Mengenal Santiri, Desa Wisata di Selat Tiworo Muna Barat
Putri Wulandari, telisik indonesia
Kamis, 21 April 2022
0 dilihat
Salah satu pulau dari 36 gugusan pulau di selat Tiworo, Desa Santiri, Pulau Balu, Muna Barat. Foto: repro Triaspolitika.id
" Pemerintah Kabupaten Muna Barat menargetkan tahun 2023, Desa Santiri akan branding di seluruh Indonesia "
MUNA BARAT, TELISIK.ID - Dinas Pariwisata Kabupaten Muna Barat (Mubar) memperkenalkan Desa Santiri sebagai salah satu pulau di selat Tiworo sebagai destinasi wisata terbaru di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Pemerintah Kabupaten Muna Barat menargetkan tahun 2023 mendatang, Desa Santiri akan branding di seluruh Indonesia.
Mungkin banyak orang di luar sana yang belum tahu pasti tentang Santiri, desa yang berada di salah satu pulau ini merupakan bagian dari 36 gugusan pulau di Selat Tiworo, serta selat Tiworo ini memiliki 12 pasir timbul yang menjadikan objek wisata luar biasa.
Kepala Dinas Pariwisata Muna Barat, Al Rahman menuturkan, selat Tiworo, dalam sejarahnya merupakan lintasan jalur perdagangan rempat-rempah yang dilakukan gubernur Belanda (Spellman) untuk menghindari pajak di Kerajaan Bone, sehingga sebelum dinamakan selat Tiworo, dijuluki sebagai selat Spellman.
"Dalam sejarah, untuk menghindari pajak di Kerajaan Bone, maka gubernur Spellman ini mengambil lintasan selat Tiworo ini," tuturnya pada Telisik.id, Rabu (21/4/2022).
Potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Santiri ini sangat luar biasa, sehingga tak heran menjadi desa wisata dengan paket lengkap, di mana para pengunjung tidak hanya dapat menikmati suasana pantai, tetapi juga dapat menikmati pertunjukan-pertunjukan seni yang nantinya akan diselenggarakan oleh masyarakat setempat.
Baca Juga: Dinas Pariwisata Mubar Persiapkan Santiri Sebagai Desa Wisata
"Ada 10 homestay saat ini yang disediakan bagi pengunjung, kemudian banyak atraksi budaya di sana yang masih melekat," ucapnya.
Pengunjung akan diberi kenyamanan ketika berlibur ke tempat ini, di mana tersedia juga ojek perahu yang saat ini masih dipersiapkan agar dimodifikasi sebagaimana mungkin, buat keselamatan pengunjung.
Desa yang terletak di pulau Balu ini, memiliki keunikan, di mana kebiasaan warga pada saat air surut akan berbondong-bondong menambak udang, karena ada jenis udang lobster dan udang kipas.
Selain itu, keunikan lain yang dimiliki yakni buah asam yang selalu berbuah, tak mengenal musim, sehingga nantinya pihak pariwisata akan mengupayakan bagaimana untuk penyuguhan tanda selamat datang bagi para pengunjung.
"Mungkin nanti kita arahkan ke masyarakat untuk membuat jus dari buah asam yang dicampur gula merah, supaya unik untuk minuman suguhan bagi pengunjung," ucapnya.
Masyarakat di desa ini juga masih tahu akan sejarah suku Bajo dalam bentuk 'Iko-Iko' dengan bercerita dengan menggunakan syair. Kemudian ada penjemputan tamu dengan adanya silat, serta masih adanya pengobatan secara tradisional oleh masyarakat suku Bajo, juga masih adanya keyakinan dari masyarakat luar bahwa leluhur mereka berada di pulau tersebut.
Baca Juga: Ali Mazi Tunjuk Baubau Tuan Rumah HUT Sultra ke-58
"Dengan adanya ini dapat menarik pengunjung untuk berkunjung, yang penasaran akan sang leluhurnya," tuturnya.
Tak lupa pula, pantainya sangat indah, para pengunjung bisa menikmati kegiatan berenang atau menyelam untuk melihat keindahan bawah laut, kemudian dapat menikmati wisata bagan di malam hari, karena di selat Tiworo ramai akan bagan.
Dalam wisata bagan, nantinya para pengunjung akan diantarkan oleh ojek perahu untuk menuju ke bagan, sehingga nantinya pengunjung akan menikmati aktivitas masyarakat secara langsung dalam penangkapan ikan.
"Diupayakan nantinya pengunjung akan duduk santai sambil makan ikan, terus bisa nikmati secara langsung kegiatan mencari ikan," tutupnya. (C)
Reporter: Putri Wulandari
Editor: Kardin