Mulut dan Kemaluan, Penyebab Terbesar Manusia Masuk Neraka

Haerani Hambali, telisik indonesia
Jumat, 11 Agustus 2023
0 dilihat
Mulut dan Kemaluan, Penyebab Terbesar Manusia Masuk Neraka
Kita diperintahkan untuk menjaga lisan dan kemaluan karena dua hal itu penyebab banyak manusia masuk neraka. Foto: Repro Madaninews.id

" Penyebab terbanyak yang akan mengantarkan manusia ke neraka adalah mulut dan kemaluan "

KENDARI, TELISIK.ID - Penyebab terbanyak yang akan mengantarkan manusia ke neraka adalah mulut dan kemaluan. Mulut yang tidak dijaga akan gampang makan barang haram dan riba, mulut yang tidak dijaga dengan baik akan gampang menggunjing, memfitnah, adu domba, menyebarkan ujaran kebencian, dan lain sebagainya. 

Rasulullah pernah ditanya seorang sahabat "Apa penyebab terbesar orang masuk neraka?'' Nabi menjawab: ''Karena lidah dan kemaluannya.'' (HR Turmudzi).

Mengutip Republika.co.id, mantan Mufti Mesir, Syekh Ali Jum'ah mengingatkan kepada setiap Muslim untuk menjaga dua hal, yaitu lisan dan kemaluan. Rasulullah SAW bersabda:

"Siapa yang bisa menjamin untukku sesuatu yang berada di antara jambangnya (lisan) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan memberi jaminan surga untuknya." (HR Bukhari).

"Jadi dalam menjaga kesucian, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menjaga lisan dan kemaluan. Kesucian adalah jalan keselamatan," tutur dia seperti dilansir dari Elbalad.

Syekh Jum'ah menyampaikan, kehidupan sekarang ini mulai banyak orang yang mengabaikan kesucian tersebut. Sehingga tak sedikit pula yang terkikis keimanan di dalam hatinya.

Untuk menjaga kemaluan, maka seorang Muslim harus menundukkan pandangannya dari aurat lawan jenisnya. Sedangkan untuk menjaga lisan, seorang Muslim harus menjauhi sifat dusta atau suka berbohong. Masalahnya, saat ini banyak orang yang memiliki pembenaran atas kebohongannya.

Baca Juga: Ini Amalan yang Paling Banyak Membuat Manusia Masuk Surga

Ada yang berdusta karena takut, berdusta demi meraih kepentingannya, dan ada juga yang berdusta karena malu. Bahkan ada yang berdusta untuk 'menjilat' atau 'cari muka', dan ada yang berdusta karena telah terbiasa melakukannya.

Imam Malik dalam kitabnya, Al-Muwatta, meriwayatkan hadis bahwa suatu ketika para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW mengenai apakah orang yang beriman bisa terjerumus ke dalam perbuatan zina dan mencuri. Lalu dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW atas dua hal tersebut menjawab, "Iya". Kemudian sahabat bertanya lagi soal apakah seorang mukmin bisa terjerumus ke dalam perbuatan dusta. Lantas Rasulullah SAW menjawab, "Tidak".

Dijelaskan lebih lanjut, bahwa seorang Muslim memiliki kemampuan untuk menahan syahwatnya, atau untuk menolak sesuatu yang dapat membuatnya terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Begitu pun dengan perbuatan mencuri, yang dapat dicegah oleh setiap Muslim. Tidak ada pembenaran atau alasan untuk melakukan dua perbuatan itu. Namun, kedua perbuatan tersebut nyatanya memang terjadi.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang pezina saat berzina disebut mukmin. Tidaklah seorang pencuri saat mencuri disebut mukmin. Tidaklah orang yang minum khamr saat meminumnya disebut mukmin. Pintu tobat selalu terbuka." (HR Muslim).

Adapun berdusta, tidak ada alasan apapun untuk melakukannya. Ghibah atau bergosip adalah di antara jenis dusta, yakni menggunjing saudara sesama Muslim, meskipun apa yang digunjing itu ada pada orang yang digunjingkan. Berdusta adalah haram dan termasuk salah satu dosa besar. Bahkan Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka sama ia bersiap mengambil posisi di neraka." (HR Bukhari dan Muslim).

Mrlansir Liputan6.com, perlu diketahui bahwa setiap ucapan yang keluar dari mulut kita tidak luput dari pengetahuan Allah SWT. Bahkan tiada sepatah katapun yang kita ucapkan kecuali akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Untuk itu, Allah memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik maupun yang buruk.

Allah Ta'ala berfirman, "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50]: 18).

Selain tertuang dan ditegaskan dalam Al-Qur’an, pentingnya menjaga lisan juga tertuang dalam hadis. Seperti pada hadis riwayat Al Bukhari yang menjelaskan bahwa keselamatan manusia tergantung pada lisannya.

Sebagaimana Rasulullah SAW  bersabda: "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari).

Dalam riwayat lain  disebutkan: Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya."(HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Amalan yang Disunahkan di Bulan Muharram, Menghapus Dosa Setahun

Diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah SAW bersabda: "Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (HR. Ahmad).

Bahkan dalam hadis juga dijelaskan terkait hukum seseorang yang tidak bisa menjaga lisannya, yakni:

Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim no. 2988).

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa'id bahwa Rasulullah bersabda: "Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga".

Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan. (C)

Penulis: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga