Sepak Terjang Ekonom Senior Faisal Basri Sebelum Tutup Usia

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 05 September 2024
0 dilihat
Sepak Terjang Ekonom Senior Faisal Basri Sebelum Tutup Usia
Selama karirnya, Faisal Basri telah menulis berbagai karya ilmiah yang berkaitan dengan ekonomi, politik, dan pembangunan. Foto Repro Republika

" Faisal Basri, seorang ekonom senior dari Indef, meninggal dunia pada usia 65 tahun pada Kamis (5/9/2024)) dini hari. Ia mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta "

JAKARTA, TELISIK.ID - Faisal Basri, seorang ekonom senior dari Indef, meninggal dunia pada usia 65 tahun pada Kamis (5/9/2024)) dini hari. Ia mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta.

Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan kolega di dunia ekonomi dan politik.

Kabar duka tersebut dikonfirmasi oleh Eko Listyanto, rekan sesama ekonom di Indef. "Benar, beliau meninggal," ujar Eko saat dikonfirmasi awak media, seperti dilansir dsei CNN Indonesia.

Meski begitu, Eko menyebutkan bahwa belum diketahui secara pasti apa penyebab wafatnya Faisal Basri. “Ketika dikonfirmasi ke anaknya, dikatakan bahwa beliau sakit sejak Senin lalu,” lanjutnya.

Faisal Basri dikenal sebagai seorang ekonom yang kerap bersuara kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah, terutama terkait utang negara dan program hilirisasi Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: KPK Warning KPU Soal Calon Kepala Daerah Berstatus Tersangka Dugaan Korupsi

Namun, kritik yang dilontarkannya bukan tanpa dasar, karena Faisal memiliki pengalaman yang sangat panjang dalam dunia ekonomi serta komitmen yang kuat dalam membangun negeri.

Menyingkap Mafia Migas

Salah satu prestasi paling terkenal Faisal adalah ketika ia diangkat sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi oleh Presiden Joko Widodo. Tim ini, yang lebih dikenal dengan julukan Tim Anti Mafia Migas, bekerja selama enam bulan penuh untuk mengungkap praktik-praktik korupsi di sektor minyak dan gas Indonesia, khususnya di dalam anak perusahaan Pertamina, Petral.

Dalam temuan yang dirilis oleh tim tersebut, ditemukan bahwa mafia migas telah lama menguasai proses impor minyak melalui prosedur yang berbelit-belit dan melibatkan pihak ketiga. Eko menyebut, "Tim kami menemukan berbagai indikasi adanya kekuatan tersembunyi yang terlibat dalam proses tender oleh Petral."

Berdasarkan temuan ini, Tim Anti Mafia Migas memberikan beberapa rekomendasi penting, salah satunya adalah agar pengelolaan impor minyak tidak lagi dilakukan oleh Petral, tetapi oleh ISC (integrated supply chain) Pertamina.

Selain itu, mereka juga merekomendasikan audit forensik terhadap Petral, yang kemudian dilakukan oleh lembaga audit Kordha Mentha, yang menemukan bahwa jaringan mafia tersebut telah menguasai kontrak suplai minyak senilai 18 miliar dolar AS atau sekitar Rp250 triliun selama tiga tahun.

Satgas TPPU dan Transaksi Janggal Rp 349 Triliun

Selain sepak terjangnya dalam memberantas mafia migas, Faisal juga berperan penting dalam upaya pemberantasan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Pada April 2023, ia ditunjuk sebagai tim ahli dalam Satuan Tugas (Satgas) TPPU, yang dibentuk untuk menyelidiki transaksi mencurigakan senilai Rpx349 triliun di Kementerian Keuangan.

Selama delapan bulan masa tugasnya, Satgas TPPU yang melibatkan Faisal berhasil mengungkap salah satu kasus terbesar, yaitu impor emas dengan transaksi mencurigakan senilai Rp 189 triliun.

Mahfud MD, Menko Polhukam saat itu, menyebut bahwa kasus ini tidak berjalan sebelum adanya Satgas TPPU, namun setelah supervisi dilakukan oleh Satgas, kasus tersebut mulai diproses oleh pihak berwenang.

Terlibat dalam Pembentukan PPATK

Faisal Basri juga dikenal sebagai salah satu tokoh yang turut terlibat dalam pembentukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), sebuah lembaga yang menjadi pilar utama dalam pemberantasan korupsi dan pencucian uang di Indonesia.

Keterlibatan Faisal dalam pembentukan PPATK menunjukkan komitmennya yang kuat dalam memerangi korupsi di tanah air.

Dalam berbagai kesempatan, Faisal sering kali menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara.

Ia juga sering menyuarakan pendapatnya terkait pentingnya reformasi birokrasi dan pengawasan terhadap aliran dana publik, terutama yang berpotensi disalahgunakan.

Baca Juga: Kominfo Minta Tambahan Anggaran Rp 13,27 Triliun untuk Perawatan BTS 4G hingga Pindah ASN ke IKN

Pejuang Anti Korupsi 2003

Sikap kritis dan lantang Faisal dalam memerangi korupsi membuatnya dianugerahi penghargaan "Pejuang Anti Korupsi" oleh Masyarakat Profesional Madani (MPM) pada tahun 2003.

Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasinya dalam mengungkap berbagai kasus korupsi dan penyelewengan di sektor publik.

Faisal tak hanya berjuang di balik meja, namun juga turun langsung dalam berbagai aksi dan diskusi publik yang menentang korupsi. Ia percaya bahwa korupsi merupakan salah satu penghambat terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia, dan oleh karenanya harus diberantas hingga ke akar-akarnya.

Kontribusi dalam Dunia Akademik

Selain aktif di ranah publik dan pemerintahan, Faisal Basri juga memiliki kontribusi besar dalam dunia akademik. Ia adalah salah satu dosen teladan di Universitas Indonesia (UI) dan mendapatkan penghargaan sebagai "Dosen Teladan III" pada tahun 1996.

Faisal juga dianugerahi "FEUI Award" pada tahun 2005 atas prestasinya dalam bidang sosial dan kemasyarakatan. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga