Pengolahan Sampah Jadi Gas Metan Bantu Warga TPA Puuwatu

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Kamis, 21 Januari 2021
0 dilihat
Pengolahan Sampah Jadi Gas Metan Bantu Warga TPA Puuwatu
Pipa instalasi pengolahan gas metan TPA Puuwatu. Foto: Ist.

" Pengelolaan limbah sampah menjadi gas metan ini juga sangat memberi manfaat bagi warga di sekitar TPA Puuwatu, Kota Kendari "

KENDARI, TELISIK.ID - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Kendari terus melakukan upaya pengelolaan limbah sampah, menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan.

Salah satunya adalah mengubah limbah sampah organik menjadi gas metan, yang dikonversi menjadi gas dan listrik untuk kebutuhan warga di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Gas metan sebenarnya merupakan salah satu gas yang berbahaya, karena gas ini merupakan salah satu dampak efek rumah kaca, yang disebabkan global warming pada bumi.

Namun, di tangan orang-orang yang ada di DLHK Kendari, gas ini dijadikan sebagai pengganti gas yang digunakan untuk memasak oleh masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, selain mengurangi dampak dari efek rumah kaca dengan memanfaatkan gas metan sebagai sumber energi alternatif, gas metan ini memang dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat penumpukan sampah dan mengurangi areal untuk penampungan sampah, sangat baik untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan yang ada di TPA Kota Kendari.

Pemanfaatan gas metan memudahkan masyarakat mengehemat pembelian tabung gas elpiji. Foto: Ist.

 

Pengelolaan limbah sampah menjadi gas metan ini juga sangat memberi manfaat bagi warga di sekitar TPA Puuwatu, Kota Kendari.

Kepala Bidang (Kabid) Persampahan dan Pengelolaan Limbah B3 DLHK Kendari, Zulkarnaim mengatakan, untuk saat ini pemanfaatannya baru beberapa rumah yang terpenuhi.

Sampah yang terkumpul, mula-mula dipisahkan antara plastik dan yang organik. Sampah organik ini dicacah menjadi bagian-bagian yang kecil.

Setelah tercacah secara merata, sampah organik ini dimasukkan dalam tabung untuk difermentasi. Untuk proses pembusukkan ini, biasa menggunakan konsentrat bakteri EM4. Dalam waktu tiga hari, tabung penampungan ini sudah dipenuhi oleh gas metan.

"Saat ini hanya kompor dan listrik saja karena kita tergantung juga pada jumlah gas metan yang bisa kita tangkap kemudian jaringan dan listrik yang dihasilkan masih belum stabil, makanya kita arahkan untuk lampu saja kalau barang elektronik kita tidak sarankan," ungkapnya, belum lama ini.

Ia menambahkan, saat ini total yang menggunakan gas metan itu 25-40 rumah di sekitar TPA, hal itu dikarenakan masih terbatas.

Baca Juga: Wali Kota Tertolong Setelah Diserang Varian Delta, Gejalanya Ringan karena Vaksin

Baca Juga: Tata Batas Kota, DLHK Kendari Bakal Gandeng Komunitas Lingkungan

"Yang menjadi kefokusan gas metan kita kan di perumahan mandiri energi sekitar 40 persen yang terlayani. Saat ini gas metannya lagi bagus," katanya.

Zulkarnaim menambahkan, gas metan yang diproduksi juga tergantung pada cuaca.

"Sekarang ini lagi banyak gas metannya karena cuaca bagus dan banyak. Kalau dia sudah kemarau itu pasti kurang lagi, dia juga tergantung cuaca. Kalau dia basah itu proses pembusukannya cepat banyak menghasilkan gas," tambahnya.

Lebih lanjut, kata Zulkarnaim, untuk kampung mandiri energi sudah puluhan tahun terbentuk, bahkan Kota Kendari mendapat adipura salah salah satu indikatornya adalah pengelolaan gas metan itu.

"Pemanfaatan gas metan juga sangat berdampak pada Kota Kendari, dan TPA Kota Kendari itu pernah menjadi TPA terbaik se-Indonesia," tuturnya. (C-Adv).

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Baca Juga