Salah Kaprah Teori Evolusi Darwin, Manusia Berasal dari Kera Terlanjur Dipercaya?

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Senin, 26 Agustus 2024
0 dilihat
Salah Kaprah Teori Evolusi Darwin, Manusia Berasal dari Kera Terlanjur Dipercaya?
Teori evolusi yang diajukan oleh Charles Darwin pada abad ke-19, sering kali disalahartikan dengan anggapan bahwa manusia berasal dari kera. Foto: Repro Imdb

" Darwin dan para ilmuwan lainnya mengemukakan bahwa manusia dan kera modern seperti simpanse, bonobo, gorila, dan orangutan memiliki nenek moyang yang sama, tetapi mereka telah berevolusi di jalur yang berbeda selama jutaan tahun "

JAKARTA, TELISIK.ID - Teori evolusi sering kali menimbulkan perdebatan di kalangan ilmuwan dan masyarakat. Salah satu kesalahpahaman yang umum terjadi adalah anggapan bahwa manusia berasal dari kera. Padahal, teori evolusi, terutama dikemukakan oleh Charles Darwin, ia tidak pernah menyatakan hal tersebut.

Misinterpretasi ini sering kali diperkuat oleh buku teks sekolah yang memberikan penjelasan yang terlalu sederhana dan terkadang keliru mengenai konsep evolusi.

Mengutip nationalgeograficindonesia, Senin (26/8/2024) teori evolusi sebenarnya berbicara tentang bagaimana makhluk hidup berevolusi dari nenek moyang yang sama melalui proses seleksi alam dan perubahan genetik.

Dalam konteks manusia dan kera, Darwin dan para ilmuwan evolusi lainnya mengemukakan bahwa manusia dan kera modern seperti simpanse, bonobo, gorila, dan orangutan memiliki nenek moyang yang sama, tetapi mereka telah berevolusi di jalur yang berbeda selama jutaan tahun.

Misalnya, menurut Briana Pobiner, seorang ahli paleoantropologi di Smithsonian Institute, "Alasan primata lain tidak berevolusi menjadi manusia adalah karena mereka baik-baik saja di habitat mereka." Artinya, setiap spesies berkembang sesuai dengan lingkungannya, dan tidak semua spesies harus atau bisa berevolusi menjadi bentuk yang lebih kompleks seperti manusia.

Selain itu, Lynne Isbell, seorang profesor antropologi di University of California, Davis, menyatakan bahwa "Evolusi bukanlah perkembangan linear ke arah yang lebih maju, tetapi tentang bagaimana organisme beradaptasi dengan lingkungannya." Manusia tidak "lebih berevolusi" daripada primata lainnya, dan kemampuan kita untuk memanipulasi lingkungan tidak membuat kita menjadi pemenang dalam permainan evolusi.

Baca Juga: Bulan Menjauh, Bumi Diprediksi Bakal Memiliki 25 Jam dalam Sehari

Simpanse modern, misalnya, telah ada selama kurang lebih 1 juta tahun, sedangkan manusia modern, Homo sapiens, baru muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu. Namun, kita telah berada di jalur evolusi yang terpisah selama 6 hingga 7 juta tahun.

Ini berarti bahwa meskipun manusia dan simpanse memiliki nenek moyang yang sama, mereka telah berkembang menjadi spesies yang sangat berbeda. Karena itu, pertanyaan mengapa tidak semua primata berevolusi menjadi manusia tidaklah relevan.

Seperti yang dijelaskan oleh Isbell, "Nenek moyang kita yang paling awal mungkin adalah makhluk yang sangat pandai memanjat pohon dan berjalan di tanah. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu di tanah saat mereka mulai menjelajahi habitat baru." Perbedaan dalam pemilihan habitat dan adaptasi lingkungan inilah yang mendorong perbedaan evolusi antara manusia dan kera lainnya.

Isbell juga menambahkan bahwa nenek moyang manusia mulai berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki sekitar 3 juta tahun yang lalu. Ini memungkinkan nenek moyang manusia untuk beradaptasi dengan habitat yang tidak lagi memiliki kanopi tertutup, dan perubahan ini merupakan salah satu faktor kunci dalam evolusi manusia.

Sebaliknya, simpanse dan primata lainnya tetap beradaptasi dengan lingkungan hutan mereka yang kaya akan pohon, yang memungkinkan mereka untuk terus berkembang biak dan bertahan di habitat alami mereka. "Mereka jelas berhasil menjadi simpanse," kata Pobiner.

Meskipun manusia telah berkembang pesat dalam hal teknologi dan pengetahuan, ini tidak berarti bahwa kita lebih unggul dalam hal evolusi.

Evolusi adalah tentang bagaimana spesies mampu bertahan dan bereproduksi dalam lingkungannya, bukan tentang siapa yang paling cerdas atau memiliki teknologi paling canggih. Sebagai contoh, semut adalah spesies yang sangat sukses dalam hal evolusi, meskipun mereka belum mengembangkan tulisan atau teknologi canggih.

"Semut sama atau bahkan lebih sukses dari manusia. Ada lebih banyak semut di dunia daripada manusia, dan mereka sangat beradaptasi dengan habitat mereka," kata Isabel.

Baca Juga: Fosil Dinosaurus Jutaan Tahun Berhasil Ditemukan Usai Hujan Deras di Brasil

Merujuk pada laman zenius.net, kesalahpahaman tentang teori evolusi ini juga sering kali diperparah oleh ilustrasi yang keliru, seperti gambar evolusi manusia yang menunjukkan manusia berevolusi secara linear dari kera.

Padahal, evolusi tidak terjadi secara linear seperti itu. Proses evolusi jauh lebih kompleks dan melibatkan banyak spesies yang berevolusi di jalur yang berbeda-beda.

Kesalahpahaman ini juga mencerminkan kurangnya pemahaman dasar tentang biologi dan taksonomi. Kera, atau "ape" dalam bahasa Inggris, adalah super-familia hominidae dari ordo primata, yang mencakup gorila, orangutan, simpanse, dan bonobo.

Namun, tidak semua binatang yang mirip kera adalah kera, seperti monyet dan lemur yang termasuk dalam kelompok taksonomi yang berbeda. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga