Ratusan Perempuan Terbunuh Setiap Tahun, Negara Ini Diminta Hormati Perjanjian Internasional

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Jumat, 26 November 2021
0 dilihat
Ratusan Perempuan Terbunuh Setiap Tahun, Negara Ini Diminta Hormati Perjanjian Internasional
Ribuan perempuan unjuk rasa di Istanbul, Turki. Foto: Repro AP

" Ratusan perempuan di Turki dikabarkan terbunuh setiap tahunnya. Akibat persoalan itu, ribuan perempuan di negara tersebut berunjuk rasa di Istanbul "

ISTANBUL, TELISIK.ID - Ratusan perempuan di Turki dikabarkan terbunuh setiap tahunnya. Akibat persoalan itu, ribuan perempuan di negara tersebut berunjuk rasa di Istanbul.

Mengutip Suara.com - jaringan Telisik.id yang dilansir dari ABC News, massa berunjuk rasa menentang kekerasan yang dilakukan oleh pria terhadap kaum hawa.

Ribuan perempuan berkumpul di Istanbul guna memperingati Hari Internasional Penghentian Kekerasan Terhadap Perempuan.

Mereka membawa spanduk bertuliskan "Kami tidak diam, tidak takut" dan "Kami akan berjuang sampai mendapat apa yang kami inginkan". Beberapa bahkan mendesak Pemerintah Turki untuk mengundurkan diri.

Para pengunjuk rasa juga meminta agar Turki menghormati perjanjian internasional yang ditandatangani di Istanbul yang dimaksudkan untuk melindungi perempuan.

Konvensi Istanbul yang bersejarah itu ditandatangani di tahun 2014 dan menjadi landasan hukum di seluruh Eropa untuk menangani, mencegah dan mengadili tindak kekerasan terhadap perempuan.

Beberapa pejabat dari partai yang berkuasa sudah menyerukan agar perjanjian tersebut dikaji kembali, karena dianggap tidak cocok dengan nilai-nilai Turki yang lebih konservatif dibandingkan negara-negara Eropa lainnya.

Baca Juga: Wow, Ternyata Air Putih Termahal di Dunia Sebotolnya Dijual Rp 846 Juta

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memutuskan menarik Turki keluar dari konvensi di bulan Maret dengan dekrit presiden yang mengejutkan.

Tindakan tersebut menimbulkan kecaman dari kelompok pejuang hak-hak perempuan dan juga dari negara-negara Barat.

Gugatan ke pengadilan atas tindakan tersebut ditolak oleh pengadilan dan penarikan diri Turki disahkan di bulan Juli.

Polisi anti huru hara yang sudah memasang barikade sebelumnya di ujung jalan untuk mencegah rombongan pengunjuk rasa, kemudian melepaskan gas air mata ketika sekelompok pengunjuk rasa berusaha melewati barikade.

Menurut laporan harian Cumcuhuriyet, paling tidak satu orang pengunjuk rasa mengalami cedera.

"Sebagai perempuan saya tidak merasa aman di Turki," kata pengunjuk rasa Cansu Ozkan ketika ikut dalam unjuk rasa di kawasan Istiklal Street.

"Saya tidak merasa aman ketika keluar rumah di waktu kapan saja, tidak masalah siang atau malam.

"Saya rasa semua perempuan juga merasa seperti itu."

Seorang pengunjuk rasa lainnya, Serhat Alan mengatakan perempuan sudah "dibunuh secara terang-terangan".

"Jika pria bisa menunjukkan pisau di kereta ... Jika pelaku kekerasan bisa dengan tenang berjalan di antara kita, ini tidak benar," katanya.

"Kami tidak menerima dan tidak akan menerima, kami akan terus berjuang."

Baca Juga: Tingkat Kesuburan Loyo, Resesi Seks China Nular ke India?

Polisi Turki menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan unjuk rasa yang dilakukan ribuan perempuan.

Unjuk rasa serupa juga dilakukan di Ankara dan kota-kota lainnya di Turki.

Setelah menarik diri dari Konvensi Istanbul, Pemerintah Turki mengumumkan Rencana Aksi Untuk Mengatasi Kekerasan Terhadap Perempuan, seperti melakukan kajian soal proses peradilan, meningkatkan layanan perlindungan dan upaya lainnya.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan kekerasan terhadap perempuan semakin meningkat di Turki.

Kelompok pegiat 'We Will Stop Femicide' mengatakan 353 perempuan tewas dibunuh di Turki sepanjang tahun 2021 dengan 409 orang tewas dibunuh tahun lalu.

Di bulan Oktober, 18 perempuan dibunuh oleh pria dan 19 lainnya ditemukan tewas dalam keadaan mencurigakan, menurut kelompok tersebut. (C)

Reporter: Fitrah Nugraha

Artikel Terkait
Baca Juga