Minim Iven, SEKOCI Sumatera Barat Gelar Festival MenTari

Kardin, telisik indonesia
Senin, 22 Maret 2021
0 dilihat
Minim Iven, SEKOCI Sumatera Barat Gelar Festival MenTari
Suasana Festival MenTari. Foto: Ist.

" Untuk itu, kita memerlukan sebuah platform yang tertata, terukur dengan proses kuratorial yang jelas, diskusi gagasan dan ide secara intensif yang mampu merangsang dan membangkitkan potensi kreatif mereka. "

 SUMATERA BARAT, TELISIK.ID - Minimnya iven festival seni dan ruang-ruang kreatif yang menantang bagi pelaku seni di Sumatera Barat, membuat keprihatinan sejumlah pihak, salah satunya adalah Serikat Koreografer Cahaya Indonesia (SEKOCI).

Serikat ini mencoba membuka alternatif dengan membentangkan sebuah perhelatan bernama Festival MenTari.

SEKOCI yang diinisiasi para koreograer senior yaitu Indra Yuda, Susas Rita Loravianti, Joni Andra, Ali Sukri, Herlinda Mansyur, dan Hartati.

SEKOCI yang berbasis komunitas didirikan atas kesadaran bersama untuk mendorong perkembangan tari yang lebih baik di Sumatra Barat dan Indonesia.

Festival MenTari diutamakan untuk koreografer muda yang digelar selama 3 hari, pada 6, 7, dan 8 April 2021 di Medan Nan Balinduang, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang.

Ada 10 koreografer muda Sumatera Barat yang memeriahkan festival ini, yang prosesnya berbeda dengan festival kebanyakan yang dilaksanakan sebelumnya di wilayah itu.

"Selama 15 tahun terakhir, kita jarang mendengar nama koreografer muda yang muncul dan konsisten berkarya, baik di ajang nasional apalagi di internasional. Kekosongan ini harus dicarikan jalan keluarnya. Diperlukan usaha keras untuk meneruskan kembali potensi penciptaan tari dari Sumatra Barat. Barangkali selama ini terabaikan," kata Direktur Festival MenTari, Dr Susas Rita Loravianti, Minggu (21/3/2021).

Baca juga: Fraksi Golkar Sebut Urusan Mutasi Bukan Kewenangan Komisi III

Menurut dosen tari ISI Padang Panjang ini, terputusnya generasi tari Sumatera Barat, salah satunya karena tidak adanya ruang yang menantang bagi mereka untuk menciptakan karya.

Kalaupun ada kata dia, itu hanya dalam bentuk lomba yang dipastikan hasilnya tidak membuat para koreografer berkembang dengan baik dan menemukan karakternya.

"Untuk itu, kita memerlukan sebuah platform yang tertata, terukur dengan proses kuratorial yang jelas, diskusi gagasan dan ide secara intensif yang mampu merangsang dan membangkitkan potensi kreatif mereka," terangnya.

Lebih jauh tambah dia, bagaimanapun juga kerja penciptaan seni harus dibangun dengan pondasi yang kuat. Festival MenTari merupakan sebuah festival yang berbasis proses penciptaan tari mengesankan ke arah itu.

"Festival MenTari bukan semata menggelar karya koreografi di atas panggung, lalu ditonton. Bukan. Festival ini menggunakan metode mentoring secara intensif selama tiga bulan dengan melibatkan para mentor dan board festival. Ada pertukaran gagasan dan pematangan konsep selama proses itu. Karya tampil merupakan koreografi yang telah melewati tahapan yang matang. Para koreografer muda ini tampil sesuai potensinya kreatifnya," urai Susas Rita Loravianti.

Menurutnya, yang membedakan festival ini dengan festival-festival sebelumnya ialah prosesnya. Koreografer muda yang akan tampil di Festival MenTari ini, mengikuti dengan disiplin ketat rangkaian tahapan proses penciptaan yang disebut Ruang Reka-Cipta Tari.

Ruang Reka-Cipta Tari itu merupakan penggambaran dari kegiatan yang diimplementasikan melalui proses pendampingan. Pendamping pada festival ini disebut "Teman dalam Berproses".

Baca juga: Sasar Kalangan Pedagang, Jatim Tertinggi Peserta Vaksin COVID-19

Teman dalam Proses itu bagi para koreografer adalah teman berdiskusi tentang ide/gagasan dan mengurainya hingga menjadi konsep karya, Mereka akan digiring ke proses penciptaannya masing-masing sehingga “Teman Dalam Proses” tidak hanya untuk membuka cakrawala dan memperkaya wawasan mereka tapi juga membantu mengurai proses para koreografer.

"Proses ini dijalani selama 3 bulan,” terang Doktor Pencipta Tari ini.

Kata dia, ada lima aspek utama yang jadi perhatian dalam pembekalan untuk koreografer muda, yaitu koreografi, gagasan karya, musik tari, dramaturg, dan artistik.

Untuk materi koreografi difasilitasi Hartati (koreografer), gagasan karya oleh Heru Joni Putra (sastrawan), musik tari oleh Taufik Adam, seorang komposer, dramaturg tari oleh Adinda Luthvianti (sutradara), dan artistik oleh Hanafi (perupa).

"Ada 10 koreografer muda Sumatra Barat yang mengikuti proses ini sekaligus tampil dalam Festival MenTari yang angkat tema Balakang Layar ini," terangnya.

Pemilihan tema belakang layar ini bertujuan memberi pengetahuan kepada koreografer betapa pentingnya proses penciptaan sebelum koreografer berhadapan dengan penari saat proses latihan.

Setelah melewati proses, 10 koreografer muda Sumatra Barat yang ikut dalam panggung Festival MenTari, ialah Denny Maiyosta, Ipraganis, Marya Dance, Afrizal, Nurima Sari, Muthia Rianti, Hendri, Yesriva Nursyam, Safrini, dan David Putra Yudha. (C)

Reporter: Kardin

Editor: Fitrah Nugraha

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga