Mengharukan, Ibu Penjual Buroncong di Kendari Bawa Balita saat Jualan
Erni Yanti, telisik indonesia
Minggu, 06 Agustus 2023
0 dilihat
Sarniati berjualan buroncong sambil membawa anaknya yang masih balita, demi membantu ekonomi keluarga. Foto: Erni Yanti/ Telisik
" Dalam kefasihan tangannya mengolah bahan-bahan dagangan, Sarniati selalu ditemani sang buah hati kecilnya "
KENDARI, TELISIK.ID - Di balik deretan gerobak kecil yang diatapi payung, ada harapan dan senyuman menjuntai di bibir seorang ibu, Sarniati (37). Dalam kefasihan tangannya mengolah bahan-bahan dagangan, ia selalu ditemani sang buah hati kecilnya.
Panas mentari begitu terasa menyengat membuat kulit wanita itu semakin kering. Meski tubuh kurusnya berlindung di bawah payung, tak mengurangi kepenatannya, terlebih karena harus berdagang sembari mengasuh anaknya yang baru berumur dua tahun.
Tangannya cekatan mengatur adonan di dalam kukusan buroncong, sementara tangan lainnya memegangi anaknya agar tak berlarian di jalan.
Tangan yang keriput sebelum waktunya itu menjadi saksi kerasnya perjuangan Sarniati membantu ekonomi keluarga. Terkadang dia harus menggendong dan menidurkan anaknya di sela-sela kegiatannya membuat buroncong dan melayani pembeli.
Naluri keibuannya tak pernah berkurang meski harus melawan kemiskinan. Sang anak ditidurkan di atas kayu kecil bersama mainannya ketika bocah kecil itu mulai terlelap. Sarniati dengan sigap melindungi anaknya dari teriknya sinar matahari.
Baca Juga: Punya Banyak Cabang dan Bangkrut, Pasutri Ini Mulai Usaha Baru di Kota Kendari
Tak ada kata menyerah dalam kamus hidup Sarniati. Keluarganya butuh makan, kadang juga harus melunasi utang yang melilit. Sambil duduk, matanya bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya, berharap ada di antaranya yang mampir membeli buroncong jualannya.
"Iya bantu suami, hasilnya ini kadang bisa menutupi utang-utang di warung yang menumpuk. Saya bawa anak karena tidak ada yang jaga di rumah," tuturnya sembari tersenyum getir.
Ibu 5 anak ini jualan buroncong berbekal pengalamannya dahulu saat membantu salah seorang keluarganya yang membuat usaha buroncong. Setelah berhenti dan dagangan itu tutup, kemudian ia berinisiatif untuk membuka usaha sendiri dengan menyewa gerobak.
"Mau usaha apalagi. Hanya ini yang saya tahu, walaupun tidak seberapa hasilnya tapi Alhamdulilah saya bersyukur," ucapnya.
Setiap hari ia datang membawa adonan yang akan dimasak di lokasi penjualan, ditemani sang buah hati. Biasanya per hari ia hanya mendapatkan hasil Rp 100.000. Meski jauh dari harapannya, ia bersyukur karena dari hasil yang tak seberapa itu, keluarganya bisa makan.
Ia mulai mempersiapkan dagangan pukul 6.00 pagi dan berjualan hingga pukul 18:00 sore, dijemput oleh suaminya sambil tergopoh-gopoh bersama anak dan peralatan masakan buroncong untuk dibawa pulang di tempat kos.
Salah seorang kerabat yang melihat Sarniati berjualan, menyapanya dengan senyuman hangat.
Baca Juga: Pilu, Kisah Kakek Tua di Buton Utara Ditinggalkan Anak Semata Wayang, Kini Hidup Sebatang Kara
"Oh kamu jualan di sini kah sekarang, pantas saya sudah tidak lihat kamu di sana," ucap salah seorang kerabat yang dipanggilnya Mama Igo.
Senyum ramah Sarniati membuat orang-orang di sekelilingnya merasa bahagia jika bercerita dengannya.
Rena (20) seorang pedagang, juga ikut terharu melihat kegigihan Sarniati dan harus berjualan bersama anaknya, bahkan saat matahari sedang teriknya.
"Kita cerita-cerita juga, tapi kasihan juga apalagi ada anaknya itu kadang dia tertidur disitu dengan mainannya, mereka pulang sudah malam," tuturnya. (A)
Penulis: Erni Yanti
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS