Tak Butuh Energi dari Luar, China Resmi Punya Miniatur Matahari di Bumi

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 19 Oktober 2025
0 dilihat
Tak Butuh Energi dari Luar, China Resmi Punya Miniatur Matahari di Bumi
Sekelompok pakar di lokasi uji coba Prototipe Divertor di Fasilitas Riset Komprehensif untuk Teknologi Fusi (Comprehensive Research Facility for Fusion Technology/CRAFT) di Hefei, Provinsi Anhui, China timur. Foto: Zhou Mu/Xinhua

" Kemajuan besar kembali dicapai dalam ambisi China membangun sumber energi bersih masa depan "

HEFEI, TELISIK.ID - Kemajuan besar kembali dicapai dalam ambisi China membangun sumber energi bersih masa depan.

Melalui pengembangan prototipe divertor di Fasilitas Riset Komprehensif untuk Teknologi Fusi (CRAFT) Hefei, negara tersebut berhasil menorehkan tonggak baru dalam teknologi “matahari buatan”.

Pada 13 Oktober 2025, para ilmuwan dari Institut Fisika Plasma di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS) berhasil menuntaskan uji dan tinjauan terhadap Prototipe Divertor, salah satu dari 19 subsistem utama dalam proyek CRAFT.

Prototipe ini diklaim sebagai komponen divertor terbesar di dunia yang dikembangkan secara mandiri dengan kemampuan menahan beban panas paling tinggi.

Divertor sendiri merupakan bagian penting dari reaktor fusi yang berfungsi mengeluarkan panas dan produk hasil reaksi, serta mengendalikan impuritas di dalam inti reaktor.

Baca Juga: Shutdown Pemerintah AS Picu Kepanikan, Trump Ambil Alih dan Perintahkan Dana Cadangan untuk Tentara

Dalam uji performa, komponen ini mampu menahan beban termal steady-state hingga 20 megawatt per meter persegi. Capaian ini didukung oleh rancangan pelat datar yang memastikan suhu permukaan tungsten tetap berada di bawah ambang batas rekristalisasi.

Seorang pakar dari CAS menjelaskan bahwa pencapaian tersebut menjadi bukti kemajuan signifikan China dalam litbang teknologi fusi.

“Hasil ini menunjukkan bahwa kami telah mencapai kemandirian penuh dalam pengembangan divertor dan membangun dasar kuat untuk penerapan rekayasa reaktor fusi di masa depan,” ungkap tim peneliti dari Institut Fisika Plasma CAS, melalu keterangan yang diterima telisik.id, Minggu (19/10/2025).

Selain keberhasilan teknisnya, prototipe ini juga membawa inovasi penting berupa desain lapisan divertor campuran terintegrasi. Desain tersebut secara teoritis mampu meningkatkan rasio pembiakan tritium lebih dari 3 persen.

Tritium, salah satu bahan bakar utama dalam reaksi fusi, merupakan elemen langka di alam. Kemampuan membiakkannya secara mandiri menjadi langkah besar menuju keberlanjutan energi fusi.

Foto yang dirilis oleh Xinhua memperlihatkan aktivitas para pakar di lokasi uji Hefei, Provinsi Anhui. Dalam gambar tampak tim peneliti memeriksa panel pendingin dan struktur tungsten berlapis, bagian penting dari sistem yang menahan panas ekstrem di dalam reaktor.

CRAFT menjadi platform utama bagi para ilmuwan untuk mengembangkan dan menguji komponen-komponen penting reaktor energi fusi. Keberhasilan uji divertor ini menandai kesiapan fasilitas tersebut melangkah ke tahap penerapan teknis yang lebih luas.

Teknologi yang dihasilkan pun tak hanya relevan untuk fusi, tetapi juga berpotensi diterapkan pada sektor lain seperti kedirgantaraan, peralatan medis canggih, elektronik industri, hingga kendaraan energi baru.

Menurut tim peneliti CRAFT, penguasaan teknologi divertor secara mandiri merupakan langkah strategis bagi kemandirian energi nasional.

“Setiap komponen yang dikembangkan memperkuat kemampuan domestik kami untuk menciptakan sistem fusi yang stabil, aman, dan berkelanjutan,” ujar salah satu ilmuwan senior dalam keterangan resmi yang dikutip dari Xinhua.

Baca Juga: Uji Terbang Starship ke-11 Berhasil, SpaceX Selangkah Lebih Dekat ke Misi Bulan

Tujuan utama dari proyek “matahari buatan” ini adalah meniru proses fusi nuklir seperti yang terjadi di inti matahari, di mana dua inti atom ringan bergabung menjadi satu dan menghasilkan energi dalam jumlah besar tanpa menghasilkan emisi karbon.

Jika berhasil diterapkan secara luas, teknologi ini berpotensi menjadi sumber energi bersih yang nyaris tak terbatas bagi umat manusia.

China sebelumnya juga dikenal dengan proyek Tokamak Superkonduktor Lanjutan Eksperimental (EAST), yang telah memecahkan berbagai rekor dunia dalam uji coba fusi.

EAST mampu mencapai suhu lebih dari 120 juta derajat Celsius dan mempertahankan kondisi tersebut selama ratusan detik. CRAFT dan EAST kini menjadi dua pilar penting dalam upaya negeri itu mengejar ambisi energi fusi yang stabil dan berkelanjutan.

Dengan pencapaian terbaru ini, langkah China untuk menjadi pionir global dalam teknologi “matahari buatan” kian nyata. Dari Hefei, para peneliti terus menyalakan harapan baru bagi masa depan energi dunia—energi yang bersih, efisien, dan mampu menopang peradaban manusia dalam jangka panjang. (SHN)

Penulis: Ahmad Jaelani

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga