Sekeluarga Memulung, Bertahan Hidup dengan Mengais Sampah
Iradat Kurniawan, telisik indonesia
Minggu, 09 Agustus 2020
0 dilihat
Mira dan keempat anaknya. Foto: Iradat Kurniawan/Telisik
" Kalau dibilang cukup, ya dicukup-cukupkan saja buat kebutuhan sehari-hari. "
KENDARI, TELISIK.ID - Pagi ini, Minggu (9/8/2020), seperti hari-hari kemarin, Mira (38) mengais botol plastik bekas di bak sampah di seputaran Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara.
Mendorong gerobak, empat orang anaknya ikut besertanya. Mira dan anak-anaknya sudah terbiasa menghabiskan waktu di jalanan. Bahkan makan pun mereka lakukan di jalan. Semua itu dilakukan, karena hanya dengan cara itu Mira bisa mendapatkan uang untuk menghidupi anak-anaknya.
Warga Nanga-nanga, Kelurahan Mokoau, Kecamatan Kambu, Kota Kendari ini, menyusuri bak-bak sampah di Kota Kendari demi sesuap nasi dan demi biaya sekolah anak-anaknya.
"Kalau dibilang cukup, ya dicukup-cukupkan saja buat kebutuhan sehari-hari," ungkap Mira, memaksa tersenyum. Sangat jelas gurat penderitaan di wajahnya.
Empat anak perempuannya masih belia. Yang sulung baru berusia 15 tahun. Adiknya 11 tahun, 8 tahun dan si bungsu 6 tahun. Mereka bukan tak ingin hidup normal seperti anak-anak lain, yang bisa bebas bermain tanpa terbebani biaya hidup. Tapi anak-anak itu tahu betul perjuangan kedua orangtuanya agar mereka bisa tetap makan.
Baca juga: Kisah Agus, Pemulung yang Tidak Ingin Anaknya Berhenti Sekolah
Sambil mengikuti ibunya memulung, anak-anak itu kadang turut membantu mendorong gerobak atau bahkan ikut mencari benda apa saja di bak sampah yang masih bisa ditukar dengan uang.
Profesi ini telah mereka lakukan sejak bertahun-tahun silam. Dimulai sejak awal pagi hingga siang, bahkan kadang sampai malam menjelang.
"Sampah hasil memulung setiap seminggu sekali saya timbang, harganya kurang lebih dua ratus ribu rupiah," ujar Mira.
Bisa dipastikan, nilai itu tidak akan cukup untuk menutupi kebutuhan hidup dengan anggota keluarga yang begitu banyak, meskipun ditambah dengan penghasilan suaminya yang juga pemulung.
Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan itu, mereka tetap tegar menyongsong hari esok, walaupun dengan hidup yang senin kamis.
Reporter: Iradat Kurniawan
Editor: Haerani Hambali