Amerika Hidupkan Lagi Reaktor Nuklir Teknologi AI di Tengah Gencatan Senjata Iran-Israel

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Sabtu, 28 Juni 2025
0 dilihat
Amerika Hidupkan Lagi Reaktor Nuklir Teknologi AI di Tengah Gencatan Senjata Iran-Israel
Amerika aktifkan kembali reaktor nuklir Three Mile Island. Foto: Repro Reuters.

" Langkah Amerika Serikat mengaktifkan kembali reaktor nuklir Three Mile Island muncul di saat dunia sedang mencermati stabilitas gencatan senjata antara Iran dan Israel "

WASHINGTON DC, TELISIK.ID - Langkah Amerika Serikat mengaktifkan kembali reaktor nuklir Three Mile Island muncul di saat dunia sedang mencermati stabilitas gencatan senjata antara Iran dan Israel.

Reaktor yang pernah ditutup sejak 2019 itu akan kembali beroperasi mulai 2027, setelah perusahaan energi Constellation Energy menandatangani kontrak pasokan listrik dengan Microsoft untuk mendukung ekspansi pusat data berbasis kecerdasan buatan.

Three Mile Island, berlokasi di Pennsylvania, sempat menjadi sorotan dunia karena insiden partial meltdown tahun 1979 yang membuat sebagian bahan bakar reaktor meleleh akibat kegagalan sistem pendingin.

Meskipun telah lama ditutup karena tekanan ekonomi, permintaan energi yang semakin tinggi terutama dari sektor teknologi mendorong rencana pengaktifan kembali fasilitas nuklir ini.

CEO Constellation Energy, Joe Dominguez, menyatakan bahwa keputusan menutup reaktor pada 2019 merupakan kesalahan yang kini mereka benahi.

“Kami membuat kesalahan dengan menutup fasilitas ini. Namun, kami tak akan terus-terusan berkutat pada masa lalu,” ujar Joe Dominguez dalam pernyataan di area reaktor, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/6/2025).

Kesepakatan strategis antara Constellation Energy dan Microsoft yang ditandatangani pada September 2024 menjadi titik balik rencana pengaktifan kembali reaktor.

Kontrak selama 20 tahun tersebut dirancang untuk mendukung ekspansi besar-besaran pusat data Microsoft yang mengandalkan teknologi AI, yang dikenal memerlukan pasokan energi sangat besar.

Reaktor Three Mile Island sendiri saat ini masih mempertahankan bentuk fisik seperti saat ditutup pada 2019. Sejumlah langkah persiapan sudah dimulai, termasuk pemesanan peralatan utama seperti transformator dan pasokan bahan bakar, reaktivasi sistem air pendingin, serta pelaksanaan inspeksi infrastruktur guna mendapatkan izin operasi baru dari regulator.

Sebelumnya, fasilitas ini sempat berganti nama menjadi Crane Clean Energy Center setelah ditutup.

Baca Juga: Israel Hancur Dirudal Iran, Begini Cara Kerja Iron Dome Milik Indonesia NASAMS Jika Diserang

Namun, peningkatan kebutuhan energi domestik dan munculnya kontrak jangka panjang membuat Constellation Energy mempercepat target reaktivasi dari 2028 menjadi 2027.

Rencana ini muncul bersamaan dengan upaya Amerika Serikat mendorong perdamaian di Timur Tengah, termasuk gencatan senjata antara Israel dan Iran yang baru diumumkan awal pekan ini.

Situasi di kawasan tersebut masih sangat dinamis, namun laporan terakhir menyebutkan bahwa kesepakatan gencatan senjata tetap berjalan stabil sejauh ini.

Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas juga berpeluang tercapai dalam waktu dekat. “Saya pikir kita hampir sampai,” kata Trump kepada CBS News, dikutip Sabtu (28/6/2025).

Ia menambahkan bahwa kesepakatan bisa dicapai dalam waktu satu minggu ke depan.

Proposal gencatan senjata dari Gedung Putih mencakup jeda selama 50 hingga 60 hari dengan syarat pembebasan 10 sandera hidup serta penyerahan jenazah 18 orang oleh Hamas, sebagai imbal balik atas pembebasan lebih dari 1.100 tahanan oleh Israel.

Meskipun Hamas memberikan tanggapan dengan sejumlah catatan, utusan Timur Tengah Presiden Trump, Steve Witkoff, menyebut amandemen dari Hamas tidak dapat diterima. Namun, negosiasi disebut belum sepenuhnya gagal, dan harapan atas tercapainya kesepakatan tetap terbuka.

Konflik Israel dan Hamas telah menewaskan lebih dari 56.000 orang di Gaza, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Gaza.

Sementara itu, sejak awal 2025, beberapa jeda kemanusiaan pernah dicapai namun hanya berlangsung singkat dan kembali disusul eskalasi serangan militer.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa penghentian permanen operasi militer tidak akan terjadi sebelum Hamas dilumpuhkan.

Meskipun demikian, ia tetap membuka kemungkinan adanya jeda sementara demi kepentingan pembebasan sandera.

Gencatan senjata yang saat ini berlangsung antara Iran dan Israel dinilai oleh pengamat sebagai momen strategis yang bisa membuka ruang diplomasi lebih luas.

Baca Juga: Daftar Negara dan Kelompok Sekutu Iran Lawan Geng Amerika-Israel dalam Skenario Perang Dunia ke-3

Namun, di tengah situasi yang belum sepenuhnya stabil itu, keputusan Amerika Serikat untuk kembali mengaktifkan fasilitas nuklir bisa menjadi perhatian baru bagi komunitas internasional.

Bantuan kemanusiaan mulai kembali mengalir melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang mendapat dukungan dari Amerika dan Israel.

Meski demikian, distribusi bantuan ini sempat menuai kontroversi setelah terjadi insiden penembakan di lokasi pembagian makanan.

Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, menyebut lokasi pembagian bantuan sebagai “jebakan maut”, namun pihak penyelenggara membantah tuduhan tersebut. Presiden Trump menyatakan bahwa sistem distribusi bantuan saat ini “berfungsi cukup baik.”

Dengan dimulainya kembali proyek reaktor nuklir di dalam negeri, dan keterlibatan aktif dalam diplomasi Timur Tengah, kebijakan energi dan politik luar negeri Amerika Serikat tampak bergerak dalam dua arah yang saling bersilangan. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga