Ritual Gorana Oputa, Wali Kota Baubau Doakan Keselamatan Warganya
Iradat Kurniawan, telisik indonesia
Jumat, 30 Oktober 2020
0 dilihat
Ritual Gorana Oputa di Rujab Wali Kota Baubau. Foto: Ist.
" Gorana Oputa merupakan momentum yang baik bagi seorang wali kota untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan warganya. "
BAUBAU, TELISIK.ID - Memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, Wali Kota Baubau Dr. H AS Thamrin, MH melakukan tradisi yang sudah dilakukan turun temurun dari masa Kesultanan Murhum, ritual Gorana Oputa.
Ritual tersebut selain bertujuan untuk memperingati kelahiran Rasulullah, juga momen dimana seorang Sultan atau kepala negara mendoakan keselamatan dan kesejahteraan seluruh rakyatnya.
Wali Kota Baubau usai pelaksanaan tradisi ritual Gorana Oputa di rumah jabatannya mengungkapkan, tradisi Gorana Oputa sarat dengan nilai-nilai budaya dan religius yang patut dipertahankan.
"Gorana Oputa merupakan momentum yang baik bagi seorang wali kota untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan warganya," jelas H. AS Tamrin Kamis (29/10/2020).
"Ritual tersebut juga merupakan pertanda dimulainya haroa Maludu (Maulid Nabi Besar Muhammad SAW) bagi masyarakat Baubau serta Buton pada umumnya," lanjutnya.
Dia juga memaparkan bahwa pada masa Kesultanan, tradisi tersebut dilaksanakan oleh Sara Ogena (Sultan dan perangkat-perangkatnya) dengan melibatkan Sara Kidina (Perangkat Masjid Agung Keraton) sebagai pembaca barasanji dan doa.
“Pada malam Gorana Oputa ini kita berdoa agar masyarakat kita dijauhkan dari marabahaya dan bencana serta diberikan kedamaian dan kesejahteraan. Nanti setelah malam Goranana Oputa ini masyarakat baru bisa melaksanakan haroa Maludu,” ungkapnya.
Baca juga: Pria Ini Tewas Tersengat Listrik saat Perbaiki Kanopi
Dalam pelaksanaan ritual Maludu ini yang dibaca adalah barasanji, dimana di dalam barasanji ini bercerita tentang kisah-kisah Nabi besar kita Muhammad SAW. Dalam kisah hidup Nabi Muhammad SAW, banyak pelajaran yang dapat kita petik sebagai pedoman hidup umat Islam.
Wali kota dua periode ini menyadari, di zaman modern sudah banyak yang menganggap tradisi maludu sebagai perbuatan bid’ah.
Namun tetap dilakukan karena dia meyakini, tradisi ini mengandung banyak makna. Baik makna budaya maupun makna religius.
"Pasalnya, dalam ritual Maludu yang dibaca adalah barasanji, dimana di dalam barasanji tersebut bercerita tentang kisah Nabi Besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam," tambahnya.
Selanjutnya AS. Tamrin berharap, agar tradisi Maludu dapat terus dijaga dan dilestarikan oleh generasi yang akan datang.
"Selain menjaga budaya warisan leluhur, tradisi ini juga merupakan bentuk kecintaan serta mengagungkan Nabi Besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai suri teladan bagi umat Islam," tegasnya.
Selain itu, tradisi Maludu adalah merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat eks Kesultanan Buton pada umumnya. (B)
Reporter: Iradat Kurniawan
Editor: Haerani Hambali