Kisah si Bungsu yang Memutuskan Menjadi Mualaf di Usia 7 Tahun
Apriliana Suriyanti, telisik indonesia
Rabu, 22 September 2021
0 dilihat
AN memutuskan menjadi mualaf di usia 7 tahun. Foto: Apriliana Suriyanti/Telisik
" Dulu saya bingung, kenapa kakak-kakakku sembahyangnya setiap hari. Sementara saya dan bapak, sembahyang hanya satu kali satu minggu "
KENDARI, TELISIK.ID - Wanita berinisial AN (22) asal Kabupaten Konawe Selatan, yang kini berdomisili di Kota Kendari, mungkin bisa menjadi inspirasi.
Dia memutuskan menjadi mualaf di usianya yang masih belia, 7 tahun. Kejadian itu terjadi 15 tahun silam. Sebelumnya, AN beragama Kristen mengikuti agama ayahnya.
"Ibu sama bapak beda agama. Semua kakak ikut agama ibu (Islam) kecuali saya, karena bungsu, jadi ikut bapak," ucapnya.
AN mengaku bahwa dulu ketika dirinya masih memeluk non muslim, ia dengan kepolosannya selalu bertanya-tanya mengapa ketiga kakaknya harus beribadah setiap hari. Berbeda dengan dirinya yang hanya sekali dalam sepekan.
"Dulu saya bingung, kenapa kakak-kakakku sembahyangnya setiap hari. Sementara saya dan bapak, sembahyang hanya satu kali satu minggu," terang AN.
Ia melanjutkan, bermula saat memasuki sekolah dasar dan bertemu dengan teman-teman yang mayoritas beragama Islam, AN mengaku sejak kelas 1 semester 2 tidak pernah absen mengikuti mata pelajaran Agama Islam di kelas.
"Waktu semester 1 (kelas 1) pasti saya absen terus kalau mata pelajaran Agama Islam, karena dulu Ibu guru bilang yang bukan agama Islam diperbolehkan keluar. Setelah semester 2, beberapa teman dekat saya di kelas mulai minta saya untuk ikut belajar agama. Jadi mulai saat itu saya ikut terus kelasnya. Dari pada saya keluar kelas, tidak ada juga teman main di luar," jelas AN tentang awal mula dirinya mempelajari Islam.
Baca Juga: Kisah Wanita Inggris yang Memeluk Islam dan Menikah dengan Pria Bekasi
Baca Juga: Kesaksian 5 Mualaf yang Dulunya Sangat Membenci Islam
Bukan hanya itu, Ia juga mulai meminta kakak perempuannya untuk mengajarkannya membaca buku Iqra' dan memberinya kerudung agar dirinya bisa ke masjid.
AN tidak membutuhkan waktu yang begitu lama untuk bisa membaca huruf-huruf hijaiyah, dan mempelajari gerakan salat beserta bacaan-bacaannya.
Keluarga AN mendukung, terlebih ayahnya yang memberikan keleluasaan untuk dirinya memilih apa yang kini ia yakini. Dengan demikian, AN akhirnya mantap memeluk agama Islam di usianya yang masih muda.
AN hingga saat ini aktif dalam kegiatan kerohanian. Ia bahkan tergabung sebagai relawan pengajar Al-Qur'an untuk anak-anak dan orang dewasa. (B)
Reporter: Apriliana Suriyanti
Editor: Haerani Hambali