Penjual Sapu Lidi Mengais Rezeki di Tengah Hujan Deras, Kadang Hanya Dapat Rp 10 Ribu

Bambang Sutrisno, telisik indonesia
Selasa, 21 Mei 2024
0 dilihat
Penjual Sapu Lidi Mengais Rezeki di Tengah Hujan Deras, Kadang Hanya Dapat Rp 10 Ribu
Nenek Nur Hidayat bersama cucunya menunggu pembeli di tengah hujan. Foto: Bambang Sutrisno/Telisik

" Seorang nenek di Kota Kendari yang hidup menumpang di tanah pak RT, Nur Hidayat (67), hidup dari berjualan sapu lidi. Suami dan anaknya telah lama meninggal dunia "

KENDARI, TELISIK.ID - Mengulas kisah seorang nenek di Kota Kendari yang hidup menumpang di tanah pak RT. Suami dan anaknya telah lama meninggal dunia. Kini ia tinggal bersama cucu kesayangannya.

Setiap hari nenek bernama Nur Hidayat (67) menghabiskan waktunya dengan membuat sapu lidi. Sapu buatannya kemudian dijual dengan cara berkeliling jalan kaki.

Biasanya Nenek Nur Hidayat berkeliling dari tempat tinggalnya di Lorong Durian samping PLN Wua-Wua, hingga jembatan triping dan mangkal di sekitar jembatan itu.

Baca Juga: Meski Sakit Lansia Ini Tetap Memulung, Pernah Dituduh Mencuri Barang Bekas

Dia hidup sebatang kara sejak suami dan anak meninggal dunia. Tak ada lagi yang membantunya dan menguatkan dirinya yang semakin rapuh dalam kesedihan, namun tekat untuk bertahan hidup sangat besar.

“Hanya Pak RT dan tetangga yang sering membantu saat saya sakit dan tidak bisa bekerja," katanya dengan mata berkaca-kaca menahan air mata.

Saat dijumpai Telisik.id, sang nenek menyambut dengan ramah sambil menawarkan dagangannya. Mata yang sudah rabun, kulitnya yang mengeriput, mengajak Telisik.id berjabat tangan.

Meski hasil penjualan sapu lidi tak menentu, kadang hanya dapat Rp 10 ribu dalam sehari, bahkan sering tak ada yang laku sama sekali.

Namun di balik ketegarannya, tersimpan rasa kesepian dan kesedihan yang mendalam. Ia hidup tanpa keluarga, suami dan anaknya. Orang-orang yang dikasihinya itu telah kembali ke pencipta-Nya.

Untunglah masih ada cucu kesayangannya yang setia menemani kemanapun dia pergi berjualan.

Salah seorang pengguna jalan yang sering melihat Nenek Nur Hidayat, Hendarman, selalu merasa trenyuh setiap kali melihat nenek dan cucunya itu.

Baca Juga: Ingin Pensiun Jualan Sayur Keliling, Lansia Ini Tetap Bertahan demi Hidupi Keluarga

"Sedih melihat mereka berdua berteduh ketika kehujanan dalam keadaan menggigil, menunggu pembeli datang," ujarnya.

Warga lainnya yang merasa miris melihat kondisi Nenek Nur Hidayat, Ari, mengaku heran karena masyarakat miskin Kota Kendari makin hari makin bertambah.

"Saya cukup heran mengenai meningkatnya kemiskinan, padahal Sulawesi Tenggara sangatlah kaya, kita punya tambang nikel di sini. Tapi masyarakatnya masih banyak yang miskin," tandasnya. (A)

Penulis: Bambang Sutrisno

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga