Sisi Lain Bangsa Persia Mesra dengan Yahudi Era Cyrus Agung hingga Runtuh Diganti Republik Islam Iran

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 22 Juni 2025
0 dilihat
Sisi Lain Bangsa Persia Mesra dengan Yahudi Era Cyrus Agung hingga Runtuh Diganti Republik Islam Iran
Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel dan Ayatollah Khomeini Pemimpin Tertinggi Iran saat Ini. Foto: Repro Reuters.

" Hubungan Persia dan Yahudi menyimpan sejarah panjang yang jarang dibahas, dari masa kejayaan Cyrus Agung hingga transisi menjadi Republik Islam Iran yang penuh gejolak "

JAKARTA, TELISIK.ID - Hubungan Persia dan Yahudi menyimpan sejarah panjang yang jarang dibahas, dari masa kejayaan Cyrus Agung hingga transisi menjadi Republik Islam Iran yang penuh gejolak.

Persia: Negeri Tua yang Lahir dari “Tanah Arya”

Iran sebagai entitas kebangsaan memiliki sejarah panjang sejak zaman kuno ketika dikenal sebagai Persia. Nama "Iran" secara resmi digunakan setelah Reza Shah Pahlavi mengeluarkan dekrit pada 1935.

Sebelumnya, istilah Persia lebih dikenal luas, khususnya di dunia Barat, sebagai penyebutan untuk wilayah Iran. Istilah Iran sendiri berasal dari kata “Airyan” atau “Arya”, yang dalam teks Zoroaster berarti tanah orang Arya.

Ini menunjukkan bahwa penamaan tersebut bukan hanya perubahan istilah, melainkan mencerminkan identitas bangsa yang kuat sejak dahulu.

Reza Shah memimpin Iran sejak 1925 setelah menggulingkan Dinasti Qajar. Ia ingin melepaskan identitas kolonial dan memodernisasi negaranya. Penggantinya, Mohammad Reza Pahlavi, menyatakan bahwa istilah Persia dan Iran bisa digunakan bergantian sejak 1959.

Era Cyrus Agung dan Awal Kedekatan dengan Yahudi

Melansir Nasionalgeografic, Minggu (22/6/2025), kedekatan Persia dengan komunitas Yahudi dapat ditelusuri sejak abad ke-6 SM. Saat itu, Raja Cyrus Agung dari Kekaisaran Achaemenid menaklukkan Babilonia dan membebaskan bangsa Yahudi yang sedang dalam masa pembuangan.

Tidak hanya dibebaskan, bangsa Yahudi bahkan diizinkan kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci mereka yang telah dihancurkan.

Dalam kitab suci Yahudi, Cyrus Agung mendapat julukan istimewa, yaitu “yang diurapi Tuhan,” suatu penghormatan tinggi yang menunjukkan betapa besar jasanya dalam sejarah Yahudi.

Cyrus Agung juga terkenal karena kebijakan toleransinya terhadap berbagai agama dan budaya di bawah kekuasaannya. Ini menjadikan kekaisaran Persia sebagai salah satu kekaisaran kuno yang dikenal paling toleran terhadap kelompok minoritas.

Wilayah kekuasaannya yang luas tidak menghalangi prinsip-prinsip keadilan dan perlindungan terhadap semua rakyatnya, termasuk Yahudi.

Dinasti Sasanid dan Keberadaan Ratu Yahudi

Pada masa Dinasti Sasanid, kedekatan Persia dengan Yahudi semakin kuat. Salah satu bukti sejarah yang paling menarik adalah kisah Shushandukht, seorang perempuan Yahudi yang menjadi ratu Persia.

Baca Juga: Jenis Rudal Balistik Iran Bikin Iron Dome Israel Hilang Taji, Kantor Mossad dan 14 Ribu Bangunan Rusak Parah

Ia dikenal karena perannya dalam membangun komunitas Yahudi di wilayah Isfahan. Perkawinan politik ini bukan hanya mengikat dua komunitas, tetapi juga memperkuat kedudukan orang Yahudi di wilayah Persia secara sosial dan kultural.

Pada masa ini, interaksi antara budaya Yahudi dan Persia semakin berkembang. Banyak karya dan catatan penting yang lahir dari percampuran pemikiran kedua bangsa. Yahudi Persia hidup berdampingan dengan masyarakat mayoritas, berkontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, hingga kesusastraan.

Toleransi pada Era Awal Islam

Ketika Islam menyebar ke Persia, kaum Yahudi tidak serta merta diusir atau ditekan. Sebaliknya, mereka tetap diberi ruang untuk hidup dan berkembang. Bahkan, banyak tokoh Yahudi seperti Musa bin Maimun yang menulis karya filsafat dalam bahasa Arab berperan penting dalam pembangunan peradaban Islam awal.

Pemikiran mereka menjadi jembatan antara warisan klasik Yunani dengan pemikiran Islam abad pertengahan.

Kondisi ini menggambarkan adanya ruang inklusi dan kebebasan beragama yang relatif kuat di masa-masa awal pemerintahan Islam di Persia.

Dalam konteks ini, toleransi bukan hanya wacana, tetapi menjadi realitas sosial yang dirasakan oleh komunitas Yahudi saat itu.

Tragedi Allahdad dan Diskriminasi di Masa Safavid

Namun, sejarah tidak selalu berpihak. Saat Dinasti Safavid berkuasa dan Syiah ditetapkan sebagai agama resmi negara, toleransi mulai terkikis. Diskriminasi terhadap kelompok non-Muslim, termasuk Yahudi, meningkat tajam.

Salah satu peristiwa paling menyedihkan adalah tragedi Allahdad di Mashhad pada tahun 1839. Dalam tragedi itu, komunitas Yahudi Mashhad dipaksa memeluk Islam secara massal setelah diserang oleh massa.

Peristiwa ini menjadi luka kolektif bagi Yahudi Persia dan menandai awal kemunduran hubungan harmonis antara kedua kelompok. Banyak komunitas Yahudi memilih menyembunyikan identitas mereka dan hidup secara rahasia untuk menghindari tekanan sosial dan politik yang semakin kuat.

Nader Shah dan Kembalinya Toleransi

Toleransi terhadap Yahudi sempat kembali muncul di masa kekuasaan Nader Shah pada tahun 1736 hingga 1747. Di bawah pemerintahannya, Yahudi diperbolehkan kembali tinggal di kota suci Syiah seperti Mashhad dan beberapa dari mereka bahkan diberi posisi dalam administrasi negara.

Mereka dilibatkan dalam pengelolaan harta rampasan perang, termasuk yang didapatkan dari penaklukan India.

Kebijakan ini memperlihatkan bahwa hubungan Persia dan Yahudi masih memiliki peluang untuk harmonis, tergantung pada orientasi kekuasaan yang berlaku.

Nader Shah, walau dikenal sebagai panglima militer yang garang, ternyata memberi ruang toleransi dan perlindungan bagi minoritas.

Revolusi Islam dan Perubahan Total

Hubungan itu berubah drastis pada tahun 1979, ketika Revolusi Islam menggulingkan Mohammad Reza Pahlavi. Pemerintahan Ayatollah Khomeini mendirikan Republik Islam Iran yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat.

Baca Juga: Iran Kebut Suplai Senjata Kiamat, Imbas Serangan Israel ke Fasilitas Nuklir

Sistem ini mengubah total struktur sosial-politik dan membawa perubahan besar dalam hubungan dengan komunitas non-Muslim, termasuk Yahudi.

Walau konstitusi Iran tetap mengakui keberadaan Yahudi sebagai minoritas resmi, namun iklim politik yang anti-Israel dan ketegangan geopolitik menjadikan posisi Yahudi di Iran semakin rentan.

Banyak dari mereka memilih untuk bermigrasi ke luar negeri, meskipun masih ada komunitas kecil Yahudi yang bertahan di Teheran hingga hari ini.

Bangsa Persia pernah menjadi penyelamat bagi Yahudi. Dari kebijakan Cyrus Agung yang membebaskan mereka, pernikahan ratu Yahudi Shushandukht, hingga perlindungan di era Nader Shah, sejarah Persia menyimpan lembaran toleransi yang panjang.

Di masa kini, memori itu nyaris terlupakan, tergantikan oleh konflik dan kecurigaan. Namun, sejarah membuktikan bahwa damai itu bukan ilusi, ia adalah warisan yang pernah nyata. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga