Kisah Feni, 40 Tahun jadi Pembuat Kerajinan Bambu di Kota Kendari

Erni Yanti, telisik indonesia
Kamis, 01 Juni 2023
0 dilihat
Kisah Feni, 40 Tahun jadi Pembuat Kerajinan Bambu di Kota Kendari
Dua karyawan Feni (65), pengrajin sedang meraut bambu sebanyak seribu batang sebagai borongan perharinya untuk mendapat upah. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Selama 40 tahun, Feni menjadi pembuat berbagai kerajinan dari bambu di Kota Kendari "

KENDARI, TELISIK.ID - Selama 40 tahun, Feni menjadi pembuat berbagai kerajinan dari bambu di Kota Kendari.

Feni (65), memulai usaha kerajinan bambu sejak 1983 hingga saat ini. Sewaktu ia memulai, belum ada yang membuat kerajian itu selain dia.

"Dari dulu saya mulai sejak tahun 83, dulu belum ada yang lain ini hanya saya. Tapi orang lain ada yang jual keliling kalau saya tidak," ujarnya Kamis (1/6/2023).

Berlokasi di Jalan Brigjen M Yoenoes, Feni membuat kerajinan bersamaan tempat ia tingggal dengan anak-anaknya.

Membedakan dengan pengrajin yang lain, ia didatangi pelanggan atau menerima pesanan langsung untuk dibuatkan.

Baca Juga: Yusuf Cat Stevens Dapat Hidayah Usai Nyaris Tenggelam

Ia menyediakan berbagai jenis kerajinan bambu, mulai dari keranjang buah, kurungan ayam, kandang ayam, tirai bambu, sapu lidi, sapu laba-laba, dan berbagai kerajinan yang lain sesuai pesanan pelanggan

Kerajinan bambu ini diolah dari batang-batangan bambu yang dibeli dari Kecamatan Wolasi Konawe Selatan, seharga Rp 4 ribu per batangnya.

Bambu yang dibagi tiga lalu dipotong-potong kecil kemudian diraut untuk dianyam sebagai kerajinan.

Berbagai ragam harga dijualkan mulai dari kandang ayam dengan harga Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu, tirai bambu sesuai ukuran bisa juga sampai jutaan.

"Pernah ada pesanan tirai besar sekali harga Rp 6 juga, tapi itupun hanya kembali modal," tuturnya.

Memutar modal untuk membeli bambu membuat wanita paru bayah ini harus ikhlas terkadang tidak mendapat keuntungan.

"Ya, alhmdulilah kadang juga ada rezeki, kalau lagi musiman banyak pesanan, tapi kalau lagi sepi kadang tidak sampai modal," ucapnya.

Menurut pantauan Telisik.id usaha kerajian ini terbilang cukup unik di kalangan saat ini, namun usia Feni yang sudah cukup tua dan anak-anaknya yang sudah menikah sehingga kerajinan ini tidak diekspos di media sosial untuk dipasarakan melalui digital.

"Ya saya jual di sini saja tidak ke mana-mana, pelanggan tau karena sudah lama saya disini, ujarnya.

Membuat kerajinan bambu hanya dibantu suami dan keempat anak-anaknya atau ada karyawan yang mau memborong kerja per hari.

Feni bersama suami tinggal serumah dengan anak-anaknya yang sudah menikah, untuk membantu mengrajin bambu karena ia sudah cukup tua untuk beraktivitas setiap hari.

Di samping itu, tanah tempat ia mendirikan rumah merupakan pinjaman dari orang China. Selain mereka tinggal juga menjaga alat berat pemilik tanah tersebut dengan diberi gaji Rp 1 juta atau bantuan per bulan.

Sementara dua karyawan Feni yang meraut bambu biasanya tidak datang setiap hari, namun sesuai kesempatan dan tenaga untuk memborong sehingga anak-anaknya yang turun tangan membantu Feni.

Baca Juga: Kisah Bule Asal Jerman Putuskan Mualaf Usai Lihat Muslim Salat

Meraut bambu merupakan proses menghaluskan bambu yang kemudian akan dijemur untuk mengerikan lalu dianyam untuk keranjang atau tirai.

"Saya ambil perhari saja kadang kalau ada kesempatan, meraut bambu dihitung perbatang kalau dapat seribu batang diupah Rp 100 ribu," ucap Sri, karyawan Feni.

Meraut juga harus penuh dengan kehati-hatian, biasanya karyawan menggunakan kos tangan untuk menghindari ketajaman bambu dan membutuhkan tenaga untuk duduk berjam-jam.

"Sebenarnya cepat, tapi kita harus hati-hati kalau tidak bisa luka karena tajamnya bambu, tutur Ratna, karyawan Feni. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga