabu, 22 Januari 2020
0 dilihat
Mengenal Virus Corona yang Sedang Mewabah
Virus Corona yang sedang mewabah di beberapa negara. Foto : Istimewa

" Sehingga virus ini tampak seperti mahkota ketika dilihat di bawah mikroskop elektron. "

KENDARI, TELISIK.ID - Coronavirus atau virus corona, termasuk dalam virus yang biasanya menginfeksi hewan, namun kemudian dapat berevolusi dan menyebar menjangkiti manusia. Gejala pertama yang akan terlihat pada manusia yang terinfeksi virus tersebut yaitu demam, batuk dan sesak napas, yang dapat berkembang menjadi pneumonia.

Baca Juga: Waspadai Kemunculan Buaya Saat Musim Hujan

Pejabat kesehatan masyarakat mengkonfirmasi ada lebih dari 300 kasus virus corona baru, yang diberi label "2019-nCoV," di China. Beberapa pasien sakit kritis.

Pihak berwenang China mengatakan, banyak pasien dengan penyakit itu awalnya melakukan kontak dengan makanan laut yang dijual di pasaran.

Melansir Web MD, Selasa (21/1/2020), sebagian besar dari virus corona tidak berbahaya, namun beberapa tipe sangat serius.

Salah satu tipe yang berbahaya, yakni virus corona tersebut pernah menjadi penyebab meninggalnya 475 orang di Timur Tengah.

Virus tersebut menyebabkan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) pada 2012 di Arab Saudi.

Kemudian pada 2015, sejumlah orang dilaporkan meninggal dunia, akibat sindrom pernapasan akut (SARS) pada 2003.

Biasanya, virus corona menyebabkan gejala pilek biasa yang dapat diobati dengan mudah dengan obat-obatan dan istirahat yang cukup.

Virus corona pertama kali teridentifikasi pada tahun 1960-an. Akan tetapi, virus ini tidak diketahui dari mana asalnya. Umumnya, virus ini menginfeksi hewan dan manusia.

Bhanu Sud MD, seorang spesialis penyakit menular di St. Jude Medical Center di Placentia, California mengatakan corona berarti mahkota.

"Sehingga virus ini tampak seperti mahkota ketika dilihat di bawah mikroskop elektron," ujar Sud melansir Healthline, Selasa (21/1/2020).

Selain itu, CDC bersama WHO juga masih memantau situasi terkait virus tersebut. CDC merekomendasikan orang yang bepergian ke Wuhan, China, harus menghindari kontak dengan hewan, pasar hewan, dan orang sakit.

Lebih lanjut CDC menjelaskan, untuk pencegahan virus dapat dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air, menghindari menyentuh mata, hidung atau mulut dan menjauhkan diri dari orang sakit.

Masyarakat di China mengambil langkah dengan penggunaan masker untuk melindungi diri dari virus itu.

Bloomberg memberitakan, berdasarkan data beberapa otoritas kesehatan kota dan nasional per 21 Januari 2020 pukul 14.00 EST, telah ditemukan total 296 orang terjangkit coronavirus. Jumlah terbanyak di Tiongkok yaitu 291 orang, diikuti Thailand dua orang, lalu Korea Selatan, Jepang, Taiwan, serta AS masin-masing satu orang.

Sementara itu, warga Snohomish, Washington tersebut terjangkit meski mengaku tidak menghabiskan waktu di pasar hewan di mana virus Wuhan dipercaya berasal, dan tidak melakukan kontak dengan siapa pun yang dalam keadaan sakit.

Sebagaimana saat penyebaran SARS dan Ebola, para pejabat kesehatan dan ilmuan melacak pasien dan melakukan pengecekan sample ludah dan cairan lain untuk menentukan penyebab persis penyakit serta tingkat keparahannya.

Mereka mengidentifikasi dan memonitor orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien. Selain itu, mereka juga menetapkan larangan perjalanan unuk mencegah penyebaran virus ke orang lain.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) dilaporkan sudah memperluas inspeksi terhadap penumpang pesawat ke Bandara di Atlanta dan Chicago, pada Selasa (21/1). Sebanyak 1.200 orang menjalani pengecekan. Pengecekan dilakukan atas penumpang yang bepergian ke Tiongkok.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan memutuskan apakah akan mendeklarasikan penyebaran virus baru ini sebagai keadaan darurat kesehatan internasional atau tidak.

 “Jika mereka mendeklarasikan masalah ini sebagai isu internasional, itu akan berdampak pada aktivitas perdagangan dan mengurangi perjalanan keluar masuk negara,” kata William Schaffner, profesor obat untuk penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, Nashville, Tennessee, dikutip dari Bloomberg.

Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Sumarlin

Baca Juga