Nasib Pedagang Offline di Tengah Maraknya Toko Online
Rina Gayatri, telisik indonesia
Jumat, 01 September 2023
0 dilihat
Pasar Mina-Minanga Kabupaten Buton Utara sepi pembeli, hal ini diduga disebabkan oleh banyaknya konsumen yang memilih untuk berbelanja secara online. Foto: Rina Gayatri/Telisik
" Fenomena pedagang online yang makin marak di zaman sekarang, kerap dianggap sebagai ancaman bagi sebagian pedagang yang masih berjualan secara offline "
BUTON UTARA, TELISIK.ID - Fenomena pedagang online yang makin marak di zaman sekarang, kerap dianggap sebagai ancaman bagi sebagian pedagang yang masih berjualan secara offline.
Beberapa tahun belakangan, masyarakat mulai terbiasa melakukan transaksi online untuk membeli berbagai keperluan. Hal ini menunjukkan implikasi toko online semakin meningkat.
Pusat perbelanjaan khususnya di Pasar Mina-Minanga Kabupaten Buton Utara, dirasakan cukup sepi, sehingga banyak pedagang berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh banyaknya konsumen yang memilih untuk melakukan belanja secara online.
Seperti pengakuan seorang penjual pakaian di Pasar Mina-Minanga, Tika, merasakan dampak dari kemajuan teknologi di zaman sekarang.
"Orang jadi lebih gampang kalau belanja sekarang, harganya juga lebih terjangkau. Apalagi yang malas ke pasar bisa pesan lewat online saja," tuturnya saat ditemui Telisik.id, Jumat (1/9/2023).
Ia juga menambahkan, turunnya omzet penjualan mencapai hingga 75 persen dari sebelum bermunculan toko online.
Baca Juga: Pedagang di Buton Tolak Pembangunan Indomaret dan Alfamart
"Tetap ada juga yang datang belanja 1 atau 2 orang tapi yg jelas tidak seramai dulu," terangnya.
Ia juga mengungkapkan strategi apa saja yang dilakukan untuk bertahan di tengah persaingan pasar.
"Dari segi harga juga kita kasih turun, modelnya ikut yang lagi update, ikut menyesuaikanlah. Kalau tidak begitu ya tidak laku," pungkasnya.
Hal serupa dirasakan juga oleh salah seorang pedagang sembako di Pasar Mina-Minanga, Waine. Dia mengaku dampak COVID-19 yang lalu masih berpengaruh dengan perekonomian pedagang di pasar sampai saat ini.
"Saking sepinya pembeli, kami punya julukan Minggu tenang, Senin hening cipta, Selasa kelam, Rabu pembacaan doa, Kamis kelabu, Jumat krisis, Sabtu kritis," ungkapnya.
Sementara salah seorang penjual online saat ditemui terpisah, Lilis menjelaskan beberapa keuntungan dari berjualan lewat sosial media.
"Bisa dengan modal yang lebih sedikit, market yang lebih luas, tidak memerlukan tempat atau toko, lebih fleksibel karena tidak memiliki jam buka atau tutup," jelasnya.
Tambah Lilis, untuk harga bisa lebih murah karena berjualan online tidak dikenakan biaya pajak bangunan. Untuk varian juga lebih banyak disuguhkan berbagai pilihan, kemudian lebih memudahkan pelanggan meskipun tidak keluar rumah tetap bisa berbelanja.
Baca Juga: Pedagang Mulai Bongkar Lapak Usai Penyegelan di RTH Depan RSUD Kota Kendari
Salah seorang ibu rumah tangga, Irjana, mengaku lebih senang berbelanja online daripada belanja secara offline.
"Saya kan berkantor juga, jadi kadang tidak sempat ke pasar untuk belanja, jadi lebih simpel kalau pesan lewat online, bisa diantarkan sampai rumah," tuturnya singkat.
Namun perlu diketahui, selain memiliki kelebihan, belanja online juga memiliki beberapa kekurangan. Terkadang barang yang tiba tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini terjadi karena tidak adanya interaksi secara langsung antara penjual dengan customer, pelanggan tidak melihat barang secara langsung, sehingga tidak jarang adanya penipuan. (A)
Penulis: Rina Gayatri
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS