Teknologi Ourfish, Basis Data Ketersediaan Stok Ikan di Sultra
Muhammad Israjab, telisik indonesia
Sabtu, 19 Desember 2020
0 dilihat
Diskusi terkait Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) bersama Pemrov, LSM dan akademisi. Foto: Muhammad Israjab/Telisik
" Untuk aplikasi OurFish ini sendiri, saya mulai pakai bulan Oktober 2019, jadi sudah satu tahun saya pakai. Sangat membantu karena setiap hari menulis informasi seperti siapa nelayan yang masuk, berapa beratnya, ikan apa saja, dan itu semua sudah tercatat di sistem. "
KENDARI, TELISIK.ID - Hari Kushardanto Direktur Program Rare memberikan penjelasan tentang pentingnya keterlibatan nelayan skala kecil dan pengumpul perikanan sebagai ujung tombak dalam perikanan berkelanjutan.
Menurutnya, penerapan aplikasi OurFish dan paper based itu seperti layaknya bank. Untuk mengetahui berapa banyak uang yang ada, maka Anda harus menyetor uang dan mencatat berapa banyak uang yang ada pada Anda.
“Di perikanan, tidak mudah mengumpulkan data. Makanya kemudian Rare menyediakan jalan keluarnya melalui teknologi yang bernama OurFish. Dimana kemudian kita bekerja dengan para pengumpul ikan pertama di tingkat desa untuk bisa mencatatkan berapa hasil nelayan," katanya saat diskusi di Salah satu hotel di Kendari, Sabtu (19/12/2020).
Menurutnya, kenapa pengumpul pertama? Karena mereka biasanya memiliki jaringan nelayan yang bekerja untuk pengumpul ini.
Dengan cara seperti ini, akan banyak data yang bisa dijangkau dengan cara yang efisien. Lalu, kenapa pengumpul dan bukan nelayan, itu karena nelayan pekerjaan utamanya adalah menangkap ikan dan mungkin tidak akan fokus dalam pencatatan.
"Oleh karena itu, pengumpul tingkat pertama di desa merupakan stakeholder yang sangat penting dalam pengumpulan data perikanan," tambahnya.
Ibu Lailinar selaku pengumpul ikan dari Talaga Raya, Buton, juga pengguna aplikasi OurFish yang sudah menekuni pekerjaannya sejak 2 tahun silam dan dianggap sangat membantu dalam hal mengidentifikasi ikan bahkan penangkapnya.
“Untuk aplikasi OurFish ini sendiri, saya mulai pakai bulan Oktober 2019, jadi sudah satu tahun saya pakai. Sangat membantu karena setiap hari menulis informasi seperti siapa nelayan yang masuk, berapa beratnya, ikan apa saja, dan itu semua sudah tercatat di sistem," katanya saat diberi kesempatan berbicara.
Baca juga: BLK Kendari Gandeng Kadis Nakertrans se-Sultra Gelar Rakor Pelatihan Kerja 2021
Ourish ini dikatakan Lalinar juga, bisa memberikan informasi terkait berapa modal terpakai dan berapa keuntungan yang didapatkan, sebab ada biaya lainnya.
Sementara Prof La Sara Dekan FPIK dan Guru Besar Universitas Halu Oleo (UHO) memberikan keterangan tentang peran data perikanan dalam membantu pengelolaan perikanan berkelanjutan.
Ia memaparkan bahwa data begitu pentingnya, sumber daya yang memang terbatas akan habis seiring dengan pemanfaatan yang tidak memperhatikan potensi yang ada.
"Kalau data tidak dikumpulkan dengan tepat, maka rusak semua pengelolaannya, mulai dari perencanaan hingga pemanfaatannya. Kalau ikan habis, mana ada investor mau investasi di sektor perikanan," ucapnya
Jika data yang tak sesuai menurut La Sara, maka eksploitasi juga akan marak terjadi. Sehingga mengakibatkan stok ikan berkurang. Padahal potensi perikanan di Indonesia masih sangat besar.
Di tempat yang sama, Lely Fajriyah Kasubag Program dan Data–DKP Sultra, menjelaskan tentang kualitas data perikanan.
Bahwa data berguna untuk mengambil keputusan, dan dari data pun bisa ditemukan solusi terutama untuk pengelolaan perikanan.
Tapi yang paling penting, data yang ada harus akurat agar bisa dipertanggungjawabkan terkait keputusan kebijakan yang akan diambil nantinya.
Baca juga: Hari Ini, 87 Pasien COVID-19 di Sultra Sembuh
“Kalau salah datanya, maka akan salah juga pengelolaannya. Saat ini, data yang diberikan itu terbatas, makanya masih banyak tenaga yang perlu dikerahkan untuk bisa mendapatkan data dari lapangan," bebernya.
Lely menambahkan, dengan adanya bantuan dari Rare berupa aplikasi OurFish, ini sangat membantu dalam menyediakan data yang akurat yang langsung dicatat oleh masyarakat pelaku perikanan tangkap.
Sekitar 90 ribu nelayan skala kecil yang tercatat dan ada di Sultra. Memiliki peran penting dalam memberikan data potensi perikanan ini.
Mereka adalah pelaku sektor perikanan tangkap yang langsung terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. Meskipun demikian, masih banyak kendala yang muncul dalam melibatkan para nelayan skala kecil ini maupun dalam metode pengumpulan data tangkapannya.
Hal ini merupakan inisiatif yang diharapkan dapat menunjang Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) yang diinisiasi oleh Pemprov Sultra dengan Rare untuk memperbaiki pengelolaan perikanan skala kecil dengan memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai produksi ikan yang dihasilkan oleh perikanan skala kecil.
Untuk diketahui, Rare adalah sebuah organisasi konservasi yang berbasis di AS, bekerja secara global untuk membekali mitra dan masyarakat di daerah yang paling terancam di dunia dengan keterampilan dan motivasi yang mereka butuhkan untuk merawat sumber daya alam mereka.
Dalam satu dekade terakhir, Rare menjalankan program Fish Forever yang mendorong konservasi wilayah laut dan perikanan berkelanjutan di Indonesia dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, kebijakan dan tata kelola, dan pendanaan berkelanjutan. (A)
Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Haerani Hambali