Tak Ada Perhatian Pemda Busel, Warga Sampolawa Blokir Jalan
Deni Djohan, telisik indonesia
Senin, 04 Mei 2020
0 dilihat
Suasana pemblokiran jalan yang dilakukan masyarakat lingkungan pasar Sampolawa. Foto: Ist.
" Tolong pemerintah daerah punya peduli atau punya perhatian, tolong kami di lingkungan pasar agar secepatnya diperhatikan. Jangan Bupati Buton Selatan, La Ode Arusani menutup mata dan menutup hati. "
BUTON SELATAN, TELISIK.ID - Warga lingkungan pasar, Kelurahan Jaya Bakti, Kecamatan Sampolawa, Buton Selatan (Busel) memblokir jalan masuk menuju Pasar Sampolawa. Mereka memprotes kinerja Pemda Buton Selatan (Busel) yang dianggap tidak serius menangani pencegahan COVID-19, di Sampolawa, Senin (04/05/2020).
Selain melakukan pemblokiran jalan, mereka juga membentangkan spanduk tuntutan sepanjang hampir lima meter yang meminta tanggungjawab pemerintah Busel di bawah komando Bupati, H. La Ode Arusani, terkait nasib mereka yang terisolasi di dalam lingkungan pasar. Masyarakat kemudian menempel spanduk tersebut di pagar kantor Camat Sampolawa.
Tokoh pemuda setempat, La Ode Suriadin mengatakan, adanya kasus COVID-19 di Sampolawa membuat masyarakat semakin ketakutan dan mengisolasi diri mandiri. Hal ini diperburuk lagi dengan adanya pengucilan masyarakat sekitar terhadap masyarakat kompleks lingkungan pasar dalam aktifitas jual beli. Pasalnya, pasien ODP COVID-19 yang meninggal pekan lalu diketahui tinggal dalam lingkungan kompleks.
"Tolong pemerintah daerah punya peduli atau punya perhatian, tolong kami di lingkungan pasar agar secepatnya diperhatikan. Jangan Bupati Buton Selatan, La Ode Arusani menutup mata dan menutup hati," teriak La Ode Suriadin saat menyuarakan tuntutannya.
Peristiwa pasien ODP COVID-19 yang meninggal di lingkungan pasar Sampolawa pekan lalu adalah bukti nyata jika tim gugus tugas Pemda Busel tidak serius dalam penanganan virus mematikan itu. Sebab yang terlihat aktif saat itu hanya pemerintah kecamatan setempat bersama Polsek dan Koramil. Sedang tim gugus Pemda sendiri sama sekali tidak punya kepedulian dan tindakan. Mereka hanya datang bergerombol untuk mendapatkan sesuatu.
Baca juga: Dikuasai Pemodal Asing, MPR Minta Pemda Perketat Pengawasan ke Perusahaan
"Jadi yang aktif itu, Camat Sampolawa, Polsek, Koramil, Lurah Jaya Bakti dan Katilombu serta Puskesmas Sampolawa,” ungkapnya.
Pasca peristiwa itu, lanjutnya, mereka semakin dikucilkan dengan ditetapkan lingkungan itu sebagai zona merah. Ironisnya, tim gugus tugas tidak pernah mengunjungi untuk menanyakan perkembangan kondisi mereka selama masa karantina.
Salah satu warga, La Buyung menambahkan, terhitung sejak 30 April, masyarakat kompleks pasar sudah tak bisa lagi melakukan aktivitas sosial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti nelayan dan bertani. Pasalnya, warga sekitar memberi mereka sangsi sosial. Para nelayan yang hendak menjual hasil tangkapannya akan mendapat penolakan jika berjualan di pasar. Begitu juga dengan para petani.
Dengan begitu, ia meminta kepada Bupati Busel yang juga Ketua Tim Gugus Tugas COVID-19 Busel, H. La Ode Arusani, untuk segera memperhatikan kondisi masyarakat Sampolawa saat ini. Minimal tidak memberikan bantuan kebutuhan pokok terhadap mereka yang tengah mengisolasi diri mandiri.
"Dimana anggaran penanganan COVID-19 sebesar puluhan miliar itu. Jangankan sembako, masker saja sampai hari ini belum sampai pada kami," pungkasnya.
Kinerja Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Busel terus mendapat sorotan. Kemarin, Wakil Ketua Satu DPRD Busel, Aliadi, juga mempertanyakan pengelolaan anggaran COVID-19 tersebut. Pasalnya, tak ada sentuhan bantuan terhadap puluhan pasien karantina yang dipusatkan di area perkantoran Busel.
Reporter: Deni Djohan
Editor: Sumarlin