Pasca Gempa, Nelayan di Pesisir Pantai Reok Enggan Melaut
Berto Davids, telisik indonesia
Rabu, 15 Desember 2021
0 dilihat
Cacan, salah satu nelayan di tepi sungai Kelurahan Reo yang enggan melaut pasca gempa mengguncang NTT. Foto: Berto Davids/Telisik
" Sebagian nelayan di NTT terlihat enggan melaut pasca gempa 7,4 SR mengguncang wilayah itu "
MANGGARAI, TELISIK.ID - Sebagian nelayan yang berada di pesisir pantai Utara Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, NTT terlihat enggan melaut pasca gempa 7,4 SR mengguncang wilayah itu, Selasa (14/12/2021) kemarin.
Munculnya isu gempa susulan dan gelombang Tsunami, membuat sebagian nelayan memilih untuk menambatkan perahunya di pesisir pantai ketimbang berani melaut.
Dari pantauan Telisik.id, Rabu (15/12/2021), sebagian nelayan di pantai Sengari, Kelurahan Wangkung, Kecamatan Reok menambatkan perahunya di pesisir.
Tak hanya di Sengari, nelayan di Kelurahan Reo juga memilih menambatkan perahunya di tepi sungai karena takut isu gelombang Tsunami.
Cacan, salah satu nelayan yang berada di tepi sungai Kelurahan Reo mengaku trauma dengan gempa yang terjadi Selasa kemarin.
Ia mengatakan, semenjak munculnya gempa dan isu gelombang Tsunami dirinya langsung memutuskan tidak melaut untuk satu sampai dua hari kedepan.
"Masih trauma pak apalagi kemarin ada isu bilang gelombang Tsunami, sehingga pada hari ini saya memilih untuk tidak melaut " tutur Cacan saat ditemui Telisik.id, Rabu (15/12/2021) sore.
Cacan mengatakan, ia baru melaut jika semua situasi kembali normal, baik itu gempa bumi maupun isu Tsunami. Meski BMKG sudah mencabut status peringatan dini.
Ia lebih memilih mencari makan di darat untuk sementara waktu, ketimbang berani melaut dengan kondisi yang terjadi sekarang apalagi musim hujan.
Untuk diketahui, gempa bumi berkekuatan 7,4 SR mengguncang hampir keseluruhan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (14/12/2021).
Gempa tersebut berpusat di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT.
Menurut BMKG, gempa tersebut berpotensi tsunami. Masyarakat pun diminta waspada dan menjauhi pantai.
Baca Juga: Sempat Mengungsi karena Gempa, Warga di Manggarai Bagian Utara Kembali ke Rumah
Salah satu kabupaten yang masuk dalam permodelan kota berpotensi tsunami akibat gempa Larantuka itu, ialah Manggarai bagian Utara, Kecamatan Rèok dan Reok Barat.
Warga yang berada di pesisir pantai Tempode, Desa Salama dan Sengari, Kelurahan Wangkung sempat mengungsi pasca gempa.
Mereka terlihat panik dan berhamburan keluar rumah karena takut gelombang Tsunami.
Sebagian warga memilih mengungsi agak jauh dari pantai. Sebagian lainnya juga berdiri depan rumah sembari waspada.
Bahkan ada sebagian warga yang tak ingin kembali lebih cepat ke rumah lantaran takut gempa susulan.
Namun, hingga saat ini situasi kembali aman dan warga sudah kembali ke rumah masing-masing.
Melu, salah satu warga di pesisir pantai Tempode, Desa Salama mengaku sempat panik dengan gempa berkekuatan 7,4 SR itu.
Ia mengaku gempa tersebut sempat membuat warga di pesisir pantai Tempode takut Tsunami hingga semua warga pun berhambur ke luar rumah.
"Iya, tadi memang sempat panik awalnya. Tetapi Alhamdulliah sekarang sudah aman. Warga pun sudah kembali ke rumah dan beraktifitas seperti biasa," kata Melu ditemui Telisik.id, Selasa (14/12/2021) sore.
Ia juga mengaku, pasca gempa air laut di pantai Tempode sempat pasang naik. Namun tidak berpotensi Tsunami.
"Kalau lihat waktunya memang sekarang air laut mulai pasang naik. Tetapi karena sebelumnya sudah terjadi gempa maka pikiran kami pun langsung mengarah ke Tsunami. Beruntung tidak terjadi," tutur Melu.
Ia pun bersyukur karena gempa tersebut tidak terjadi pada malam hari, sebab jika terjadi pada malam hari maka potensi kepanikan warga lebih besar ketimbang yang terjadi siang hari.
Baca Juga: Vaksinasi Tak Cukup Target, SMU di Muna Bakal Ditutup Sementara
Sementara itu, Dita salah satu warga di pesisir pantai Sengari Kelurahan Wangkung, juga mengaku panik dengan gempa tersebut.
Dita mengatakan, setelah muncul isu Tsunami akibat dari gempa itu ia dan keluarganya lari ke luar rumah dan mencari dataran tinggi untuk mengungsi.
Beruntung ada informasi terbaru yang menyebut bahwa BMKG telah mencabut peringatan dini Tsunami, sehingga ia dan keluarganya pun merasa legah.
"Sekarang sudah agak legah karena info itu. Tapi kami tetap waspada karena rumah kami dekat pantai," ujarnya. (A)
Reporter: Berto Davids
Editor: Fitrah Nugraha