Wakatobi Wonderfull Festival and Expo: Promosi Keindahan Terumbu Karang dan Ragam Budaya Bakal Digelar Oktober
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Rabu, 29 Mei 2024
0 dilihat
Kesenian dan ragam budaya Wakatobi menjadi magnet tersendiri bagi para pelancong. Foto: Instagram@amalhermawan
" Wakatobi direncanakan akan menjadi tuan rumah even Wakatobi Wonderfull Festival and Expo (WAFE) pada Oktober 2024 "
KENDARI, TELISIK.ID - Wakatobi direncanakan akan menjadi tuan rumah even Wakatobi Wonderfull Festival and Expo (WAFE) pada Oktober 2024. Acara ini dirancang untuk mempromosikan keindahan terumbu karang dan ragam budaya lokal yang kaya.
Untuk itu Telisikers, mari mengenal daerah indah tersebut, mulai dari Taman Nasional di kabupaten ini, termasuk salah satu dari 50 taman nasional di Indonesia. Taman nasional ini ditetapkan pada tahun 1996 dengan luas keseluruhan 1,39 juta hektare, mencakup keanekaragaman hayati laut yang luar biasa.
Dengan kondisi terumbu karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia, Wakatobi menawarkan pemandangan bawah laut yang memukau dan beragam.
Selain keindahan alam, Wakatobi juga kaya akan budaya tradisional yang unik. Salah satu tradisi khas masyarakat Wangi-Wangi adalah pesta adat Karia’a. Dalam upacara ini, 15 sampai 20 usungan dibawa dalam satu kali prosesi. Tradisi lainnya adalah Pencak Silat Mansa'a, seni bela diri khas masyarakat Wakatobi.
Tradisi ini bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi juga merupakan bagian penting dari identitas budaya setempat. Selain itu ada juga Tradisi Kabuenga adalah salah satu tradisi menarik lainnya, dimana para muda-mudi Pulau Wangi-Wangi mencari jodoh.
Kemudian tradisi Tenun Hemoru, yang merupakan proses menenun kain secara tradisional menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu besi. Hasil tenunan kain ini digunakan dalam upacara adat dan acara kebudayaan, menunjukkan keahlian dan dedikasi masyarakat lokal.
Salah satu tradisi unik di Wakatobi adalah Posepa’a, tradisi adu kekuatan yang menggunakan tendangan kaki sebagai alat untuk menyerang dan bertahan. Posepa’a dulu digunakan sebagai sarana merekrut dan melatih kekuatan prajurit pada masa kerajaan Liya.
Tradisi ini biasanya hanya diselenggarakan pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha setiap tahunnya, dan selalu menarik ratusan penonton. Posepa’a memiliki berbagai jenis tendangan, seperti Bagaigu, Hekafi, dan Tuduhi, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Bagaigu adalah tendangan menyibak dari samping, menargetkan bagian pelipis, rahang, atau dada. Hekafi adalah tendangan menyilang ke arah depan, biasanya mengincar dada atau rahang, sementara Tuduhi adalah tendangan lurus ke depan yang sasarannya adalah dada atau paha. Kemampuan memilih dan menggunakan ketiga jenis tendangan ini memberikan keunggulan dalam Posepa’a.
Sementara itu, seorang pegiat sosial di Wakatobi, Saleh Hanan, menceritakan euforia masyarakat saat Posepa’a berlangsung. Sorakan penonton saling mendukung jagoan mereka, menciptakan atmosfer yang sangat hidup dan penuh semangat.
Setelah pertandingan selesai, para peserta saling bersalaman dan berpelukan, menandakan bahwa tidak ada dendam yang tersisa, dan masyarakat melanjutkan silaturahmi dengan mengunjungi rumah-rumah warga lain.
Selain Posepa’a, ada juga Tari Honari Mosega, tarian tradisional yang menggambarkan kedikdayaan para pemuda Liya. Penampilan alat musik Tamburu sering ditampilkan pada acara-acara resmi Pemerintah Kabupaten Wakatobi dan acara kebudayaan lainnya.
Wa Ode Hesti, seorang warga Kecamatan Kaledupa, saat dihubungi Telisik.id mengatakan bahwa pesta adat Karia’a melibatkan 15 sampai 20 usungan dalam satu kali upacara, menunjukkan betapa meriahnya tradisi ini.
Kegiatan wisata tahunan Festival Wakatobi Wave berhasil masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2024 yang diluncurkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, H. Belli Tombili, mengungkapkan bahwa Festival Wakatobi Wave menjadi salah satu dari lima kegiatan unggulan yang diajukan.
Festival ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 dan menampilkan tarian budaya Wakatobi secara kolosal serta pameran produk UMKM masyarakat setempat.
Pemilihan Festival Wakatobi Wave dalam KEN tidak lepas dari konsistensi pemerintah daerah dalam melaksanakan kegiatan ini secara rutin dan melibatkan budaya lokal serta partisipasi masyarakat. Festival ini akan menampilkan sedikitnya 1.000 penari yang menampilkan sejumlah tarian asli masyarakat Wakatobi (Wangi-Wangi, Kalidupa, Tomia, dan Binongko).
Belli menyatakan bahwa target kunjungan wisatawan ke Sulawesi Tenggara pada tahun 2024 adalah 16,8 orang juta per tahun. Angka ini mencerminkan momentum yang tepat untuk mendorong sektor pariwisata di daerah ini. Pemerintah daerah berupaya untuk memaksimalkan potensi wisata dengan berbagai kegiatan budaya dan promosi keindahan alam yang dimiliki. (A-Adv)