Gus Baha: Ulama Fakihul Quran Menolak Gelar Doktor

Haidir Muhari, telisik indonesia
Selasa, 13 Oktober 2020
0 dilihat
Gus Baha: Ulama Fakihul Quran Menolak Gelar Doktor
Gus Baha. Foto: Repro Facebook

" Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al-Quran hingga detail-detail fikih yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Quran seperti Pak Baha. "

REMBANG, TELISIK.ID - Jagad media sosial, YouTube dan Facebook dibanjiri dengan video ceramah seorang pria dengan penampilan sederhana khas santri.

Berkopiah hitam yang dibuat agak mundur ke belakang, menjadikan sebagian rambut hitam yang tumbuh di ubun-ubunnya terlihat. Berpadu serasi, kemeja putih dengan bawahan sarung.

Ceramah-ceramahnya sering disampaikan dalam bahasa jawa. Dalam penjelasannya, fikih, quran, dan hadis menjadi mudah dipahami, serta diselingi humor. Kerap menyebut dua nama, Rukhin dan Mustofa. Santri Gayeng adalah akun yang kerap memposting ceramah-ceramah Gus Baha disertai dengan terjemahannya.

Keturunan Ulama

Ulama santer itu bernama Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim. Lahir di Bantul, 29 September 1970. Gus Baha adalah putra dari KH Nursalim Al-Hafizh seorang ulama ahli Quran dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, sebuah desa di pesisir utara Pulau Jawa.

Dilansir dari surabaya.tribunnews.com, ayahanda Gus Baha, KH Nursalim adalah murid dari KH Arwani Al-Hafizh Kudus dan KH Abdullah Salam Al-Hafizh Pati. Silsilah keluarga ayahnya, dari buyut hingga generasi keempat kini merupakan ulama-ulama ahli Quran yang andal.

Ibu Gus Baha, bernama Hj Yuchanidz Nursalim yang wafat pada Rabu (15/4/2020). Silsilah keluarganya dari garis ibu, Gus Baha merupakan silsilah keluarga besar ulama Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang pesantrennya ada di area Masjid Jami Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota Rembang.

Baca juga: Najwa Shihab: Mendobrak Kemapanan

Pakar Tafsir dan Fakihul Quran

Kealiman dan penguasaan keilmuan Gus Baha diakui oleh para ahli tafsir nasional. Prof Quraish Shihab pengarang Tafsir Al Misbah salam suatu kesempatan menuturkan sulit menemukan orang seperti Gus Baha.

"Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al-Quran hingga detail-detail fikih yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Quran seperti Pak Baha," ungkap alumni Al Azhar, Kairo, Mesir itu.

Gus Baha adalah Ketua Tim Lajnah Mushaf UII. Timnya terdiri dari para profesor, doktor, dan ahli-ahli Al-Quran seantero Indonesia seperti Prof Dr Quraish Shihab, Prof Zaini Dahlan, Prof Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional lain.

Kedudukan Gus Baha di Dewan Tafsir Nasional didapuk dua kedudukan khusus. Selain sebagai Mufassir seperti anggota lajnah yang lainnya, beliau juga sebagai fakihul Quran yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fikih dalam ayat-ayat ahkam Al-Quran. Hal ini disebabkan karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam Al-Quran.

Dalam jagat Tafsir Al-Quran di Indonesia, Gus Baha termasuk pendatang baru dan satu-satunya dari jajaran Dewan Tafsir Nasional yang berlatar belakang pendidikan nonformal dan nongelar.

Mengkhatamkan Al-Quran sejak Belia

Gus Baha mulai menempuh pendidikan Al-Quran sejak dini melalui didikan sang ayah. Dilansir dari surabaya.tribunnews.com, di usia yang masih sangat belia, Gus Baha telah mengkhatamkan Al-Quran beserta qiraah dengan lisensi yang ketat dari ayahnya. Memang, karakteristik bacaan dari murid-murid Mbah Arwani menerapkan keketatan dalam tajwid dan makharijul huruf.

Baca juga: Nur Adha: Bertarung dengan Takdir

Santri Beprestasi

Dilansir dari Suara.com, saat remaja, Gus Baha dititipkan ayahnya kepada Syaikhina KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Rembang.

Sejak mondok di saat itulah keilmuan Gus Baha terlihat lebih menonjol dibanding santri-santri lainnya dalam ilmu syariat seperti fikih, hadits dan tafsir.

Beliau juga mengkhatamkan hafalan Shahih Muslim lengkap dengan matan, rawi dan sanadnya. Selain itu, ia juga mengkatamkan hafalan kitab Fathul Muin dan kitab-kitab gramatika Arab seperti Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik. Karena itu Gus Baha lah santri pertama Al Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak di eranya.

Ia juga bahkan menjadi sosok santri yang dekat dengan para kiainya. Selain itu, Gus Baha juga kerap dijadikan sebagai contoh santri teladan terutama saat berbicara tentang kriteria santri ideal. Gus Baha adalah santri kesayangan Mbah Moen.

Lebih Pilih Indonesia

Dilansir dari zonajakarta.pikiran-rakyat.com, Gus Baha pernah ditawari ayahnya mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun, Gus Baha memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat pada Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyyah di Pondok Pesantren Al Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA.

Menolak Gelar Doktor

Dilansir dari nu-klaten.or.id, Gus Baha pernah ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Islam Indonesia sebagai pengakuan akademis atas kealimannya. Namun, beliau tidak berkenan. (C)

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga