Bolaang Mongondow Selatan Diguncang Gempa, Warga Panik

Marwan Azis, telisik indonesia
Sabtu, 10 Juli 2021
0 dilihat
Bolaang Mongondow Selatan Diguncang Gempa, Warga Panik
Gempa tektonik yang mengguncang Bolaang Mongondow Selatan. Foto: Repro ANTARA/HO-BMKG

" Warga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan panik hingga keluar rumah, saat gempa dengan magnitudo 5,9 terjadi. "

BOLAANG MONGONDOW - Warga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan panik hingga keluar rumah, saat gempa dengan magnitudo (M) 5,9 terjadi pada Jumat (9/7), pukul 20.31 WIB.

BPBD setempat melaporkan gempa tidak memicu terjadinya tsunami.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bolaang Mongondow menginformasikan warga Kecamatan Bolaanguki, Kabupaten Bolaang Mongodow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, merasakan guncangan sedang dengan durasi 3 hingga 5 detik.

Pascakejadian BPBD setempat segera berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan situasi lapangan.  

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan parameter gempa M5,9 berpusat 52 km barat daya Kecamatan Bolaang Uki, Bolaang Mongondwo Selatan dengan kedalaman 106 km. Titik pusat gempa berada di laut.

Koordinator Bidang Mitigasi Tsunami dan Gempa Bumi BMKG Dr. Daryono menyebutkan bahwa guncangan dirasakan di Gorontalo, Kotamobagu, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Pohuwato dan Bone Bolango III - IV MMI, Luwuk III MMI, Taliabu II – III MMI, serta Manado dan Tibawa II MMI.

Modified Mercalli Intensity atau MMI merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Menurut BMKG, IV MMI menggambarkan guncangan dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi, sedangkan III MMI menggambarkan getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

Skala II MMI mendeskripsikan getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Baca juga: Peserta Seleksi CASN dan PPPK Wajib Vaksin

Baca juga: Ketahuan Nongkrong di Tengah Penerapan PPKM, 8 Pegawai Dishud DKI Jakarta Dipecat

Abdul Muhari, Ph.D selaku Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, menyikapi fenomena gempa, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga.

"Hingga saat ini, belum ada teknologi yang mampu memprediksi terjadinya gempa," ujarnya.

Ia juga mengimbau masyarakat menyiapkan rencana kesiapsiagaan keluarga untuk mengantisipasi dampak buruk yang dipicu oleh gempa bumi.

Korban jiwa terjadi bukan disebabkan gempa tetapi reruntuhan bangunan atau pun material longsor yang dipicu oleh fenomena gempanya.

Di samping itu, masyarakat diharapkan bisa secara mandiri melihat tingkat risiko daerahnya melalui aplikasi inaRISK dan melakukan penilaian terhadap struktur bangunan rumah masing-masing melalui fitur ACEBS yang ada di aplikasi inaRISK personal.

Dengan melakukan penilaian mandiri bangunan tempat tinggal, masyarakat bisa memahami tingkat kerentanan bangunan dan melakukan penguatan-penguatan secara mandiri.

Sementara itu, BMKG mencatat sebaran aktivitas gempa di Indonesia selama periode Januari hingga Juni 2021 tercatat 4.701 kali dengan rata-rata 783 kali gempa per bulan.

Sedangkan pada bulan lalu, Daryono mencatat gempa 845 kali di wilayah Indonesia.

"BNPB telah berkoordinasi dengan BPBD setempat untuk mendapatkan informasi dan terus memonitor situasi terkini pascakejadian," pungkasnya. (C)

Reporter: Marwan Azis

Editor: Fitrah Nugraha

Artikel Terkait
Baca Juga