Koalisi Gerindra dan PKB Belum Kompak
Efriza, telisik indonesia
Sabtu, 26 November 2022
0 dilihat
Efriza, Dosen Ilmu Politik Beberapa Kampus dan Owner Penerbitan. Foto: Ist.
" Poros Koalisi yang dibangun oleh Gerindra dan PKB terkesan telah terjadi ketidakseimbangan antar kedua partai tersebut "
Oleh: Efriza
Dosen Ilmu Politik Beberapa Kampus dan Owner Penerbitan
MUHAIMIN Iskandar disinyalir geram dengan adanya wacana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan berkoalisi dengan poros koalisi Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kehadiran PDIP, tentu turut mengapungkan wacana menduetkan Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Poros Koalisi yang dibangun oleh Gerindra dan PKB terkesan telah terjadi ketidakseimbangan antar kedua partai tersebut.
PKB terkesan dibutuhkan oleh Gerindra hanya sekadar memenuhi presidential threshold dalam mengusung Prabowo Subianto semata. Padahal jika dicermati, Muhaimin Iskandar juga dicalonkan sebagai capres dari PKB. Sehingga, disinyalir hubungan PKB dan Gerindra menjadi memanas, belum kompak, di tengah upaya kedua partai itu membangun sekretariat bersama (Sekber).
Upaya Muhaimin Menaikkan Posisi Tawar
Muhaimin Iskandar menyadari kans dirinya sebagai capres mengecil. Sehingga, Cak Imin berharap besar memiliki peluang sebagai cawapres. Hanya saja dalam posisi berkoalisi dengan Gerindra terkesan yang mengapung di publik. PKB dibutuhkan oleh Gerindra, disebabkan oleh upaya memperoleh tambahan dari ceruk besar massa Nahdlatul Ulama (NU).
Unsur Islam dari basis NU ini yang menjadi prioritas Prabowo. Sehingga nama-nama yang turut masuk radar oleh Gerindra dan Prabowo juga turut dari NU seperti Khofifah Indarparawansa, Said Agil Siradj, dan Erick Thohir. Hanya saja, nama Cak Imin, hanya diperhitungkan dalam urutan menuju akhir, jika tak ingin dikatakan posisi buncit.
Dalam poros koalisi Gerindra dan PKB ini, memang disepakati bahwa Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto yang akan bersama merumuskan cawapresnya. Meski begitu, posisi Muhaimin dan PKB ditenggarai dapat saja hanya sekadar pelengkap, diajak tetapi kurang diperhitungkan, juga disinyalir bukan yang berperan besar. Kemungkinan menyembul di permukaan Prabowo Subianto berpasangan dengan Sandiaga Uno, juga masih menguat mengapung di publik.
Baca Juga: Menelisik Makna Pertemuan Anies dan Gibran
Ini menunjukkan kedua partai itu dalam posisi tidak berimbang. Wajar, Muhaimin geram. Sebab, PKB posisinya saat ini berhasil mengantarkan KH Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sisi lain, PKB adalah partai dengan suara peringkat keempat. Sayangnya, terkesan tak ada garansi terhadap Muhaimin sebagai cawapres. PKB juga hanya sebagai partai pelengkap semata untuk memenuhi presidential threshold.
Wacana Prabowo-Ganjar
Wacana memasangkan Prabowo-Ganjar ditenggarai serangan balik dari Gerindra terhadap Muhaimin. Sebab, sebelumnya Muhaimin dapat diduga juga diperioritaskan menjadi pasangan Prabowo. Tetapi, Muhaimin saat bertemu Puan Maharani malah mengeluarkan wacana Puan-Muhaimin. Pernyataan Muhaimin kala itu membuat Gerindra kesal. Sehingga saat ini adalah balasan yang juga membuat Muhaimin meradang, atas wacana Prabowo-Ganjar.
Ternyata, balasan Gerindra lebih menohok karena terjadi di saat Muhaimin sedang menghadapi dilema atas kasus korupsi yang menyeret dirinya, yang sedang coba diungkap kembali oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sehingga, Gerindra membuat posisi Muhaimin semakin terpojok. Sebab, posisi PKB jika Muhaimin tak diperhitungkan sebagai cawapres dan kasus korupsinya coba diangkat kembali, dapat saja berpengaruh negatif terhadap elektabilitas PKB. Ini dapat merembet terhadap jabatan ketua umum PKB yang dipegang oleh Muhaimin memungkinkan dirongrong oleh internal PKB.
Muhaimin yang sedang terbelit kembali atas kasus dugaan korupsi di masa lampau. Ini dirasakan oleh Muhaimin akan semakin menjauhkan dirinya dari kans sebagai cawapres. Gerindra disinyalir memang tidak sepenuh hati menginginkan Muhaimin Iskandar, sejak koalisi bersama PKB coba direkatkan.
Saat ini, geramnya Muhaimin dalam rangka menaikkan posisi tawarnya dengan berkomunikasi keras agar dirinya diperhitungkan dalam Koalisi Gerindra-PKB. Ia juga mengingatkan kepada Gerindra, bahwa Muhaimin adalah capres yang diusung oleh PKB. Setidaknya, Muhaimin menginginkan minimal sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto.
Baca Juga: Deklarasi Koalisi, Batal
Meski bergejolak, namun saat ini Muhaimin akan tetap bertahan. Sebab, Muhaimin juga mengetahui posisi PDIP akan menolak jika hanya sebagai cawapres dari Prabowo. PDIP tentu tidak akan merendahkan harga diri sebagai partai peraih suara terbanyak dan sebagai satu-satunya partai yang memiliki kans mengajukan paket pasangan calon sendiri dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024 ini.
Jadi geramnya Muhaimin, hanya sekadar untuk menaikkan posisi tawarnya terhadap Prabowo dan Gerindra. Harapannya poros koalisi Gerindra-PKB pasangan capres/cawapresnya adalah Prabowo-Muhaimin.
Sehingga, Muhaimin dapat terlepas dari beban sebagai capres PKB dan kasus korupsi yang menyeret namanya yang mengapung kembali. Sebab dengan sebagai cawapres maka ia dapat melindungi dirinya dari berbagai tekanan internal dan eksternal yang sedang menghampirinya. (*)
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS