Kematian Mendadak Meski Tampak Sehat, Begini Penjelasannya

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Rabu, 02 Oktober 2024
0 dilihat
Kematian Mendadak Meski Tampak Sehat, Begini Penjelasannya
Ilustrasi jasad terbaring di lokasi kejadian setelah kematian mendadak. Foto: Repro Istockphoto

" Kematian mendadak, terutama pada seseorang yang tampak aktif, sehat, bugar, dan tidak memiliki masalah kesehatan apapun, merupakan kabar yang sangat mengejutkan. Namun, ada penjelasan medis yang dapat menjelaskan fenomena ini "

KENDARI, TELISIK.ID - Kematian mendadak, terutama pada seseorang yang tampak aktif, sehat, bugar, dan tidak memiliki masalah kesehatan apapun, merupakan kabar yang sangat mengejutkan. Namun, ada penjelasan medis yang dapat menjelaskan fenomena ini.

Beberapa ahli kesehatan telah mengungkapkan bahwa ada sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan kematian mendadak, bahkan pada orang yang tampaknya sehat.

Konsultan senior di Departemen Kardiologi di National University Heart Centre Singapore (NUHCS), Prof. Tan Huay Cheem, mengungkapkan bahwa masalah kardiovaskular adalah salah satu penyebab utama kematian mendadak pada seseorang.

Menurut Prof. Tan, orang yang berusia di atas 30 tahun sering mengalami masalah kardiovaskular seperti serangan jantung, peradangan otot jantung, stroke, dan diseksi aorta.

Baca Juga: Tujuh Bahaya Tahan Bersin, Paling Parah Bikin Gendang Telinga Pecah

Diseksi aorta adalah kondisi serius yang melibatkan robekan pada lapisan dalam pembuluh darah besar atau aorta, yang dapat mengakibatkan kematian mendadak jika tidak segera ditangani.

“Mereka yang meninggal mendadak dan berusia di bawah 30 tahun kemungkinan mengalami penebalan tidak normal pada otot jantung (kardiomiopati hipertrofi), arteri koroner berada di tempat yang salah atau kelainan sejak lahir (anomali koroner kongenital), miokarditis atau aritmia (kelainan detak jantung),” jelas Prof. Tan, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu (2/10/2024).

Prof. Tan juga menambahkan bahwa laki-laki memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami henti jantung di luar rumah sakit (OHCA) dibandingkan perempuan.

Berdasarkan data OHCA dari Yayasan Jantung Singapura pada 2019, sebanyak 36,2 persen dari kasus kematian mendadak terjadi pada orang-orang yang berusia di atas 65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia lanjut menjadi faktor risiko utama terjadinya kematian mendadak.

Namun, kematian mendadak pada usia muda masih jarang terjadi. Meskipun demikian, risiko tersebut tetap ada, terutama jika seseorang memiliki kelainan jantung bawaan atau masalah kesehatan yang tidak terdiagnosis.

Kepala divisi dan konsultan senior bedah vaskular di Departemen Bedah Jantung, Toraks, dan Bedah Vaskular di NUHCS, Dr. Rajesh Dharmaraj, menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus, kematian mendadak dapat disebabkan oleh pecahnya aneurisma pada pembuluh darah arteri.

Aneurisma adalah kondisi di mana dinding arteri melemah dan membengkak, dan jika tidak terdeteksi, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan berujung pada kematian mendadak.

“Dinding arteri menjadi lemah dan membengkak seiring waktu sampai akhirnya pecah dan pasien mengalami pendarahan dalam. Akibatnya, bisa terjadi kematian mendadak,” kata Dr. Rajesh.

Aneurisma biasanya terjadi pada lansia dengan faktor risiko seperti merokok dan hipertensi. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan melemahnya dinding pembuluh darah dan meningkatkan risiko aneurisma.

Menurut data OHCA, setiap tahunnya lebih dari tiga ribu orang menderita henti jantung mendadak. Kondisi ini dapat terjadi bahkan pada orang yang tampaknya sehat dan bugar.

Penyebab utamanya sering kali tidak terdiagnosis sebelumnya, sehingga sulit untuk diprediksi. Namun, ada langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kematian mendadak akibat penyakit jantung.

Sementara mengutip HealthXchange.sg, kematian mendadak akibat penyakit jantung dapat terjadi selama melakukan aktivitas fisik berat.

Hal ini sering kali dipicu oleh masalah jantung yang tidak terdiagnosis, seperti gangguan otot jantung, kelainan pada sistem kelistrikan jantung, infeksi yang melemahkan otot jantung, atau kelainan kongenital pada pembuluh arteri koroner.

Dr. Rajesh mengatakan bahwa pasien dengan aneurisma biasanya mengalami gejala seperti nyeri punggung dan perut yang tiba-tiba. Selain itu, pusing atau hilangnya kesadaran juga bisa menjadi tanda-tanda adanya masalah pada pembuluh darah arteri.

Baca Juga: Enam Metode Jalan Kaki Ampuh Bakar 100 Kalori, Musuh Perut Buncit

Gejala-gejala ini disebabkan oleh penurunan tekanan darah yang signifikan akibat pecahnya aneurisma.

Untuk mencegah kematian mendadak akibat penyakit jantung, Prof. Tan menyarankan agar setiap individu menjalani gaya hidup sehat dan mengontrol faktor risiko secara efektif.

“Gaya hidup yang sehat dan mengendalikan faktor risiko secara efektif adalah cara terbaik untuk mencegahnya,” ujarnya.

Mengonsumsi makanan sehat, mengelola kualitas tidur, mengurangi stres, serta rutin memeriksa kadar kolesterol dan tekanan darah adalah langkah-langkah penting yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung.

Tekanan darah yang selalu berada di atas 140/90 mmHg harus diwaspadai, karena dapat merusak jantung dan pembuluh darah jika tidak segera ditangani. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga