Dua Parpol Terancam Terdepak dari Senayan

Musdar, telisik indonesia
Minggu, 11 September 2022
0 dilihat
Dua Parpol Terancam Terdepak dari Senayan
Dua dari 9 parpol yang memiliki kursi di DPR RI diprediksi terdepak dari Senayan. Hal ini tidak lepas dari dinamika yang terjadi di internal masing-masing partai. Foto: Repro Beritasatu

" Dua dari 9 partai politik parlemen periode ini diprediksi akan terdepak dari Senayan pada Pemilu 2024. Dua parpol itu adalah Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) "

KENDARI, TELISIK.ID - Dua dari 9 partai politik parlemen periode ini diprediksi akan terdepak dari Senayan pada Pemilu 2024. Dua parpol itu adalah Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Akademisi sejumlah kampus di Indonesia, Efriza mengungkapkan, alasan PAN dan PPP tidak akan lolos ke Senayan pada pemilu mendatang tidak lepas dari dinamika yang terjadi di masing-masing internal partai.

Efriza menilai keluarnya Amien Rais yang merupakan icon PAN dan diikuti sejumlah pengurus PAN menjadi ancaman serius bagi PAN untuk bertahan di Senayan dengan perolehan suara melebihi ambang batas 4 persen di pemilu nanti.

Apalagi sejumlah pengurus PAN yang keluar hijrah ke Partai Ummat, partai yang didirikan Amien Rais, mantan Ketum PAN yang juga salah satu pendiri PAN.

Baca Juga: Tahapan Pemilu 2024 Rawan Bermasalah, KPU Jawa Timur Tekankan Pola Kerja Tersistem

Sementara PPP lanjut Efriza, semenjak Suharso memegang tampuk kekuasaan PPP pada 2019, PPP tidak terlihat tidak punya kejelasan. Eksekutif PPP di daerah tidak ada yang menonjol untuk dipromosikan oleh PPP.

Di sisi lain, elite-elite PPP tidak bisa membawa isu yang menghadirkan respon positif dari masyarakat kepada PPP.

"Jadi pasca konflik Romahurmuziy dan Djan Faridz digantikan oleh Suharso Monoarfa, terlalu tenang. Sementara kalau PAN terlalu bergejolak sampai akhirnya banyak terjadi perpecahan, tapi lagi-lagi setelah itu sangat tenang sekali, tidak ada pergerakan yang menonjolkan bahwa PAN adalah partai parlemen," jelas Efriza, Minggu (11/9/2022).

Menurut Efriza, situasi yang terjadi baik di internal PAN dan PPP tersebut akan mempengaruhi langkah mereka menuju parlemen 2024.

Kendati begitu lanjut Efriza, untuk lolos di parlemen tidak hanya sekedar pergerakan partai, tetapi juga ditentukan figur-figur yang dipilih sebagai calon legislatif dan didukung calon presiden.

Karena efek elektoral, efek ekor jas masing-masing figur yang dipilih sebagai Caleg atau Capres sangat membantu kenaikan popularitas partai yang menaungi.

"Hanya masalahnya kalau orang-orang petahana di DPR dan DPRD terjadi perpindahan yang ada di PAN. Pernyataannya adakah yang baru yang bisa menggantikan mereka, kalau tidak maka potensi penurunan tentu tinggi," jelasnya.

Sebelumnya pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani menyebut, PAN dan PPP terancam tidak lolos ke parlemen.

Alasan PAN dan PPP tidak lolos ke Senayan akibat pemilih partai yang kemungkinan ditarik oleh partai lain.

“Yang paling mengkhawatirkan tidak masuk ke Senayan pada 2024, jika tidak ada kerja ekstra keras adalah PAN dan PPP,” kata Saiful awal September lalu, dilansir dari Fajar Indonesia.

Untuk melihat partai mana yang memiliki pemilih yang loyal dan tidak, SMRC melakukan survei opini publik secara nasional dengan mengajukan pertanyaan pada para pemilih yang ikut Pemilu 2019, “Kalau bapak atau ibu memilih sekarang, partai mana yang akan dipilih?”

Menariknya dari hasil PAN, tutur Saiful, adalah tingginya pemilih partai pada 2019 yang sekarang belum menentukan pilihan, yakni 31,2 persen. Suara yang stabil memilih PAN sekitar 54,2 persen.

Saiful mengatakan, karena suara PAN pada Pemilu 2019 sebesar 6,8 persen, maka jika yang kembali memilih partai ini hanya separuhnya, ada kemungkinan PAN tidak akan lolos ke parlemen pada pemilu mendatang.

Besarnya pemilih PAN yang masih menunggu ini, kemungkinan ditarik oleh partai baru yang didirikan oleh Amin Rais, yakni Partai Ummat.

Baca Juga: Tak Terganggu dengan Siska dan Giona, Rasak: Mari Bersaing Secara Sehat

“Begitu Pak Amin Rais tidak ada di situ dan karena mereka loyal pada Pak Amin Rais, maka mereka akan hijrah juga,” kata Saiful.

Saiful melanjutkan, jika kelompok ini tidak menambah atau menarik suara partai lain, maka baik PAN pimpinan Zulkifli Hasan maupun Partai Ummat bentukan Amin Rais akan mengalami kerugian karena terancam tidak lolos parliamentary threshold 4 persen.

Sementara itu, sebesar 56,7 persen pemilih PPP pada 2019 mengatakan akan kembali memilih PPP.

Ada 22,5 persen yang sekarang menyatakan memilih Partai Demokrat, dan yang mengatakan akan memilih PDIP sebesar 8,3 persen.

“Yang mengkhawatirkan bagi PPP adalah pemilih PPP yang belum menentukan pilihan cenderung sedikit, 11 persen. Ini berbahaya. Kalau tidak ada upaya yang ekstra, mungkin partai yang akan mengikuti adalah Hanura yang tidak lolos ke Senayan, padahal PPP pernah ada di Senayan,” kata Saiful.

Saiful mengingatkan, perolehan suara PPP pada Pemilu 2019 adalah 4,5 persen. Jika setengahnya berkurang, maka partai ini akan tidak lolos ke Senayan. (B)

Penulis: Musdar

Editor: Kardin

Baca Juga