Lewat Seminar, Dokumen Sejarah Pembentukan Buton Selatan Rampung
Deni Djohan, telisik indonesia
Kamis, 19 Desember 2019
0 dilihat
Deklarasi awal pembentukan kabupaten Buton Selatan (Busel) 4 Februari 2007. Foto: Istimewa
" Namun ada koreksi dari pak Munafi bahwa mundur 20 tahun atau 920 hijriah. Data-data itu akan menjadi pembanding. Kalau mau ditetapkan ini dan dalam studi ada semua tentang itu. "
BATAUGA, TELISIK.ID-Untuk merampungkan penyusunan dokumen sejarah ilmiah di Buton Selatan (Busel), Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbang) menggelar seminar akhir di gedung Lamaindo, Rabu (18/12/2019).
Dalam penyusunan studi dokumen tersebut, Balitbang Busel menghadirkan tim dan penggiat sejarah Buton serta para akademisi.
Para akdemisi tersebut adalah, Dr La Ode Abdul Munafi, Andi Tendri dan Khairuddin. Hadir pula sejumlah anggota DPRD Busel, tokoh masyarakat, camat, lurah, Kades se Busel.
Salah satu tim akademisi, Andi Tendri, mengatakan, menyangkut sejarah Selatan Buton dimulai dari sebuah negeri yang tercatat dalam Negara Kertagama karya Mpu Prapanca hingga sampai kepada paska DOB. Meskipun itu tidak tuntas, lanjutnya, namun itu bertujuan untuk mensinergikan kontkes penulisannya.
Dilanjutkan, dari kajian dokumen tersebut tim berharap dapat menganalisa dan kemudian memunculkan peristiwa yang bisa direkomendasikan atau dijadikan dasar Hari Jadi Buton Selatan.
"Ada tiga yakni peristiwa Negara Kertagama disitu terjadi penaklukan, bergabungnya tiga daerah dan masuk Islam yang dibawa oleh Syek Abdul Wahid. Jika merujuk pada tiga peristiwa itu, maka pandangan yang normatif Islam itu peradaban dan sangat besar pengaruhnya bagi peradaban di Jazirah Selatan Buton," kata Wakil Rektor Universitas Dahyanu Ikhasanuddin (Unidayan) itu.
Kata dia, awalnya tim merekomendasikan datangnya Syek Abdul Wahid di Rampea. Dalam catatan sejarah peristiwa itu terjadi tahun 940 hijriah.
"Namun ada koreksi dari pak Munafi bahwa mundur 20 tahun atau 920 hijriah. Data-data itu akan menjadi pembanding. Kalau mau ditetapkan ini dan dalam studi ada semua tentang itu," ujarnya
Lebih jauh dikatakan, maksud penyusunan dokumen sejarah Buton Selatan ini akan berpulang kembali pada pemerintah. Apabila pemerintah menindaklanjuti seminar akhir studi ini sehingga menjadi rujukan untuk menjadi hari jadi Buton Selatan, dasarnya harus menyusun naskah akademik, kemudian diseminarkan lagi lalu disepakati, baru diusulkan DPRD untuk dibuatkan Perda.
Sementara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Buton Selatan, La Amiri melalui sekdinnya, Amir Sarlito Womal mengatakan, tujuan studi penyusunan dokumen sejarah Buton Selatan untuk menghasilkan rekomendasi akhir terkait dengan Hari Jadi Buton Selatan.
Terkait dengan itu, maka harus ditarik kembali ke belakang semua informasi yang ada. Mulai dari dimana peran wilayah Kabupaten Buton pada zaman sejarah kerajaan Buton, zaman kesultanan, zaman kemerdekaan sampai dengan terbentuknya DOB.
"Data-data yang disajikan dalam penyusunan dokumen tersebut valid. Berdasarkan manuskrip dan catatan yang sudah menjadi referensi secara umum, serta situs-situs yang ada termasuk catatan ingatan kolektif yang turun temurun dan sama di beberapa wilayah itu dijadikan referensi," tutur Amir Sarlito Womal
Ia mengakui bahwa, terjadi perdebatan alot dalam penyusunan dokumen sejarah Buton Selatan, pada saat dan proses terbentuknya Kabupaten Buton Selatan menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB). Tetapi itu semuanya sudah selesai dan tuntas.
Baca Juga: Ombudsman Beri Rapor Merah Empat Daerah di Sultra
"Kesepakatan dan disepakati bahwa tanggal 4 Februari 2007 merupakan waktu deklarasi pemerkaran Buton Selatan. Kurang lebih 3000 warga Busel yang terdiri dari tujuh Kecamatan berada di aula kantor Pemerintah Kabupaten Buton yang saat ini telah menjadi Lippo Plaza Buton, diinisiasi oleh Bupati Buton saat itu yakni Ir LM Syafei Kahar dan Ketua DPRD saat itu Samsu Umar Abdul Samiun," tuturnya
Ditambahkannya, seminar akhir penyusunan dokumen sejarah Buton Selatan bukan berarti berakhir, tetapi akan tetap disempurnakan sesuai dalam syarat dan masukan dalam forum diskusi.
Reporter: Deni Djohan
Editor: Sumarlin