Ratusan Mahasiswa Indonesia di Madinah Sulit Masuk Tanah Air
Rahmat Tunny, telisik indonesia
Kamis, 11 Juni 2020
0 dilihat
Anggota DPR RI Fraksi PAN, Prof Zainuddin Maliki. Foto: pwmu
" Bisa dibayangkan mereka juga harus berfikir mengenai pemenuhan beban living cost. "
JAKARTA, TELISIK.ID - Sekira 700 mahasiswa, yang bernaung dalam wadah Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Madinah yang sudah memegang visa exit re-entry, terkatung-katung menunggu jadwal penerbangan repatriasi ke Indonesia.
Mereka tidak bisa pulang, karena tidak ada jadwal penerbangan dari bandara internasional Prince Mohammad Bin Abdul Aziz Madinah, maupun dari bandara internasional King Abdul Aziz Jeddah ke Indonesia.
Dalam kunjungan kerja Satgas lawan COVID-19 DPR RI ke Kementerian BUMN, Menteri Erick Thohir akhir Mei lalu (28/5/2020) pernah menyatakan kesanggupannya untuk membantu penyediaan penerbangan repatriasi mahasiswa Indonesia di Madinah tersebut.
Menteri Erick Thohir telah memerintahkan jajarannya mengkaji kesiapan maskapai penerbangan BUMN untuk melakukan penjemputan ke Arab Saudi. Dalam hal ini Menteri Erick Thohir minta Garuda Indonesia bisa menyediakan dua pesawat untuk menjemput ke Arab Saudi.
Baca juga: Cegah Penyebaran COVID-19, PPDB Wakatobi Digelar Via Online
"Diharapkan menteri BUMN Erick Thohir bisa segera merealisasikan kesanggupan menyediakan penerbangan repatriasi, mengingat mereka sudah menunggu lebih dua bulan," kata Anggota DPR-RI dari Fraksi PAN Prof Zainuddin Maliki lewat keterangan pers yang diterima Telisik.id, Kamis (11/6/2020).
Visa exit re-entry telah diberikan untuk pemulangan mahasiswa Indonesia. Kebijakan itu diambil pemerintah Saudi Arabia di dalam penanganan COVID- 19.
"Pemerintah Saudi Arabia menghendaki mahasiswa pulang, tetapi pemerintah Indonesia terkesan sebaliknya, tidak menghendaki mereka pulang ke tanah air," ungkapnya.
Tentunya tidak bisa demikian. Mereka adalah warga negara yang berhak mendapatkan layanan. Oleh karena itu pemerintah harus segera memfasilitasi penyediaan penerbangan repatriasi, supaya mereka tidak terkatung-katung. Mereka sudah gelisah, karena juga sudah tidak ada aktivitas perkuliahan lagi di sana.
"Bisa dibayangkan mereka juga harus berfikir mengenai pemenuhan beban living cost," tegasnya.
Reporter: Rahmat Tunny
Editor: Sumarlin