Siapa Sangka, Nama Lelaki Ini Pintaku Tiada Dusta

Affan Safani Adham, telisik indonesia
Sabtu, 11 Juli 2020
0 dilihat
Siapa Sangka, Nama Lelaki Ini Pintaku Tiada Dusta
Pintaku Tiada Dusta adalah lulusan akselerasi SMAN 1 Wonosari, ingin mewujudkan doa orangtuanya agar bisa menjadi seorang yang amanah. Foto: Ist.

" Kecuali hanya harapan agar anak saya menjadi seorang yang jujur dan tidak pernah berdusta dalam hal apapun. "

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Penamaan unik merupakan tradisi sejak lama oleh masyarakat lokal. Namun jika masa lalu nama unik itu dikaitkan dengan hari, bulan hingga terkait keselamatan anak.

Belakangan, masyarakat dibuat heboh dengan munculnya nama-nama unik. Setelah kemarin muncul nama Dita Leni Ravia, kini viral pula nama Pintaku Tiada Dusta. Kebetulan keduanya sama-sama orang Gunungkidul, Yogyakarta.

Bagi sebagian besar orang, nama Pintaku Tiada Dusta pasti ditebak sebagai sebuah judul lagu atau lirik puisi. Namun, siapa sangka, ternyata itu adalah nama seorang laki-laki.

Putra dari Priyatmo Subarkah dan Ny Rina Karwati ini, mengaku bangga dengan namanya. Meski sepintas terdengar romantis bak romansa sepasang manusia agar tidak ada pengkhianatan, tapi laki-laki ini mengaku, tidak sedikit pun terbersit keinginan untuk mengubah nama itu. "Karena nama pemberian orang tua itu membawa keberuntungan," katanya.

Memiliki nama unik, tentu saja ada pengalaman mengesankan dalam hidupnya. Tak terkecuali bagi laki-laki lajang yang akrab disapa Pinta dan menjadi tenaga honorer sejak 2017 sebagai staf di Bidang Penetapan dan Bina Pendapatan Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Gunungkidul dan tinggal di Kelurahan Bendung, Kepanewonan Semin, Gunungkidul.

Semasa kecil, lantaran nama uniknya, laki-laki kelahiran 5 September 1991 ini, sempat dibully teman-temannya. Namun hal itu hanya ia anggap sebagai angin lalu.

"Saya tidak ada sedikit pun rasa dendam pada teman-teman yang membully saya. Justru saya merasa terus tertantang untuk mewujudkan doa orang tua dengan nama itu," ungkapnya.

Ketika di bangku SD, gurunya sempat menawarinya untuk berganti nama. Namun ia memilih untuk tetap menyandang nama itu hingga akhir hayat nanti.

Dulu, saat menjadi siswa SMP dan ikuti lomba, ada yang menulis di rubrik "Sungguh-sungguh Terjadi" salah satu harian di Yogyakarta tentang namanya itu.

Lulusan akselerasi SMAN 1 Wonosari ini ingin mewujudkan doa orangtuanya agar bisa menjadi seorang yang amanah. "Karena nama itu saya menjadi termotivasi untuk selalu jujur, sesuai tujuan nama yang diberikan orang tua," paparnya.

Sejumlah pengalaman menarik lainnya pun pernah dilalui Pinta dengan nama yang unik itu. Hingga sempat dikira seorang perempuan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia terbiasa dan menganggap hal itu hanya sebagai candaan saja.

Sebenarnya, tak ada hal khusus bagi Priyatmo Subarkah yang melatarbelakangi dirinya memberi nama anak sulungnya, Pintaku Tiada Dusta.

Baca juga: Desa Para Santri, Mlangi Desa Wisata Religi dan Budaya

"Kecuali hanya harapan agar anak saya menjadi seorang yang jujur dan tidak pernah berdusta dalam hal apapun," kata Priyatmo Subarkah, Jumat (10/7/2020).

Menurutnya, nama anaknya itu memiliki arti lugas. Sesuai teks atau sesuai nama panggilannya.

Untuk meminimalisasi dampak negatif, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Gunungkidul meminta masyarakat bijak dalam menyikapi identitas seseorang.

"Nama itu hak setiap orang dan kami hanya bagian entri data saja," jelas Markus Tri Munarja, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Gunungkidul.

Bagi Markus, pihaknya enggan lebih jauh membedah nama-nama unik tersebut. "Terkait data pribadi penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Gunungkidul terikat undang-undang," terangnya.

Sementara itu, Anggota Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto, mengatakan, penamaan nama unik dijumpai pada tahun 1950 sampai 1970.

"Waktu itu banyak dijumpai  nama Kemis, Pon, Wage dan nama bulan seperti Suro," kata Supriyanto, yang menambahkan hal itu dianggap lumrah karena orang tua masa itu ingin mengingat bayinya lahir di hari itu.

Diterangkan Supriyanto, di masyarakat Jawa juga ada tradisi mengubah nama sejak lahir setelah menikah atau disebut nama tua. "Tapi hal itu sudah jarang ditemui saat ini, termasuk nama unik menggunakan hari atau bulan," katanya.

Nama yang terdengar unik, namun tetap bermakna baik, kebanyakan digunakan masyarakat Jawa. Seperti bulan Suro, itu banyak dipakai karena bulan yang dikeramatkan bagi sebagian yang percaya.

Reporter: Affan Safani Adham

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga