Di Bombana, Petani Kerap Menghindari Penyuluh

Hir Abrianto, telisik indonesia
Jumat, 21 Februari 2020
0 dilihat
Di Bombana, Petani Kerap Menghindari Penyuluh
Justan Riduan Siahaan, Ak.M.Acc.,QIA. (Penanggung Jawab Kostratani wilayah Provinsi Sultra) bersama L.M. Mastari MM (Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari). Foto: Hir/Telisik

" Kostratani ini adalah wadah koordinasi pada sektor pertanian. Selama ini masih sering terjadi petani lari ketika penyuluh tani datang. Hal itu bisa disebabkan karena penyuluhnya yang tidak bisa bekerja sebagai pembimbing petani atau petaninya yang tidak mengerti cara kerja penyuluh. "

BOMBANA, TELISIK.ID – Petani di Bombana seringkali menghindar ketika bertemu petugas penyuluh pertanian. Padahal Kementerian Pertanian berupaya meningkatkan taraf hidup petani melalui program peningkatkan sumber daya ekspor dari hasil tani. Program itu berusaha diwujudkan melalui Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) kepada pemerintah daerah serta kepada para kelompok taninya.

Balai Pertanian Kelas ll Kendari, Sulawesi Tenggara, saat ini gencar memperkenalkan Kostratani yang merupakan wadah koodinasi oleh kelompok tani terpusat dari desa, kecamatan, kabupaten hingga ke tingkat pemerintah pusat. Justan Riduan Siahaan, Penanggung Jawab Kostratani Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara mengatakan, cepat atau lambat setiap kecamatan akan mempunyai Kostratani.

Baca Juga : 590 CASN Busel Gugur Passing Grade

“Kostratani ini adalah wadah koordinasi pada sektor pertanian. Selama ini masih sering terjadi petani lari ketika penyuluh tani datang. Hal itu bisa disebabkan karena penyuluhnya yang tidak bisa bekerja sebagai pembimbing petani atau petaninya yang tidak mengerti cara kerja penyuluh,” tuturnya saat ditemui usai mengukuhkan Pengurus Gapoktan AAS di salah satu Hotel di Rumbia, Bombana, Kamis (20/2/2020).

Melalui wadah koordinasi ini, lanjut Justan, petugas Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) lebih berpeluang menciptakan potensi tani yang bersifat industri dengan melakukan penyuluhan berbasis teknologi. 

Sebenarnya, kata Justan, pada 2019 di Bombana sudah terbentuk 3 Balai Penyuluh Pertanian yaitu di Kecamatan Rarowatu Utara, Rumbia dan Lantari Jaya. Namun belum bekerja secara maksimal karena beberapa waktu lalu petani kita masih mengalami serangan hama pada tanaman jagungnya.

Baca Juga : Peserta Seleksi CASN Kedapatan Bawa Jimat

Kasus terserangnya hama ulat pada ribuan hektar tanaman jagung pada beberapa bulan lalu harus menjadi pelajaran oleh para penyuluh kecamatan. Penyuluh harus jadi petani, jangan hanya kejar gajinya tetapi ilmunya harus diterapkan di lapangan,” pungkasnya. 

Reporter: M10
Editor: Rani

Baca Juga