Nestapa Teluk Kendari, Destinasi Wisata yang Terancam Hilang Akibat Sedimentasi

Wa Ode Umratul Khazanah, telisik indonesia
Selasa, 23 November 2021
0 dilihat
Nestapa Teluk Kendari, Destinasi Wisata yang Terancam Hilang Akibat Sedimentasi
Penampakan Teluk Kendari yang mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Foto: Wa Ode Umratul Khazanah/Telisik

" Sejak dahulu, pesona keindahan Teluk Kendari menjadi daya tarik tersendiri di kalangan tourist dan para pelancong "

KENDARI, TELISIK.ID - Sejak dahulu, pesona keindahan Teluk Kendari menjadi daya tarik tersendiri di kalangan tourist dan para pelancong.

Kondisi tersebut membuat kawasan ini sangat sesuai untuk dijadikan sebagai ikon wisata Kota Kendari. Geliat pembangunan pun masif dilakukan. Pembangunan Masjid Al-Alam, jembatan Teluk Kendari, kebun mangrove dan tempat tempat wisata lainnya terus didirikan.

Teluk Kendari pun sudah menjadi kawasan destinasi wisata terbesar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Namun di balik percepatan geliat pertumbuhan ekonomi, ada nestapa bagi Teluk Kendari. Kawasan teluk mengalami degradasi kualitas lingkungan. Pendangkalan oleh gejala sedimentasi. Suatu pengendapan material yang dibawa oleh air, angin serta juga gletser.

Pemerhati lingkungan, Dr. La Baco Sudia, yang juga staf pengajar Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO mengatakan, sedimentasi yang masif terjadi di Teluk Kendari berasal dari muara lebih dari 10 sungai yang tersebar di berbagai daerah, diantaranya Sungai Wanggu dan Sungai Kambu.

“Teluk Kendari merupakan kawasan muara lebih dari 10 sungai diantaranya Sungai Wanggu dan Sungai Kambu. Keseluruhan sungai-sungai tersebut membentuk kawasan yang disebut daerah aliran sungai yang dikenal dengan nama DAS Wanggu DS,” katanya kepada Telisik.id, Senin (22/11/2021).

Ketua Forum DAS Sulawesi Tenggara ini juga menyebutkan, pembangunan infrastruktur termasuk pembangunan Masjid Al-Alam dapat mempengaruhi sedimentasi di Teluk Kendari, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Reklamasi Teluk Kendari yang dilakukan untuk kepentingan pembangunan fasilitas publik juga turut berandil besar terhadap kerusakan yang terjadi di teluk tersebut.

Baca Juga: Sempat Diblokade Warga, Kini Jalan Poros Kendari-Toronipa Kembali Dibuka

“Pembangunan di sekitar Teluk Kendari misalnya pembangunan Masjid Al-Alam dapat mempengaruhi sedimentasi. Pengaruh secara langsung tentunya sedimen bersumber dari material yang tumpah atau tercecer waktu dilakukan penimbunan atau reklamasi site Masjid Al-Alam," katanya.

Seberapa banyak tumpahan atau ceceran material pada saat dilakukan penimbunan belum diketahui pasti, karena hingga saat ini belum ada penelitian akademik tentang hal tersebut. Dampak tidak langsung pembangunan Masjid Al-Alam adalah berkurangnya luas tampungan Teluk Kendari sehingga kemampuan teluk untuk menampung sedimen akan berkurang.

"Walaupun belum ada hasil penelitian akademik tentang hal ini, namun sudah dapat diduga bahwa pengaruh pembangunan fasilitas umum tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan laju pendangkan Teluk Kendari sebesar luas kawasan yang terbangun," ujarnya.

Sedimentasi Teluk Kendari, lanjut dia, berasal dari seluruh proses atau aktivitas yang terjadi di DAS Wanggu DS. Aktivitas tersebut antara lain aktivitas pertanian khususnya lahan kering yang tidak menerapkan konservasi tanah dan air, alih fungsi hutan yang menyebabkan peningkatan tutupan vegetasi hutan.

Begitu juga dengan aktivitas pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan perumahan yang melakukan proses cut gunung/bukit and fill lembah, penambangan galian C khususnya tanah urug dan reklamasi Teluk Kendari untuk kepentingan pembangunan fasilitas publik.

Menurut La Baco, ada banyak tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau menghambat laju sedimentasi, diantaranya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap penambangan tanah urug, serta distribusinya untuk mengurangi ceceran tanah urug waktu didistribusikan.

La Baco juga mengatakan, vegetasi mangrove di muara sungai-sungai yang bermuara di Teluk Kendari sebagai penangkap (penyerap) sedimen secara alami cukup efektif untuk mengurangi laju sedimentasi.

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghambat laju sedimentasi adalah menerapkan tindakan konservasi untuk mengurangi erosi di lahan pertanian, menanam vegetasi di bantaran sungai, khususnya Sungai Wanggu dan Sungai Kambu untuk mengurangi erosi tebing sungai dan longsor tebing sungai.

Baca Juga: Gubernur Sultra Lantik Sulwan Abunawas Sebagai Pj Bupati Koltim

Kemudian menerapkan peraturan ketat untuk menanggulangi dampak sedimentasi yang bersumber dari pembangunan sarana prasara, fasilitas umum, dan perumahan, melakukan pengawasan ketat terhadap penambangan tanah urug, serta distribusinya yaitu mengurangi ceceran tanah urug waktu didistribusikan, dan mengurangi sampah yang secara potensial bisa masuk ke Teluk Kendari.

Selain itu, juga mempertahankan atau menambah jumlah vegetasi mangrove di muara sungai-sungai yang bermuara di Teluk Kendari sebagai penangkap atau penyerap sedimen secara alami yang cukup efektif.

Lebih lanjut, ia menambahkan, tindakan pengerukan lumpur seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Lingkup Kota Kendari bukan solusi yang efektif untuk dilakukan, mengingat tindakan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi serta lokasi yang cukup untuk menyimpan lumpur yang begitu banyak.

Jika kondisi ini terus terus terjadi tanpa adanya tindakan, tambah dia, maka dampak terburuk yang akan terjadi adalah ikon Sultra dan kota Kendari akan hilang, fungsi ekonomi, ekologi dan sosial Teluk Kendari juga akan hilang, tingkat kenyamanan kota Kendari akan berkurang akibat hilangnya Teluk Kendari.

Sementara itu, Dinas Lingkngan Hidup (DLH) Kota Kendari sejauh ini belum juga melakukan tindakan dalam upaya menyelamatkan Teluk Kendari, sebagai salah satu ikon Kota Kendari.

“Kalau di Dinas Lingkungan Hidup Kota Kendari belum ada upaya lebih yang dilakukan untuk ini, tapi kami ada menangani sampah – sampah di Teluk Kendari. Jadi setiap hari, turun untuk membersihkan sampah-sampah di sana,” kata Kepala Bidang Kebersihan Jalanan dan Lingkungan DLH Kota Kendari, Prayitno Riyadi, Selasa (23/11/2021).

Pihaknya juga menjelaskan, permasalahan sedimentasi di Teluk Kendari merupakan permasalahan yang cukup kompleks, mencakup lingkungan provinsi sehingga perlu adanya dukungan dari pemerintah provinsi. (B)

Reporter: Wa Ode Umratul Khazanah

Editor: Fitrah Nugraha

Baca Juga