BMKG Ingatkan Antisipasi Bencana Hidrometeorologi, Prediksi Musim Hujan Tiba Lebih Lambat
Mustaqim, telisik indonesia
Minggu, 05 November 2023
0 dilihat
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati. Foto: suara.com
" Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan secara umum akan terjadi pada November 2023. Namun, akibat tingginya keragaman iklim di Indonesia, maka awal musim hujan tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah "
JAKARTA, TELISIK.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan secara umum akan terjadi pada November 2023. Namun, akibat tingginya keragaman iklim di Indonesia, maka awal musim hujan tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah.
Periode puncak musim hujan BMKG memprediksi umumnya terjadi di Januari dan Februari 2024. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan musim hujan pada tahun 2023/2024 umumnya akan tiba lebih lambat dibandingkan dengan biasanya.
“Meskipun demikian, ada beberapa daerah yang diprediksi mengalami curah hujan yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan biasanya,” ungkap Dwikorita melalui keterangan tertulis yang diterima Telisik, Minggu (5/11/2023).
Awal musim hujan, kata Dwikorita, umumnya berkait erat dengan peralihan angin timuran (Monsun Australia) menjadi angin baratan (Monsun Asia). Berdasar prediksi BMKG, angin timuran masih tetap aktif hingga November 2023, utamanya di Indonesia bagian selatan. Sementara angin baratan diprediksi akan datang lebih lambat dari normalnya.
Baca Juga: Aksi Bela Palestina Sampaikan Enam Tuntutan, Anies Diteriaki Presiden Sebelum Orasi
Saat ini, lanjut Dwikorita, beberapa Zona Musim (ZOM) telah terkonfirmasi mulai mengalami musim hujan. ZOM yang dimaksud adalah sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau.
“Selanjutnya, musim hujan akan terjadi di Sumatera bagian tengah dan selatan lalu secara hampir berurutan diikuti oleh Kalimantan, Jawa. Kemudian secara bertahap akan mendominasi hampir seluruh wilayah Indonesia pada periode Maret hingga April 2024,” jelas Dwikorita.
Dwikorita menyebutkan, sejak mulai muncul pada pertengahan Mei 2023, gangguan iklim El Nino terus berkembang mencapai level El Nino moderat sejak akhir Juli 2023. Saat ini Indeks El Nino berada pada nilai +1.504. Kondisi El Nino moderate tersebut diprediksi tetap bertahan hingga awal 2024.
“Berdasarkan pemantauan anomali suhu muka laut, di Samudera Hindia menunjukkan adanya kondisi IOD Positif dengan indeks saat ini sebesar +1.527 dan diprediksi akan tetap positif hingga akhir tahun 2023,” jelasnya.
Superposisi fenomena El Nino dan IOD (+), jelas Dwikorita, menyebabkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia menjadi lebih sedikit dari normalnya, yang berkaitan dengan kondisi curah hujan rendah sebagai penyebab kekeringan di Indonesia.
Antisipasi Bencana Hidrometeorologi
Dwikorita mengimbau kepada Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim hujan. Terutama di wilayah yang mengalami sifat musim hujan atas normal (lebih basah dibanding biasanya).
Wilayah ini, papar Dwikorita, diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor. Pemerintah Daerah diharapkan dapat lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang mungkin terjadi selama musim hujan serta pentingnya memperhatikan peringatan dini.
“Kami berharap informasi prakiraan musim hujan 2023/2024 ini dapat dijadikan sebagai acuan pemerintah daerah dan sektor terkait untuk menyusun rencana aksi dini (early action), dalam rangka menekan kerugian yang dapat ditimbulkan adanya bencana hidrometeorologi,” harap Dwikorita.
Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan. Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyebutkan pada November 2023 terdapat sekitar 255 ZOM (36,5%) yang akan memasuki musim hujan. Wilayah itu meliputi Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar Banten, Jakarta, dan Jawa Barat.
Kemudian, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, Bali, sebagian kecil NTB, sebagian kecil NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar Sulawesi Selatan, Maluku Utara bagian utara, dan Papua Selatan bagian selatan.
“Selanjutnya, sekitar 153 ZOM (21,9%) diperkirakan akan memasuki Musim Hujan pada Desember 2023, termasuk sebagian besar Jawa Timur bagian utara, sebagian wilayah NTB, sebagian NTT, sebagian besar Sulawesi Tenggara, dan sebagian Maluku,” beber Ardhasena.
Sementara pada Januari hingga Mei 2024, kata Ardhasena, sekitar 22 ZOM (3,2%) diharapkan akan mengalami awal musim hujan. Terdapat juga sekitar 50 ZOM (7,2%) yang sudah memasuki musim hujan.
Kemudian sekitar 12 ZOM (1,7%) merupakan daerah dengan musim hujan sepanjang tahun 2023. Selain itu, ada 113 ZOM (16,1%) yang termasuk dalam tipe ZOM 1 Musim, yang memiliki karakteristik musim yang satu kali sepanjang tahun.
“Secara umum musim hujan diprediksi akan datang lebih lambat, yaitu terjadi pada sekitar 446 ZOM (63,8%) di seluruh Indonesia. Sejumlah 22 ZOM (3,2%) diprediksi akan mengalami awal musim hujan yang lebih awal atau maju,” jelas Ardhasena.
Ardhasena menambahkan, terdapat juga sekitar 56 ZOM atau sekitar 8,0% wilayah Indonesia yang diprediksi akan mengalami awal musim hujan yang sama dengan rerata klimatologinya. Musim hujan 2023/2024, jelas Ardhasena, secara umum diprediksi akan bersifat normal, yaitu terjadi pada sekitar 566 ZOM (80,9%).
Namun, terdapat beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami musim hujan dengan sifat atas normal (curah hujan lebih tinggi dari rerata) sebanyak 69 ZOM (9,8%), serta wilayah yang diperkirakan akan bersifat bawah normal 64 ZOM (9,1%).
Wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami musim hujan dengan sifat di bawah normal, sebut Ardhasena, mencakup sebagian kecil Sumatera Utara, Lampung bagian selatan, sebagian kecil Banten, dan sebagian kecil Jawa Barat.
Selanjutnya, Jawa Tengah bagian timur, Jawa Timur bagian selatan, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah bagian utara, Papua Barat bagian selatan, dan Papua bagian barat.
“Sementara wilayah-wilayah yang diperkirakan akan mengalami musim hujan dengan sifat di atas normal meliputi Aceh bagian selatan, Sumatera Utara bagian utara, Riau bagian utara, dan Sumatera Barat bagian selatan,” urai Ardhasena.
Daerah lainnya, lanjut Ardhasena, yakni Jambi bagian utara, Bengkulu bagian utara, Sumatera Selatan bagian barat, Banten bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian selatan, dan Sulawesi Tenggara bagian selatan.
Sementara itu, hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) beberapa hari belakangan mulai turun. BMKG menyebut hujan turun karena sudah masuk musim hujan.
“Betul, sudah mulai masuk di dasarian 1, nanti akan merata masuk musim hujan di dasarian 2 November (2023),” jelas Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, Minggu (5/11/2023).
Baca Juga: MUI Ingatkan Bantuan untuk Palestina Disalurkan Lewat Lembaga Resmi
Guswanto menjelaskan, dasarian merupakan perhitungan dalam kurun sepuluh hari. Diperkirakan hujan akan merata pada pertengahan November 2023.
"Dasarian itu perhitungan 10 harian. Misal dasarian 1 November artinya 10 hari ke-1 di bulan November. Berarti tanggal 1-10 November, dasarian 2, 11-20 November,” paparnya.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab, mengatakan awal musim hujan sudah memasuki wilayah Jabodetabek selatan.
“Untuk wilayah Jabodetabek, saat ini memang sudah memasuki awal musim hujan, khususnya Jabodetabek bagian selatan, Bogor, Depok, Pasar Minggu. Waspada potensi bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir, banjir bandang dan longsor,” imbau Fachri. (A)
Penulis: Mustaqim
Editor Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS