Wagus Hidayat: Pemilik Maskapai Perintis di Bumi Cendrawasih

Haidir Muhari, telisik indonesia
Selasa, 06 Juli 2021
0 dilihat
Wagus Hidayat: Pemilik Maskapai Perintis di Bumi Cendrawasih
H. Wagus Hidayat, SE. Foto: Repro Topikpapua.com

" Sempat ditolak sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, kini pria berdarah Bugis ini miliki 6 pesawat. "

JAYAPURA, TELISIK.ID - Sempat ditolak sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, kini pria berdarah Bugis ini miliki 6 pesawat.

Haji Wagus Hidayat namanya. Belum juga genap usianya setengah abad. Baru 45 tahun.

Hadi Dayat. Dengan itu biasa ia disapa. Seperti dilansir dari Tribun.com, ia adalah pemilik maskapai perintis di Bumi Cendrawasih, Papua. SAM Air, nama pesawatnya itu.

Pria kelahiran Wamena, 16 Agustus 1975, adalah perantau dari Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Tiga tahun terakhir, Presiden Direktur SAM Air itu merintis jejak untuk menjadi pemilik pesawat.

Pesawatnya mendapat izin terbang sejak September 2019. Home base SAM Air masih di Bandara Internasional Dortheys Hiyo Eluay, Sentani, Jayapura.

Maskapainya mendapatkan sertifikat AOC 135 dari otoritas penerbangan nasional (NAA), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Karena itu, Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan Kabupaten Jayapura itu, membuka kantor perwakilan di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

Dilansir dari Hajinews.id, enam pesawat terbang jenis propeller-nya kini melayani charter flight. Layanan penerbangan tak terjadwal di Papua.

Haji Dayat bahkan disama-samakan dengan Susi Pudjiastuti. Seperti diketahui, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini, juga pemilik Susi Air.

Menanggapi itu, dengan penuh kesederhanaan Wagus menjawab singkat.

Baca juga: Mengenal Maudy Ayunda, Penyanyi dan Artis Muda yang Raih Dua Gelar Magister di Stanford University

Baca juga: Profil Cinta Laura, Artis dengan Deretan Aksi Sosialnya

“Aamiin, saya belum ada apa-apanya dibanding Ibu Susi,” ujarnya.

Awal tahun 2021 ini, Anggota DPRD ini dapat mandat baru dari pemerintah. Maskapainya terjadwal melakukan penerbangan di 10 bandara perintis di gugus Kepulauan Maluku.

Tak ada seorangpun manusia yang menyangka lajur kehidupan akan membawanya ke jalur mana. Setiap manusia hanya berupaya semaksimal mungkin.

Begitu juga Haji Dayat. Awal dekade 1990-an di Makassar dia masih jadi kondektur bus. Awal dekade 2000-an, Wagus menjadi penjual bensin botolan di Wamena, pegunungan tengah Papua. Bahkan, ia juga pernah jualan sirih pinang.

Wagus meyakini, kerja keras, kemauan belajar, jujur, dan menanam benih kebaikan ke orang sekitar adalah jembatan meraih sukses. Inilah yang terus ia yakini dan lakukan.

Haji Wagus pernah sebagai ground handling di Bandara di Puncak Jaya dan Wamena, Papua. Ia belajar seluk-beluk mengurus maskapai. Cukup lama hampir satu dekade untuk itu belajar.

Titik baliknya di tahun 2015. Terbesit azam dalam dirinya untuk maju. Ia lalu belajar 'mengendarai' pesawat. Masuklah ia ke Genesa Flight Academy di Jakarta Timur. Ia ingin jadi pilot.

“Saat itu ada kasus penembakan pesawat di Puncak Jaya. Tak ada orang yang berani jadi pilot, akhirnya saya sekolah pilot,” kenangnya.

Pria yang juga gemar minum kopi di warkop itu, tetap tampil sederhana. Meski memiliki enam pesawat propeller, tak membuatnya 'melangit'. Di luar dunia bisnis, Haji Dayat dipercaya sebagai Ketua Fraksi Bhinneka Tunggal Ika DPRD Kabupaten Jayapura.

Hidupnya tetap riang dan bergaul dengan orang kebanyakan. Bahkan ia kerap menggunakan sandal jepit. (C)

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga