Tradisi Unik Lebaran di Indonesia, Ada Perang Topat

Merdiyanto , telisik indonesia
Minggu, 30 Maret 2025
0 dilihat
Tradisi Unik Lebaran di Indonesia, Ada Perang Topat
Para peserta Perang Topat saat mengikuti acara. Foto: Repro Kemenparekraf

" Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya yang kaya, memiliki berbagai tradisi unik dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari perayaan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga "

JAKARTA, TELISIK.ID - Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya yang kaya, memiliki berbagai tradisi unik dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari perayaan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga.

Tradisi unik ini bukan hanya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai upaya pelestarian budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

Berikut lima tradisi unik Lebaran di Indonesia dilansir dari berbagai situs.

1. Ronjok Sayak, Bengkulu

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Suku Serawai di Bengkulu menggelar tradisi Bakar Gunung Api sebagai wujud syukur atas limpahan rezeki dan berkah yang diterima sepanjang tahun, terutama setelah bulan Ramadan.

Baca Juga: Bukan Nilai Ambang Batas, Ini Dua Faktor KemenPAN-RB Agar Terangkat PPPK 2024 Tahap 2

Tradisi ini, yang melambangkan kebersamaan, dilaksanakan pada malam takbiran. Masyarakat berkumpul untuk menyiapkan batok kelapa, yang disusun rapi dalam bentuk menara menyerupai gunung, dan kemudian dibakar untuk dipertontonkan kepada semua orang.

Dalam ritual ini, masyarakat tidak hanya berdoa kepada Tuhan, tetapi juga mengenang arwah leluhur, memohon ketenangan dan kebahagiaan bagi mereka di alam sana.

2. Binarundak, Motoboi Besar

Jika Lebaran identik dengan ketupat, Sulawesi Utara memiliki tradisi berbeda. Di daerah Motoboi Besar, perayaan Lebaran dilakukan dengan memakan nasi jaha melalui tradisi Binarundak. Tradisi ini dipercaya dapat mempererat tali silaturahmi.

Tiga hari setelah Hari Raya Idul Fitri, masyarakat beramai-ramai membakar nasi jaha di lapangan. Nasi jaha, yang dimasak di dalam bambu berlapis daun pisang, dibakar menggunakan sabut kelapa.

Setelah nasi jaha matang, warga sekitar akan menyantapnya bersama-sama sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan.

3. Grebeg Syawal, Yogyakarta

Setiap tanggal 1 Syawal, Keraton Yogyakarta atau Surakarta menggelar tradisi Grebeg Syawal. Rangkaian upacara ini meliputi mengarak gunungan berisi hasil bumi, seperti sayuran dan buah-buahan.

Gunungan hasil bumi dalam tradisi ini terbagi menjadi dua, yaitu Gunungan Kakung dan Gunungan Putri. Kedua gunungan ini melambangkan sedekah sultan kepada rakyatnya.

Gunungan berbentuk kerucut tersebut diarak oleh pengawal keraton, kemudian dibagikan kepada warga setelah didoakan. Uniknya, pembagiannya tidak dilakukan secara langsung, melainkan diperebutkan oleh warga.

4. Perang Topat, Lombok

Masyarakat Lombok memiliki tradisi unik bernama Perang Topat atau perang ketupat, yang dilaksanakan enam hari setelah Lebaran.

Meskipun dinamakan perang, tradisi ini sama sekali tidak mengandung unsur kebencian. Sebaliknya, Perang Topat melambangkan rasa syukur dan kerukunan antarumat beragama di Lombok.

Tradisi ini diawali dengan mengarak hasil bumi, kemudian dilanjutkan dengan selebrasi unik, yaitu saling melempar ketupat antara Suku Sasak dan Bali. Menariknya, acara ini diadakan di Pura Lingsar, Lombok Barat.

Baca Juga: Aturan Baru Pemerintah, Aset Rumah Warisan Tak Diperhatikan akan Diambil Negara

5. Tumbilotohe, Gorontalo

Dalam bahasa Gorontalo, 'Tumbilo' berarti memasang dan 'Tohe' berarti lampu. Oleh karena itu, tradisi Tumbilotohe dalam bahasa Indonesia disebut sebagai malam pasang lampu.

Dalam perayaan Tumbilotohe, masyarakat Gorontalo menggunakan lampu tradisional berbahan bakar minyak tanah, yang disebut Tohetutu.

Lampu-lampu ini dipasang di halaman rumah dan sepanjang jalan menuju masjid, sebagai penanda berakhirnya bulan Ramadan.

Pemasangan lampu dalam tradisi Tumbilotohe dilakukan pada tiga malam terakhir menjelang Hari Raya Idul Fitri, dimulai sejak waktu magrib hingga menjelang subuh.

Pada tahun 2007, perayaan Tumbilotohe berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) karena berhasil menghias Gorontalo dengan lima juta lampu. (C)

Penulis: Merdiyanto

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga